Bahwa Ia Mencintai Sekalian Alam (al-‘alamīn) dengan Cinta Murni (hubbun mahdhun) yang terlepas dari semua kebutuhan cinta yang sentimental (min ghayri riqqatin)
CintaNya pada sekalian alam tidak lain adalah;
( 1)
kemahabaikanNya (khayruhu) untuk melimpahkan
kesempurnaan kesempurnaan eksistensial yang terbaik dan terindah pada sekalian
alam;
( 2)
namun pada saat yang sama, sifat dasar sekalian alam
sebagai wujud-wujud mungkin (al-wujūdāt al-imkaniyyah) adalah kurang, cacat dan lemah; serta mereka tidak pernah mencapai
kesempurnaan yang sebenarnya
Maka betapa mungkin bagi Tuhan, yang tidak lain adalah Kemahabaikan itu
sendiri (al-khayr), melainkan Ia senantiasa menyempurnakan dan
menambahkan kesempurnaan-kesempurnaan eksistensial pada sekalian alam yang
selalu kurang, cacat, lemah dan faqir.
Dari sini, nampak bahwa Ia adalah Mahamencintai sekalian alam dalam arti
Ia senantiasa melimpahkan kesempurnaan eksistensial yang lebih indah dan lebih
indah lagi terus menerus pada sekalian alam tanpa henti. CintaNya memperbaharui
kesempurnaan-kesempurnaan yang telah dilimpahkannya pada sekalian alam menjadi
lebih indah dan lebih baik , setiap saat , setiap waktu. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Al Karim:
...كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ[٥٥:٢٩]
“Tiap hari Dia ada
dalam kesibukan”
(QS 55 (AR-RAHMĀN):29)
Maka seluruh kosmos, baik
makrokosmos maupun mikrokosmos, dipandang dari mereka adalah obyek CintaNya,
selalu membaharu dan mencapai keindahan-keindahan yang lebih baru. Gerakan
membaharu ini adalah dari level atom, bahkan subatomik atau yang lebih kecil
lagi, hingga level supergalaxy, dan bahkan pada segenap semesta yang kita
ketahui ataupun yang tidak kita ketahui. Sadrul Muta’allihin Mulla Shadra qs
menyebut gerakan pembaharuan semesta terus menerus menuju
kesempurnaan-kesempurnaan dan keindahan-keindahan ini sebagai harākah al-jauhāriyyah-حَرَاكَة الْجَواهَرِيّة
(gerakan substansial atau gerakan transubstansiasi).[1]
Bahwa
Ia Mencintai hal-hal yang indah dan mencintai melihat jejak-jejak limpahan Keindahan
dan KebaikanNya dalam semesta diisyaratkan oleh sebuah riwayat dari Amirul
Mukminin Imam ‘Ali bin Abī Thālib kw sebagai berikut
عن أبي عبد
الله عليه السلامقال : قال أمير المؤمنين عليه السلام : ان
الله الجميل يحب الجمال و يحب أن يرى أثر النعمة على عبده[2]
“Dari
Abu Abdillah as. Beliau berkata: Amirul mukmininas. berkata: sesungguhnya Allah itu Indah (dan)
mencintai yang indah, dan mencintai melihat jejak nikmat (Nya) atas hambaNya. “
Satu catatan penting adalah bahwa kata-kata “Cinta”
yang dipredikasikan kepadaNya tidak sama dengan kata-kata “cinta” yang
dipredikasikan kepada selainNya. “Cinta” yang dipredikasikan kepadaNya adalah
“Cinta” yang bebas dari semua kebutuhan. Adalah “Cinta” yang tidak tersentuh
rasa takut kehilangan. Adalah “Cinta” yang tidak tersentuh oleh sifat
sentimental apa pun. Mungkin sabda Imam
‘Ali bin Abī Thālib kw dalam Nahjul Balāghah Khutbah ke 186 berikut ini mengisyaratkan pada sifat CintaNya yang suci
dari segala kebutuhan akan yang dicintaNya
يُحِبُّ
وَيَرْضَى مِنْ غَيْرِ رِقَّةٍ ،
Maha Suci Dia, hubbun mahdhun
(Cinta Murni), al Habīb al Haqīqī (Pecinta
Hakiki), yang CintaNya adalah benar-benar murni. Sungguh CintaNya adalah
KemahabaikanNya (khayruhu) untuk melimpahkan sebaik-baik nikmat pada
makhluq-makhluqNya.
Maha Suci Dia, sungguh CintaNya tak membutuhkan apa
pun, tak mendambakan apa pun (min ghayri riqqatin), melainkan adalah
kesempurnaan karuniaNya! Duhai Yang Mahabaik! Duhai Yang Mahaindah! Duhai
Hakikat Murni Cinta!
Tentang Cinta MurniNya, seorang penyair berkata:
Gemilang bak mas murni dua puluh empat karat
Cerlang bak intan pualam mutu manikam
Yang Paling Murni dari yang murni
Yang paling Sejati dari yang sejati
Memberi Murni tanpa meminta
Melimpahkan Nikmat tanpa berharap
Wahai Yang Sendiri dalam Keagungan dan Kekekalan!
[1] Mulla Shadra, Kearifan Puncak, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, Cetakan II, Januari 2004, pp. 152
[2] Syekh Kulaini, Al-Kāfī, Vol. 6, دار الكتاب الاسلامية (Dār al-Kitāb
al-Islāmiyyah), Tehran, 2000 M / 1367 H, Ahlulbayt Library 1. 0, pp. 438
[3]Nahjul Balāghah, Ansariyan Publications, Qum,
2002 M/1423 H, Vol. 2, pp.25
0 comments:
Post a Comment