Rangka-nya rangka dari seluruh
sains dan pengetahuan. Itulah prinsip kausalitas. Ketika Newton melihat apel
jatuh, konon, ia berfikir mestinya ada sesuatu yang mewujudkan jatuhnya apel.
Inilah yang meniscayakan adanya gravitasi dalam fisika. Ketika Mendell melihat
keteraturan sifat-sifat hereditas, ia berfikir mestinya ada sesuatu yang
mewujudkan keteraturan sifat-sifat hereditas. Keyakinan ini menumbuhkan teori
genetika. Manusia secara instinktif memahami prinsip kausalitas sebagaimana
yang telah dibahas secara elaboratif.
Dalam dunia yang kita persepsi
disekitar ki
ta, kita menemukan urutan sebab-sebab efisien, namun kita tidak
pernah menemukan, dan tidak pula mungkin bahwa ada sesuatu yang merupakan sebab
efisien dirinya sendiri. Jika hal seperti ini ada, maka sesuatu harus ada sebelum
dirinya sendiri, yang merupakan hal yang mustahil. Namun adalah tidak mungkin
deretan sebab efisien berderet terus ad infinitum. Karena dalam setiap
urutan deretan sebab-sebab efisien, hal yang pertama adalah sebab dari hal berikutnya,
dan ini pada gilirannya akan menjadi sebab dari hal terakhir (walaupun mungkin
ada lebih dari satu tahap antaranya); dan jika satu dari sebab ini diambil;
efeknya juga akan lenyap. Maka , bila tidak ada yang pertama dari deretan
sebab-sebab efisien, tidak akan ada sebab-sebab antara dan efek akhirnya. Namun
bila deretan sebab-sebab efisien membentang ke belakang ad infinitum, tidak akan
ada sebab efisien pertama, yang akan berarti bahwa tidak akan ada akibat final,
dan tidak ada sebab-sebab efisien antara, yang tentu bukan hal yang terjadi.
Maka adalah mesti untuk menetapkan suatu Sebab Efisien Pertama; dan ini
dipahami oleh setiap orang sebagai Tuhan. [1]
0 comments:
Post a Comment