Semesta adalah segala sesuatu selain Tuhan. Dengan
kata lain, karena semesta bukanlah Wujud Wajib, ia adalah sesuatu yang tidak
memiliki keberadaan mandiri. Oleh karena itu semesta tidak memiliki apapun dari
dirinya sendiri yang menopang keberadaannya.
Pada saat yang sama, Tuhan adalah Kebaikan Murni (khayrun
mahdhun), melalui limpahan kesempurnaan eksistensial dariNya semua
semesta (al-‘ālamūn) yang menggapai-gapai dalam kesangatfakirannya
menerima kesempurnaan yang hendak dicapainya.
Maka betapa mungkin Tuhan, yang tidak lain adalah
Kebaikan Murni, melakukan apa pun selain
menolong yang lemah dan faqir? Syaikh al-Akbar Muhyiddīn Ibn ‘Arabi
menuliskan: “Maka seluruh makhluq adalah lemah dari dasar akan eksistensinya
yang terdalam, maka Rahmat meliputi mereka”[1]
Dalam
bagian lain Beliau menuliskan: “Semesta identik dengan Rahmat, dan bukan selain
itu”[2]
Allah tabaroka wa ta’ālā berfirman:
...وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ...[٧:١٥٦]
“...dan
rahmat-Ku meliputi segala sesuatu...”
(QS 7 (AL-A’RĀF):156)
AllahSWT juga berfirman dalam Al-Qur’an:
لَيْسَعَلَىالْأَعْمَىٰحَرَجٌوَلَاعَلَىالْأَعْرَجِحَرَجٌوَلَاعَلَىالْمَرِيضِحَرَجٌ...[٤٨:١٧]
“Tiada
dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan atas orang yang
sakit...” (QS 48 (AL-FATH):17)
Selain
makna lahirnya, mungkin, sekali lagi mungkin, ayat ini mengisyaratkan makna
batin, bahwa Tuhan yang tidak lain adalah Kebaikan Murni (khayrun mahdhun)
amat lembut dan asih terhadap yang lemah dan yang cacat, Namun seluruh alam,
karena mereka bukanlah Yang Nyata, bukan pula Mahasempurna; adalah lemah dan
cacat. Oleh karena itu sungguh RahmatNya – yakni limpahan Kebaikan MurniNya-
meliputi segala sesuatu!
Menurut asy-Syaikh al-Akbar, Ibn al-‘Arābī; ada suatu makna yang tersirat dalam FirmanNya
الرَّحْمَٰنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ [٢٠:٥]
“ar Rahmān, di atas ‘Arsy (Ia) duduk” (QS 20 (TAA HAA):5)
Setiap
raja memiliki singgasana. Allah sebagai Raja
Yang Mahaagung memiliki Singgasana. KerajaanNya adalah segenap semesta langit
dan bumi beserta seluruh alam. Ia duduk di atas SinggasanaNya sebagai Yang
Mahapemurah atau Yang Mahamelimpahkanrahmat (ar-Rahmān)
. Hal ini adalah karena rahmat Ilahiah – yakni limpahan dan pemberian kebaikan
(khayrun), keindahan (jamālun) dan kebenaran (haqqun) –
meliputi segenap alam .[3]
[1]Ibn ‘Arabi, al-Futūhat al-Makiyyah, Cairo, 1911, III 255.33, dikutip dari William C. Chittick, Ibn ‘Arabi Heir to the
Prophets, Oneworld Publications, 2007, Oxford, pp.131
[2]Ibn
‘Arabi, al-Futūhat al-Makiyyah, Cairo, 1911, II 437.24, dikutip
dari William C. Chittick, Ibn
‘Arabi Heir to the Prophets, Oneworld Publications, 2007, Oxford, pp.130
[3]Paragraf ini disadur bebas dari William C. Chittick, Ibn ‘Arabi Heir to the
Prophets, Oneworld Publications, 2007, Oxford, pp.58-59.
0 comments:
Post a Comment