Saturday, 21 February 2015

Kaidah Grafemis



                                a.     Hubungan Fonem dan Grafem
Fonem itu bersangkutan dengan bunyi, dan grafem bersangkutan dengan huruf. Fonem berada dalam wilayah bahasa lisan, sedangkan grafem berada dalam wilayah bahasa tulis. Representasi tertulis kedua ini seringkali sama. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk menulis pada papan tulis, kita menulis kata kapur dan mengucapkannya pun /kapur/. Baik dari segi fonemis maupun dari segi grafemis, kata kapur itu memiliki lima satuan, yaitu /k/, /a/, /p/, /u/, /r/. Akan tetapi, hubungan satu lawan satu antara fonem dan grafem tidak selalu ditemukan. Grafem /e/, misalnya dapat mewakili fonem /e/ seperti pada kata sore. Sebaliknya. Fonem /f/ bisa pula dinyatakan dengan dua grafem yang berbeda yaitu <f> dan <v> seperti pada kata fajar dan visa.

                                b.     Realisasi grafemis
               Ejaan yang baik adalah yang mempunyai dasar : satu fonem satu tanda (grafem). Ejaan yang sempurna itu disebut ejaan fonemis. Akan tetapi, ejaan fonemis itu tidak pernah diperoleh, karena penyusunan suatu ejaan tidak hanya didasarkan pada hal-hal ilmiah, tetapi juga pada kepraktisan dan tradisi ejaan dalam masyarakat bahasa itu. Dasar ilmiah diberikan oleh kajian fonemik, sedangkan dasar praktis disesuaikan dengan keadaan masyarakat bahasa itu.
                                 c.     Pungtuasi
               Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi segmental dan suprasegmental. Unsur-unsur segmental dapat dengan mudah digambarkan, sedangkan unsure suprasegmental cukup sulit. Unsure segmental biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad, persukuan, dan penulisan kata. Sebaliknya, unsure suprasegmental biasanya dinyatakan secara tertulis melalui tanda-tanda baca atau pungtuasi.
Pungtuasi direalisasikan berdasarkan dua hal utama yang komplementer yaitu :
1)      Unsur-unsur suprasegmental
2)      Hubungan sintaksis
Misalnya dalam kalimat berikut terdapat tanda baca yang memenuhi kedua syarat tersebut.
Coba katakan, Saudara, siapa namamu ?
Dalam ujaran yang wajar antara katakan dan saudara tidak terdapat perhentian. Karena itu, seharusnya tanda koma dalam kalimat tersebut dihilangkan. Namun, karena kata Saudara merupakan unsur yang tidak ada hubungannya dengan kata katakan, maka harus ditempatkan koma. Antara kata saudara dan siapa ditempatkan koma, karena diberikan perhentian sebentar dengan intonasi menaik. Sebaliknya, di akhir kalimat diberikan tanda tanya karena intonasinya adalah intonasi tanya.
Sistem pungtuasi atau tanda baca dalam bahasa Indonesia meliputi tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik satu, tanda garis miring, dan tanda penyingkat.


0 comments:

Post a Comment