a. Hubungan Fonem dan Grafem
Fonem
itu bersangkutan dengan bunyi, dan grafem bersangkutan dengan huruf. Fonem
berada dalam wilayah bahasa lisan, sedangkan grafem berada dalam wilayah bahasa
tulis. Representasi tertulis kedua ini seringkali sama. Misalnya untuk
menyatakan benda yang dipakai untuk menulis pada papan tulis, kita menulis kata kapur dan mengucapkannya pun /kapur/.
Baik dari segi fonemis maupun dari segi grafemis, kata kapur itu memiliki lima satuan, yaitu /k/, /a/, /p/, /u/, /r/. Akan
tetapi, hubungan satu lawan satu antara fonem dan grafem tidak selalu
ditemukan. Grafem /e/, misalnya dapat mewakili fonem /e/ seperti pada kata sore. Sebaliknya. Fonem /f/ bisa pula
dinyatakan dengan dua grafem yang berbeda yaitu <f> dan <v> seperti
pada kata fajar dan visa.
b. Realisasi grafemis
Ejaan yang baik adalah yang
mempunyai dasar : satu fonem satu tanda (grafem). Ejaan yang sempurna itu
disebut ejaan fonemis. Akan tetapi, ejaan fonemis itu tidak pernah diperoleh,
karena penyusunan suatu ejaan tidak hanya didasarkan pada hal-hal ilmiah,
tetapi juga pada kepraktisan dan tradisi ejaan dalam masyarakat bahasa itu.
Dasar ilmiah diberikan oleh kajian fonemik, sedangkan dasar praktis disesuaikan
dengan keadaan masyarakat bahasa itu.
c. Pungtuasi
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi
segmental dan suprasegmental. Unsur-unsur segmental dapat dengan mudah
digambarkan, sedangkan unsure suprasegmental cukup sulit. Unsure segmental
biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad, persukuan, dan penulisan
kata. Sebaliknya, unsure suprasegmental biasanya dinyatakan secara tertulis
melalui tanda-tanda baca atau pungtuasi.
Pungtuasi
direalisasikan berdasarkan dua hal utama yang komplementer yaitu :
1) Unsur-unsur suprasegmental
2) Hubungan sintaksis
Misalnya dalam kalimat berikut terdapat tanda baca yang
memenuhi kedua syarat tersebut.
Coba katakan, Saudara, siapa namamu
?
Dalam ujaran yang wajar antara katakan dan saudara tidak
terdapat perhentian. Karena itu, seharusnya tanda koma dalam kalimat tersebut
dihilangkan. Namun, karena kata Saudara merupakan
unsur yang tidak ada hubungannya dengan kata katakan, maka harus ditempatkan koma. Antara kata saudara dan siapa ditempatkan koma, karena diberikan perhentian sebentar dengan
intonasi menaik. Sebaliknya, di akhir kalimat diberikan tanda tanya karena
intonasinya adalah intonasi tanya.
Sistem pungtuasi atau tanda baca dalam bahasa Indonesia
meliputi tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda
hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku,
tanda petik, tanda petik satu, tanda garis miring, dan tanda penyingkat.
0 comments:
Post a Comment