BAB
IV
BELAJAR
Definisi
belajar dapat ditinjau dari sudut-sudut pandang kuantitatif, institusional, dan
kualitatif. Belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang
relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Belajar
memiliki arti penting bagi siswa dalam:
· Melaksanakan kewajiban keagamaan
· Meningkatkan derajat kehidupan
· Mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan
Dalam
persfektif psikologi, antara belajar, memori dan pengetahuan terdapat hubungan
yang tak terpisahkan. Teori-teori pokok mengenai belajar terdiri atas:
a. koneksionisme,
b. pembiasaan klasik,
c. pembiasaan perilaku respons,
d. teori belajar kognitif
Teori
kesatu, kedua, dan ketiga bersifat behavioristik (perilaku jasmaniah semata)
sedangkan teori keempat bersifat kognitif, yakni bahwa belajar adalah peristiwa
mental bukan semata-mata behavioral.
Mnurut aliran behaviorisme, setiap
siswa lahir tanpa warisan/pembawaan apa-apa dari orangtuanya, dan belajar
adalah kegiatan refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada serta tidak
ada hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan/pembawaan. Sedangkan
menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mental
yang menjadi basis kegiatan belajar. Faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk
menentukan merespons atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak
bersifat otomatis seperti robot.
Fase belajar menurut Bruner
meliputi:
v informasi (penerimaan materi)
v transformasi (pengubahan materi dalam
memori)
v evaluasi (penilaian penguasaan materi)
Sedangkan menurut Wittig, fase belajar meliputi:
v Acquistion
(perolehan materi)
v Storage
(proses penyimpanan)
v Retrieval
(memproduksi/mengungkapkan kembali materi dari memori)
0 comments:
Post a Comment