Friday, 23 January 2015

Renungan Masa Depan Dunia dan Agama



Wahai Yang menunjukkan DzatNya dengan DzatNya
dan jauh dari segala keserupaan dengan Makhluq-Nya
                                                                        (Imam Ali bin Abi Thalib a.s)

           Akar Problema


            Dari kotak itu, muncul gambar Madonna sedang di shoot dalam keadaan over-sensual, atau yaa katakanlah, maaf-maaf, lengkap melambangkan syahwat raja kuda yang paling perkasa. Maka runtuhlah akal-akal orang yang melihatnya. Jelas, karena menurut Aristoteles, manusia adalah hewan yang berfikir, runtuhlah akal-akal orang yang melihatnya. Jelas, karena menurut Aristoteles, manusia hewan yang berfikir, runtuhnya keberfikiran membuatnya mengalami transformasi menjadi hewan.

            Dari kotak itu pula, pada acara Dunia dalam Berita, tersungkur Muslimin yang mazhlum di Bosnia maupun di Cehnya, dengan segenap darah dan raut-raut wajahnya. Ia membuat hati demi hati, -yang masih memiliki cahaya walau amat redup-, menyala bak mata naga, ataupun besi yang dipanaskan hingga meleleh, mata naga kemarahan. Besi memerah yang hancur karena diremukkan oleh “rasa satu tubuh-rasa satu hati”, persaudaraan Muslimin yang tumbuh subur di hati tiap Mukmin.
            Telekomunikasi mutakhir membuat cross-cultural transformation, cross problematical transformation, cross-political transformation merambah dan tumbuh berkembang pesat. Jelas globalisasi mengarah pada pembentukan satu “bangsa global, -qoum global-“. Dunia. Minimal secara kultural. Tidak menutup kemungkinan secara politis. Mohon maaf, sesuai dengan tema, al-faqir tidak akan mendiskusikan globalisasi politis karena ini memerlukan suatu analisis kekuatan, analisisi perkembangan historis, maupun mungkin analisis-analisis lain yang perlu.
            Syahid Murtadha Mutahhari dalam Masyarakat dan Sejarah-nya maupun Syahid Muhammad Baqir Sadr membuktikan bahwa masyarakat, -dapat dipandang suatu Individu. Sebagaimana individu mempunyai dosa dan pahala, masyarakat mempunyai dosa dan pahal. Sebagaimana individu mempunyai agama dan keyakinan, masyarakat pun mau tidak mau mesti (niscaya) mempunyai Agama dan Keyakinan. Individu mempunyai aspek material maupun spiritual, demikian pula masyarakat. Jelas terdapat hubungan antara aspek material maupun spiritual individu maupun masyarakat. Sebagai contoh sederhana, OKB (Orang Kaya Baru) mengalami perubahan aspek material drastis, -dan betapa sulit menjadi OKB tanpa mengalami degradasi spiritual. Kemajuan drastis aspek material masyarakat yang disebabkan penerapan Saintek membuat masyarakat dunia menjadi MKB (Masyarakat Kaya Baru). Degradasi spiritual MKN nampak jelas dengan maraknya prostitusi dan tempat-tempat maksiyat di kota-kota industri yang kaya. Ini pula yang mungkin membuat Ulama Madura “kurang sreg” dengan industrialisasi masyarakat Madura?
            Ada dua analisis peran yang saya imajinasikan tentang Globalisasi. Ini sehubungan dengan peran Agama dalam “Rekayasa Transformasi Budaya Global Mutual Multilateral Multikultural Multipolitikal Multiekonomikal Multisosial dalam konteks apakah itu akan ditransendensikan ataukah akan dimaterialisasikan, dan apakah itu akan diregulasikan secara global ataukah dideregulasikan secara global…” (Sorry, ini sedikit guyon ngawur).
            Lebih tepat lagi adalah dua analisis peran orang-orang yang beragama dalam menentukan Agama Dunia-Pasca Globalisasi. Silogismenya sederhana. Karena masyarakat mesti punya Agama, sedangkan kenyataan terdapat banyak agama, maka ada beberapa kemungkinan. Masyarakat akan memilih salah satu agama yang ada sebagai Agamanya. Atau, masyarakat akan melakukan sinkretisasi beberapa agama yang ada dan memilihnya sebagai Agamanya. Atau, masyarakat akan menghasilkan “agama baru” yang dipilih secara sadar sebagai Agamanya. Sebelumnya saya mohon maaf, dalam makalah ini saya menggunakan pengertian agama dalam arti luas (sebagai terjemahan dari ad-diin), sehingga bagi semua pihak yang menggunakan pengertian agama dalam arti sempit, harus ada re-definisi dan re-konvensi makna-makna semantik sebelum melanjutkan diskusi kita. Dalam pengetian ini komunis, -atheis pun beragama, agamanya tidak lain adalah atheisme itu sendiri.

0 comments:

Post a Comment