Friday, 23 January 2015

Pusaran Cahaya Rahmat



            Analisis peran kedua ini memodelkan kebenaran dan Kebahagiaan Puncak sebagai satu cahaya lilin yang exist, dan unique. Sedang puak-puak bangsa dan ummat manusia adalah seperti laron yang mencari kebahagiaan. Sedang orang-orang yang beragama, -atau lebih tepatnya orang-orang yang beragama dengan benar-, adalah bagai kupu-kupu yang telah menyatu dengan Kebenaran dan Kebahagaiaan Puncak ini. Sehingga tanggallah ke-laronannya dan berpendarlah cahaya lilin kebahagiaan dalam dirinya. Mereka menjadi imitasi-imitasi cahaya lilin kebahagiaan. Sehingga laron-laron pencari kebahadiaan berkitar-kitar mengorbit dengan indah dan harmonis terdapat pusatnya yang tunggal. Mengorbit secara eksistensial bukan secara fisik. Pusatnya yang tunggal adalah Kebenaran dan Kebahagiaan Puncak, Tuhan Yang Maha Rahman. Sehingga laron, kupu dan Tuhan jadilah satu, jadilah suatu Masyarakat Global Ilahi. Satu masyarakat yang harmonis yang mengikuti jalan-jalan (tao) yang mendatangkan rahmat.

            Rahmat tersebar di mana-mana. Seolah langit terbuka dan menyiramkan badai rahmat sampai orang tidak dapat melihat apa-apa lagi kecuali Rahmat ada di dalam, di luar dan menyertainya baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur. Keadilan Tuhan tegak di muka bumi. Satu kesatuan global budaya (NB; mungkinkah juga politik?) dunia. Dunia yang ilahiah. Bukti bahwa Tuhan tidak menciptakan manusia dan alam ini dengan sia-sia. Mustahil Ia melakukan sesuatu yang sia-sia. Maha Suci Ia dari seluruh apa yang disangkakan makhluqnya yang bodoh/
            Saintek, -terutama dengan teknologi komunikasi dan transformasinya-, merupakan infrastruktur material yang men-support penyebaran rahmat kupu-kupu cahaya agama ke seluruh bagian dari dunia, pandangan yang lebih ekstrim lagi mengatakannya, itu syarat perlu (necessary condition) bukan lagi sekadar support. Globalisasi material dispiritualisasi sempurna. Atau lebih optimis lagi, di Islamisasi sempurna? Apakah itu yang disebut dengan abad Mahdi?
            Karena itu, sebutlah analisis peran ini sebagai satu cabang yang mungkin dari Mahdism Futurology. Dalam futurologi ini, agama memiliki peran yang substansil dalam globalisasi. Tidak aksidental. Tidak pula temporal ekstrim. Tapi ia bisa disebut temporal dalam artian bahwa semua yang ada di dunia ini pastilah akan lenyap. Sehingga karena itu, jika kita bisa menempatkan peran kita dengan pertolonganNya dan petunjukNya sebagaimana model masa depan ini, Islam akan menjadi Substansi Masyarakat Global Dunia. Bagaimana cara kita menempatkan peran kita? Mari kita bertanya pada para Ulama kita YM. Dan aku berlindung dari semua kedhoifan ucapan yang muncul dari fikiran yang lemah dan bathil ini, dan sungguh-sungguh Segala Puji hanyalah bagiNya selalu. Kuakhiri tulisan ini dengan mengharap keberkahan Sholawat Nabi .

0 comments:

Post a Comment