Friday, 23 January 2015

Buih-Buih di Lautan




Dalam model ini, masyarakat global dimodelkan sebagai lautan, transformasi budaya global dimodelkan sebagai gelombang lautan, dan orang-orang yang beragama dimodelkan sebagai buih-buih di lautan. Gerak pertumbuhan dan perkembangan masyarakat global ditentukan oleh gelombang globalisasi itu sendiri. Saintek jelas berubah-waktu, maka Agama masyarakat pun berubah waktu. Dan teriakan-teriakan pada Ahli Dakwah hanyala seperti tetes-tetes zat warna yang diteteskan ke dalam lautan.

            Dalam model ini, agama hanyalah aksiden, dan tidak bisa menjadi substansi. Misalnya pun kita bayangkan bermunculan milyaran ahli dakwah. Sebagaimana halnya bisa kita bayangkan jika seluruh permukaan laut dipenuhi buih. Buih tetap buih. Secara fisik ia tidak mempuntai potensi untuk mengubah gerak laut. Segera saja gelombang demi gelombang akan menelannya. Keberadaan buih niscaya diikuti oleh ketiadaannya ditelan gelombang lautan. Hari ini X mendengar ceramah Jum’at. Sebelumnya tadi pagi X melihat aurat-aurat “megal-megol” dalam Senam Healthy Suplerhealthy Superstar Supersexy Supermodern Superuptodate…..Aerobic, pulang mampir nonton film semi-porno super-vulgar dan pulang nonton memperkosa dan membunuh cewek? Anak TK sudah bisa berzina? Ceramah subuh? Ceramah Tarwih? Pengajian? Bagai buih di lautan. Sekali buih tetap buhi. Analisis filosofisnya amat sederhana. Buih hanyalah aksiden temporal lautan. Aksiden bukanlah substansi. Sifat temporal ekstrim menyebabkan buih tak akan menyebabkan perubahan substansi lautan sampai kapanpun.

0 comments:

Post a Comment