Thursday, 12 November 2015

Ringkasan BAB III Buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru

BAB III
PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR

A.  DEFINISI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
1.      DEFINISI PERKEMBANGAN
            Perkembangan merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Atau proses perubahan kualitatif yang mengacu kepada mutu fungsi organ-organ jasmaniah. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.


2.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
a.       Aliran Nativisme
Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filsup Jerman. Pokok pikiran aliran ini bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan, pandangan seperti ini disebut pesimisme pedagogis.
b.      Aliran Empirisme
Tokoh utama bernama John Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme yang amat termasyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
c.       Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini mengggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

B.  PROSES, TUGAS, DAN HUKUM PERKEMBANGAN
1.      PROSES PERKEMBANGAN
Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu:
·      Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah)
·      Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari rahim ibu ke alam dunia bebas)
·      Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas

2.      TUGAS DAN FASE PERKEMBANGAN
a.       Tugas Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-Kanak
·      Belajar memakan makanan keras, misalnya mulai dengan bubur susu, bubur beras, nasi dan seterusnya.
·      Belajar berdiri dan berjalan, misalnya mulai dengan berpegang pada tembok atau sandaran kursi.
·      Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut kata ibu, ayah, dan nama-nama benda sederhana yang ada disekelilingnya.
·      Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya, misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
·      Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun seksual.
·      Mencapai kematangan untuk belajar membacadalam arti mulai siap mengenal  huruf, suku kata dan kata-kata tertulis.
·      Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibunya, dengan ayah, saudara kandung, dan orang-orang di sekelilingnya.
·      Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk kata hati (hati nurani).
b.      Tugas Perkembangan Fase Anak-Anak
·      Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran, dan seterusnya.
·      Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang indivitu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan diri.
·      Belajar begaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya.
·      Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).
·      Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (matematika dan aritmatika).
·      Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
·      Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya.
·      Mengembangkan sikap objektif/lugas baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan.
·      Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab.

c.       Tugas Perkembangan Fase Remaja
·      Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat.
·      Mencapai peranan sosial sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan peranan sosial seorang wanita (jika ia seorang wanita) dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing.
·      Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya.
·      Mencapai kemerdekaan/kebebasan emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya dan mulai menjadi seorang person (menjadi dirinya sendiri).
·      Mempersiapkan diri untuk mencapao karier (jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang kehidupan ekonomi.
·      Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami (ayah) dan isteri (ibu).
·      Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.

d.      Tugas Perkembangan Dewasa
·      Mulai bekerja mencari nafkah, khususnya apabila ia tidak melanjutkan karier akademik.
·      Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga (memilih calon suami atau isteri).
·      Mulai memasuki kehidupan berumah tangga, yakni menjadi seorang suami atau isteri.
·      Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga, yakni dengan isteri/suaminya.
·      Mengelola tempat tinggal untuk keperluan rumah tagga dan keluarganya.
·      Membesarkan anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang, dan papan yang cukup dan memberikan pendidikan (dalam arti luas) yang memadai.
·      Menerima tanggung jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundang-undangan dan tuntutan sosial yang berlaku di masyarakatnya.
·      Menemukan kelompok sosial (perkumpulan kemasyarakatan) yang cocok dan menyenangkan.

e.       Tugas Perkembangan Setengah Baya
·      Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa.
·      Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab.
·      Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
·      Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya (dengan suami dan isteri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
·      Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
·      Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier.
·      Menyesuaikan diri dengan perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia lanjut.

f.       Tugas Perkembangan Fase Usia Tua
·      Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
·      Menyesuaikan diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya income (penghasilan).
·      Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya (isteri atau suaminya).
·      Membina hubungan tegas (afiliasi eksplisit) dengan para anggota kelompok seusianya.
·      Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya.
·      Menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap peranan-peranan sosial dengan cara yang luwes.

3.      HUKUM PERKEMBANGAN
a.       Hukum konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami.

b.      Hukum perkembangan dan pengembangan diri
Para siswa, seperti juga manusia dan organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif. Usaha mempertahankan diri ini, berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri.
Pada anak-anak biasanya tampak keingintahuannya terhadap sesuatu itu berkali-kali. Alhasil, manusia berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang menuntutnya untuk bertahan dan mengembangkan diri di muka bumi.

c.       Hukum masa peka
Peka berarti mudah terangsang atau mudah menerima stimulus. Masa peka merupakan masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara dan membaca.
Masa “mudah dirangsang” ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam menerima pelajaran. Artinya, jika seorang siswa belum sampai pada masa pekanya untuk mempelajari suatu materi pelajaran, materi pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan diolah oleh sistem memorinya. Oleh karena itu, para orangtua dan guru seyogianya memperhatikan secara cermat perkembangan anak-anak didik dalam hubungannya dengan kedatangan masa peka belajar mereka.





d.      Hukum keperluan belajar
Antara perkembangan dan belajar terdapat hubungan sangat erat sehingga hampir semua proses perkembangan memerlukan belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap anak biasanya berkembang karena belajar.

e.       Hukum kesatuan anggota badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian, suatu tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan pancaindera, misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat, berbicara dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.

f.       Hukum tempo perkembangan
Setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam kategori: cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat biasanya menunjukkan kelainan yang relatif sangat jarang terjadi.

g.      Hukum irama perkembangan
Di samping ada tempo, di dalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik turunya proses perkembangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun, pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yang tenang, sedangkan pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
Menurut pengamatan para ahli bpsikologi, setiap anak biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis yang lazim disebut trotz. Masa trotz ini terjadi dalam dua periode, yakni:
·      Trotz periode ke-1 atau krisis pertama terjadi pada usia 2-3 tahun dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan bertingkah laku mendahulukan kepentingan diri sendiri.
·      Trotz periode ke-2 atau krisis kedua terjadi pada umur antara 14-17 tahun, dengan ciri utama sering membantah orangtuanya sendiri dalam mencapai identitas pribadi. (14-17 bukan harga mati).



