Analisis peran kedua ini memodelkan
kebenaran dan Kebahagiaan Puncak sebagai satu cahaya lilin yang exist, dan unique. Sedang puak-puak bangsa dan ummat manusia adalah seperti
laron yang mencari kebahagiaan. Sedang orang-orang yang beragama, -atau lebih
tepatnya orang-orang yang beragama dengan benar-, adalah bagai kupu-kupu yang
telah menyatu dengan Kebenaran dan Kebahagaiaan Puncak ini. Sehingga tanggallah
ke-laronannya dan berpendarlah cahaya lilin kebahagiaan dalam dirinya. Mereka
menjadi imitasi-imitasi cahaya lilin kebahagiaan. Sehingga laron-laron pencari
kebahadiaan berkitar-kitar mengorbit dengan indah dan harmonis terdapat
pusatnya yang tunggal. Mengorbit secara eksistensial bukan secara fisik. Pusatnya
yang tunggal adalah Kebenaran dan Kebahagiaan Puncak, Tuhan Yang Maha Rahman.
Sehingga laron, kupu dan Tuhan jadilah satu, jadilah suatu Masyarakat Global
Ilahi. Satu masyarakat yang harmonis yang mengikuti jalan-jalan (tao) yang
mendatangkan rahmat.
Rahmat tersebar di mana-mana. Seolah
langit terbuka dan menyiramkan badai rahmat sampai orang tidak dapat melihat
apa-apa lagi kecuali Rahmat ada di dalam, di luar dan menyertainya baldatun
thoyyibatun wa rabbun ghafuur. Keadilan Tuhan tegak di muka bumi. Satu kesatuan
global budaya (NB; mungkinkah juga politik?) dunia. Dunia yang ilahiah. Bukti
bahwa Tuhan tidak menciptakan manusia dan alam ini dengan sia-sia. Mustahil Ia
melakukan sesuatu yang sia-sia. Maha Suci Ia dari seluruh apa yang disangkakan
makhluqnya yang bodoh/
Saintek, -terutama dengan teknologi
komunikasi dan transformasinya-, merupakan infrastruktur material yang
men-support penyebaran rahmat kupu-kupu cahaya agama ke seluruh bagian dari
dunia, pandangan yang lebih ekstrim lagi mengatakannya, itu syarat perlu
(necessary condition) bukan lagi sekadar support. Globalisasi material
dispiritualisasi sempurna. Atau lebih optimis lagi, di Islamisasi sempurna?
Apakah itu yang disebut dengan abad Mahdi?
Karena itu, sebutlah analisis peran
ini sebagai satu cabang yang mungkin dari Mahdism Futurology. Dalam futurologi
ini, agama memiliki peran yang substansil dalam globalisasi. Tidak aksidental.
Tidak pula temporal ekstrim. Tapi ia bisa disebut temporal dalam artian bahwa
semua yang ada di dunia ini pastilah akan lenyap. Sehingga karena itu, jika
kita bisa menempatkan peran kita dengan pertolonganNya dan petunjukNya
sebagaimana model masa depan ini, Islam akan menjadi Substansi Masyarakat
Global Dunia. Bagaimana cara kita menempatkan peran kita? Mari kita bertanya
pada para Ulama kita YM. Dan aku berlindung dari semua kedhoifan ucapan yang
muncul dari fikiran yang lemah dan bathil ini, dan sungguh-sungguh Segala Puji
hanyalah bagiNya selalu. Kuakhiri tulisan ini dengan mengharap keberkahan
Sholawat Nabi .
0 comments:
Post a Comment