Saturday, 21 February 2015

Fonetik Realisasi dan Problematika Bunyi Bahasa



     1.      Pengaruh-pemengaruh Bunyi Bahasa
Pengaruh-pemengaruh bunyi bahasa menyangkut dua segi, yakni pengaruh bunyi bahasa dan pemengaruh bunyi bahasa. Pengaruh bunyi bahasa muncul sebagai akibat proses asimilasi, sedangkan pemengaruh bunyi bahasa merupakan tempat artikulasi yang mempengaruhi bunyi yang disebut artikulasi penyerta (artikulasi sekunder atau koartikulasi) .


a.       Proses Asimilasi
Proses asimilasi dalam uraian ini terbatas pada asimilasi fonetis saja, yaitu pengaruh mempengaruhi bunyi tanpa mengubah identitas fonem. Menurut arahnya di bedakan asimilasi progresif daripada asimilasi regresif.
Asimilasi progresif terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke depan. Misalnya, dalam bahasa Indonesia perubahan bunyi [t] yang biasanya diucapkan apiko-dental seperti pada kata tetapi, tetapi dalam kata stasiun diucapkan secara lamino-alveolar [t]. perubahan letup apiko-dental [t] menjadi letup almino-alveolar [t] karena pengaruh secara progresif dari bunyi geseran lamino-alveolar [s].
Asimilasi regresif terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke belakang. Misalnya, perubahan bunyi [n] yang biasanya dalam bahasa Indonesia diucapakan secara apiko-alveolar seperti pada kata aman, tetapi dalam kata pandan nasal sebelum [d] diucapkan secara apiko palatal [n]. perubahan nasal apiko-alveoral [n] menjadi nasal apiko-palatal [n] karena pengaruh secara regresif dari bunyi letuk palatal [d]. Dengan  demikian, tulisan fonetis untuk kata pandan dalam bahasa Indonesia ialah [pandan].

b.         Artikulasi Penyerta
Bunyi yang secara primer sama bisa diucapkan berbeda karena adanya bunyi lain yang mengikutinya. Perbedaan ucapan suatu bunyi dengan ucapan yang berlainan disebabkan oleh artikulasi penyerta, ko-artikulkasi, atau artikulasi sekunder bunyi yang mengikutinya. Musalnya, bunyi [k] dalam kata kucing dengan bunyi [k] dalam kata kijang berbeda, walaupun menurut biasanya atau menurut artikulasi primernya sama, yaitu merupakan bunyi dorso-velar yang di bentuk dengan artikulasi pangkal lidah dan langit-langit lunak.
Proses pengaruh bunyi yang di sebabkan oleh artikulasi penyerta dapat di bedakan atas : labialisasi, retrospeksi, palatalisasi, velarisasi, dan glotalisasi.
Labialisasi adalah pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar bunyi semi-vokal [w] pada bunyi utama tersebut.
Retrosfleksi adalahpenarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar [r] pada bunyi utamanya. Kecuali bunyi apikal, bunyi lain dapat disertai retrofleksi.
Palatalisasi adalah pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras pada artikulasi primer. Kecuali bunyi palatal, bunyi lain dapat disertai palatalisasi.
Velarisasi adalah pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi primer. Selain bunyi velar, bunyi-bunyi lain dapat divelarisasi.
Glotalisasi adalah proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu artulasi primer diucapkan. Selain bunyi glottal, bunyi-bunyi lain dapat disertai glotalisasi.

c.          Pengaruh Bunyi Karena Distribusi
              Pengaruh bunyi karena distribusinya pada awal kata, tengah kata, atau di akhir kata sering menentukan perwujudan bunyi tertentu. Pengaruh bunyi karena distribusi tersebut menimbulkan berbagai proses seperti aspirasi, pelepasan, dan pengafrikatan.
              Aspirasi adalah pengucapan suatu bunyi yang disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat sehingga terdengar bunyi [h].
              Pelepasan adalah pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat atau diletupkan, kemudian dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Hambatan atau letupan itu dilepaskan atau dibebaskan. Pelepasan dibedakan atas lepas tajam, lepas nasal, dan lepas sampingan.
              Lepas tajam atau lepas penuh ialah pelepasan alat-alat artikulasi dari titik artikulasinya yang terjadi secara tajam atau secara penuh. Misalnya, suatu bunyi hambat letup dalam bahasa Indonesia jika berada pada pengunci kata, proses letupannya dilepaskan atau dihilangkan, Bunyi lepas ditandai dengan  […] di atas bunyi yang dilepaskan.
              Lepas nasal ialah suatu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi nasal di depannya. Misalnya, suatu bunyi hambat letup dalam bahasa Indonesia, letupannya dilepaskan melalui keluarnya udara lewat rongga hidung jika bunyi letup itu berdistribusi sebelum bunyi nasal yang homorgan.
            Lepas sampingan ialah suatu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi sampingan di depannya. Suatu bunyi hambat letup dalam bahasa Indonesia, letupannya dapat dilepaskan secara sampingan jika konsonan letup tersebut berdistribusi sebelum bunyi sampingan [l].
              Pengafrikatan atau paduanisasi terjadi jika bunyi letup hambat yang seharusnya dihambat atu diletupkan tidak dilakukan, melainkan setelah hambatan dilepaskan secara bergeser dan pelan-pelan. Proses yang kedua menyebabkan adanya penyempitan jalannya arus udara sehingga udara terpaksa keluar dengan bergeser. Artikulasinya menjadi hambat geseran bukan hambat letupan. Gabungan antara hambat dan geseran disebut paduan atau afrikat. Prosesnya disebut paduanisasi atau pengafrikatan.  

