Wahai Yang
menunjukkan DzatNya dengan DzatNya
dan jauh dari segala
keserupaan dengan Makhluq-Nya
(Imam
Ali bin Abi Thalib a.s)
Dari kotak itu, muncul gambar Madonna
sedang di shoot dalam keadaan over-sensual, atau yaa katakanlah, maaf-maaf,
lengkap melambangkan syahwat raja kuda yang paling perkasa. Maka runtuhlah
akal-akal orang yang melihatnya. Jelas, karena menurut Aristoteles, manusia
adalah hewan yang berfikir, runtuhlah akal-akal orang yang melihatnya. Jelas,
karena menurut Aristoteles, manusia hewan yang berfikir, runtuhnya keberfikiran
membuatnya mengalami transformasi menjadi hewan.
Dari kotak itu pula, pada acara
Dunia dalam Berita, tersungkur Muslimin yang mazhlum di Bosnia maupun di
Cehnya, dengan segenap darah dan raut-raut wajahnya. Ia membuat hati demi hati,
-yang masih memiliki cahaya walau amat redup-, menyala bak mata naga, ataupun
besi yang dipanaskan hingga meleleh, mata naga kemarahan. Besi memerah yang
hancur karena diremukkan oleh “rasa satu tubuh-rasa satu hati”, persaudaraan
Muslimin yang tumbuh subur di hati tiap Mukmin.
Telekomunikasi mutakhir membuat cross-cultural transformation, cross
problematical transformation, cross-political transformation merambah dan
tumbuh berkembang pesat. Jelas globalisasi mengarah pada pembentukan satu
“bangsa global, -qoum global-“. Dunia. Minimal secara kultural. Tidak menutup
kemungkinan secara politis. Mohon maaf, sesuai dengan tema, al-faqir tidak akan
mendiskusikan globalisasi politis karena ini memerlukan suatu analisis
kekuatan, analisisi perkembangan historis, maupun mungkin analisis-analisis
lain yang perlu.
Syahid Murtadha Mutahhari dalam
Masyarakat dan Sejarah-nya maupun Syahid Muhammad Baqir Sadr membuktikan bahwa
masyarakat, -dapat dipandang suatu Individu. Sebagaimana individu mempunyai
dosa dan pahala, masyarakat mempunyai dosa dan pahal. Sebagaimana individu
mempunyai agama dan keyakinan, masyarakat pun mau tidak mau mesti (niscaya)
mempunyai Agama dan Keyakinan. Individu mempunyai aspek material maupun
spiritual, demikian pula masyarakat. Jelas terdapat hubungan antara aspek
material maupun spiritual individu maupun masyarakat. Sebagai contoh sederhana,
OKB (Orang Kaya Baru) mengalami perubahan aspek material drastis, -dan betapa
sulit menjadi OKB tanpa mengalami degradasi spiritual. Kemajuan drastis aspek
material masyarakat yang disebabkan penerapan Saintek membuat masyarakat dunia
menjadi MKB (Masyarakat Kaya Baru). Degradasi spiritual MKN nampak jelas dengan
maraknya prostitusi dan tempat-tempat maksiyat di kota-kota industri yang kaya.
Ini pula yang mungkin membuat Ulama Madura “kurang sreg” dengan industrialisasi
masyarakat Madura?
Ada dua analisis peran yang saya
imajinasikan tentang Globalisasi. Ini sehubungan dengan peran Agama dalam
“Rekayasa Transformasi Budaya Global Mutual Multilateral Multikultural
Multipolitikal Multiekonomikal Multisosial dalam konteks apakah itu akan
ditransendensikan ataukah akan dimaterialisasikan, dan apakah itu akan
diregulasikan secara global ataukah dideregulasikan secara global…” (Sorry, ini
sedikit guyon ngawur).
Lebih tepat lagi adalah dua analisis
peran orang-orang yang beragama dalam menentukan Agama Dunia-Pasca Globalisasi.
Silogismenya sederhana. Karena masyarakat mesti punya Agama, sedangkan
kenyataan terdapat banyak agama, maka ada beberapa kemungkinan. Masyarakat akan
memilih salah satu agama yang ada sebagai Agamanya. Atau, masyarakat akan
melakukan sinkretisasi beberapa agama yang ada dan memilihnya sebagai Agamanya.
Atau, masyarakat akan menghasilkan “agama baru” yang dipilih secara sadar
sebagai Agamanya. Sebelumnya saya mohon maaf, dalam makalah ini saya
menggunakan pengertian agama dalam arti luas (sebagai terjemahan dari ad-diin),
sehingga bagi semua pihak yang menggunakan pengertian agama dalam arti sempit,
harus ada re-definisi dan re-konvensi makna-makna semantik sebelum melanjutkan
diskusi kita. Dalam pengetian ini komunis, -atheis pun beragama, agamanya tidak
lain adalah atheisme itu sendiri.
0 comments:
Post a Comment