Dalam model ini, masyarakat global
dimodelkan sebagai lautan, transformasi budaya global dimodelkan sebagai
gelombang lautan, dan orang-orang yang beragama dimodelkan sebagai buih-buih di
lautan. Gerak pertumbuhan dan perkembangan masyarakat global ditentukan oleh
gelombang globalisasi itu sendiri. Saintek jelas berubah-waktu, maka Agama
masyarakat pun berubah waktu. Dan teriakan-teriakan pada Ahli Dakwah hanyala
seperti tetes-tetes zat warna yang diteteskan ke dalam lautan.
Dalam model ini, agama hanyalah
aksiden, dan tidak bisa menjadi substansi. Misalnya pun kita bayangkan
bermunculan milyaran ahli dakwah. Sebagaimana halnya bisa kita bayangkan jika
seluruh permukaan laut dipenuhi buih. Buih tetap buih. Secara fisik ia tidak
mempuntai potensi untuk mengubah gerak laut. Segera saja gelombang demi
gelombang akan menelannya. Keberadaan buih niscaya diikuti oleh ketiadaannya
ditelan gelombang lautan. Hari ini X mendengar ceramah Jum’at. Sebelumnya tadi
pagi X melihat aurat-aurat “megal-megol” dalam Senam Healthy Suplerhealthy
Superstar Supersexy Supermodern Superuptodate…..Aerobic, pulang mampir nonton
film semi-porno super-vulgar dan pulang nonton memperkosa dan membunuh cewek?
Anak TK sudah bisa berzina? Ceramah subuh? Ceramah Tarwih? Pengajian? Bagai
buih di lautan. Sekali buih tetap buhi. Analisis filosofisnya amat sederhana.
Buih hanyalah aksiden temporal lautan. Aksiden bukanlah substansi. Sifat
temporal ekstrim menyebabkan buih tak akan menyebabkan perubahan substansi lautan
sampai kapanpun.
0 comments:
Post a Comment