d.          Kehomorganan
                 Konsonan seperti t dan d disebut konsonan homorgan, yakni dengan mempergunakan alat-alat ucap yang sama dan dengan tempat artikulasi yang sama. Terdapat dua jenis kehomorganan yakni kehomorganan penuh dan kehomorganan sebagian. Kehomorganan penuh adalah kehomorganan yang muncul akibat perbedaan bunyi karena posisi pita suara seperti pembeda “bersuara—tak bersuara” antara bunyi konsonan p dan b, t dan d, c dan j, serta k dan g. kehomorganan sebagian muncul apabila perbedaan diantara pasangan fonem tersebut ada cara artikulasinya, sedangkan daerah artikulassinya sama.
         2.      Realisasi Fonem
     Realisasi fonem adalah pelafalan fonem oleh penutur suatu bahasa. Realisasi atau lafal fonem mencakup vocal, diftong, dan konsonan.
a.       Realisasi Vokal
1) Vokal /i/
Realisasi atau lafal vocal yang dianggap umum adalah:
[l] pada semua posisi, seperti : [itu], [pipi], [jari], [klinik].
Realisasi vocal yang dianggap tidak umum adalah:
[?i] seperti pada [jari?] /jari/
2)      Vokal /e/
Realisasi atau lafal vocal yang dianggap umum adalah :
[e] pada semua posisi, seperti : [ekor], [memaη], [jahe].
3)      Vokal //
Realisasi atau lafal vocal yang dianggap umum adalah :
[] pada semua posisi, seperti : [mpat]
4)      Vokal /a/
Realisasi atau lafal vocal yang dianggap umum adalah:
[a] pada semua posisi, seperti [asal].
5)      Vokal /o/
[o] pada semua posisi, seperti [ oleh].
6)      Vokal /u/
[u] terdapat pada semua posisi [kayu]

b.   Realisasi Diftong
1)      Diftong /au/
[aw] seperti pada [kalaw] /kalau/
2)      Diftong /ai/
[ay] seperti pada: [sampay]
[εy] seperti pada : [sbagεy]
3)      Diftong /oi/
[oy] seperti pada : [amboy] /amboi/

               c.       Realisasi Konsonan
1)      Konsonan /p/
[p] pada semua posisi seperti : [padi], [sapa].
             2)   Konsonan /b/
     [b] pada posisi awal dan tengah, seperti : [bahasa], [ibu].
3)   Konsonan /m/
      [m] pada semua posisi, seperti : [mata], [semua], [asam].
 4)      Konsonan /w/
           [w] pada posisi awal dan tengah, seperti : [wajah], [kawin].
            5)   Konsonan / f/
           [f] pada semua posisi, seperti : [filsafat].
            6)   Konsonan /t/
           [t] pada semua posisi, seperti : [tikus], [surat], [mati].
            7)   Konsonan /d/
           [d] pada semua posisi, seperti : [dasar], [tekat], [rido].
Konsonan /n/
            [n] pada semua posisi, seperti : [nilay], [pntiη], [laIn].
8)      Konsonan /l/
            [l] pada semua posisi, seperti : [lima], [dalam], [kal].
9)      Konsonan /r/
[r] pada semua posisi, seperti : [raya], [fakir], [hari].
10)  Konsonan /c/
[c] pada awal dan tengah, seperti : [cari], [kuηci].
11)  Konsonan /j/
[j] pada semua posisi, seperti : [jari], [tlunjU?], [mi?raj].
12)  Konsonan /ñ/
[ñ] pada awal dan tengah, seperti : [ñata] /nyata/, [haña] /hanya/.
13)  Konsonan /s/
[s] pada semua posisi, seperti : [sudah], [usaha], [cmas].
14)  Konsonan /y/
[y] pada posisi awal dan tengah, seperti : [yaη] /yang/, [saya].
15)  Konsonan /k/
[k] pada awal dan tengah, seperti : [kita], [sikap].
16)  Konsonan /g/
[g] pada awal dan tengah, seperti : [goloηan], [tiga].
17)  Konsonan /η/
[η] pada semua posisi, seperti : [hiduη] /hidung/, [deηan] /dengan/.
18)  Konsonan /x/
[x] pada semua posisi, seperti : [xianat] /khianat/, [ixlas] /ikhlas/, [tarix] /tarikh/.
19)  Konsonan /h/
[h] pada semua posisi, seperti : [hari], [bahasa], [lbih].


     3.      Transkripsi Bunyi Bahasa
Transkripsi adalah penulian tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlakudalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya. Transkripsi dibedakan atas beberapa jenis berikut.
a.       Transkripsi fonetis, yakni penulisan pengubahan menurut bunyi. Transkripsi ini ditandai dengan dua kurung siku […].
b.      Transkripri fonemis, yakni penulisan pengubahan menurut fonem. Ditandai dengan dua garis miring /…/.
c.       Transkripsi morfemis, yakni penulisan bahasa menurut morfem. Ditandai dengan kurung kurawal {….}.
d.      Transkripsi otografis, yakni penulisan pengubahan menurut huruf atau ejaan bahasa yang menjadi tujuannya. Ditandai dengan dua sudut <….>.
Transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, tanpa menghiraukan lafal bunyi kata yang bersangkutan.

0 comments:

Post a Comment