h.      Hukum rekapitulasi
Hukum rekapitulasi perkembangan yang tampak pada anak, yaitu:
·      Masa berburu dan menyamun, yakni pada umur sekitar 8 tahun ketika ia suka bermain kejar-kejaran, perang-perangan, dan menangkap hewan-hewan kecil seperti kupu-kupu dan capung.
·      Masa menggembala, yakni pada umur sekitar 10 tahun ketika ia gemar memelihara hewan piaraan, seperti ayam, burung, kucing dan sebagainya.
·      Masa bercocok tanam, yakni pada umur sekitar 12 tahun ketika ia suka mengurus tanaman di kebun atau menyiram bunga-bungan dalam pot.
·      Masa berdagang, yakni pada umur 12 tahun ke atas ketika ia suka bermain jual-jualan, kemudian meningkat menjadi kesenangan tukar-menukar foto, prangko, dan berkirim surat serta menjalin persahabatan.

C.  PERKEMBANGAN PSIKO-FISIK SISWA
            Proses-proses perkembangan tersebut meliputi:
1.      Perkembangan motor (motor development) siswa, yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
2.      Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak.
3.      Perkembangan sosial dn moral (social and moral development), yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Tabel Teori Dua Tahap Perkembangan Moral Versi Piaget
Usia
Tahap
Ciri Khas
4-7 tahun
Realisme moral (pra-operasional)
1.    Memusatkan pada akibat-akibat perbuatan.
2.    Aturan-aturan tak berubah.
3.    Hukuman atas pelanggaran bersifat otomatis.
7-10 tahun
Masa transisi (konkret-operasional)
1.    Perubahan secara bertahap ke pemilikan moral tahap kedua.
11 tahun ke atas
Otonomi moral, realisme, dan resiprositas (formal-operasional)
1.    Mempertimbangan tujuan-tujuan perilaku moral.
2.    Menyadari bahwa aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang dapat berubah.
Tabel Teori Enam Tahap Perkembangan Pertimbangan Moral Versi Kohlberg
Tingkat
Tahap
konsep
Tingkat I
Moralitas prakonvensional (usia 4-10 tahun).
Tahap 1: memperhatikan ketaatan dan hukum.

Tahap 2: memperhatikan pemuasan kebutuhan.
1.Anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan tersebut.
2.Perilaku baik dihubungkan dengan penghindaran dari hukuman.
1.    Perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Tingkat II
Moralitas prakonvensional (usia 10-13 tahun).
Tahap 3: memperhatikan citra “anak baik”.



Tahap 4: memperhatikan hukum dan peraturan.
1.    Anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari hukuman.
2.    Perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya. Jadi, ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan.
1.    Anak dan remaja memiliki sikap pasti terhadap wewenang dan aturan.
2.    Huku harus ditaaati oleh semua orang.
Tingkat III
Motivasi pascakonvensional (usia 13 tahun ke atas).
Tahap 5: memperhatikan hak perseorangan.



Tahap 6: memperhatikan prinsip-prinsip etika
1.    Remaja dan dewasa mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan dan patokan sosial.
2.    Perubahan hukum dan aturan dapat diterima jika diperlukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik.
3.    Pelanggaran hukum dan aturan dapat terjadi karena alasan-alasan tertentu.
1.    Keputusan mengenai perilaku-perilaku sosial didasarkan atas prinsip-prinsip moral pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
2.    Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat, meskipun sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk mengekalkan aturan sosial. 

Tabel Teori Perkembangan Sosial dan Moral Siswa Menurut A. Bandura dan L. Kohlberg
Aspek
A.    Bandura (Teori Belajar Sosial)
L. Kohlberg (Teori Psi. Kognitif)
1.    Tekanan dasar
Perilaku bergantung pada pengaruh orang lain dan kondisi stimulus.
Pemikiran sebagai perilaku kualitatif dalam perkembangan.
2.    Mekanisme perolehan moralitas
Hasil dari conditioning dan modeling.
Berlangsung dalam tahap-tahap yang teratur dan berkaitan dengan perkembangan kognitif.
3.    Usia perolehan moralitas
Belajar berlangsung sepanjang hayat, dan ada perbedaan usia perolehan.
Proses belajar berkesinambungan sampai masa dewasa dan dapat ditetapkan dalam usia-usia tertentu.
4.    Kenisbian kebudayaan
Moralitas bersifat nisbi secara kultural.
Nilai-nilai moral dalam tahapan perkembangan bersifat universal.
5.    Pelaku sosialisasi
Model-model yang sangat berpengaruh, orang-orang dewasa dan teman-teman yang dapat menyalurkan ganjaran dan hukuman.
Orang-orang yang berada pada tahap perkembangan yang lebih tinggi dan memiliki pengaruh yang sangat besar.
6.    Implikasi untuk pendidikan
Guru harus menjadi teladan yang baik dan mengganjar setiap perilaku siswa yang memadai.
Guru harus berusaha merangsang siswa agar mencapai tahap perkembangan selanjutnya, dan menjelaskan ciri-ciri perilaku moral pada tahap tersebut.


D.      ARTI PENTING PERKEMBANGAN KOGNITIF BAGI PROSES BELAJAR SISWA
       Arti penting pengembangan kognitif siswa ialah untuk:
1.    Mengembangkan kecakapan kognitif
2.    Mengembangkan kecakapan afektif

3.    Mengembangkan kecakapan psikomotorik

0 comments:

Post a Comment