Saturday, 31 January 2015

MAKALAH TEMPAT ZIARAH PAMIJAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di Indonesia banyak sekali tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh umat muslimin. Mereka pergi ke tempat tersebut tiada lain hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, yang salah satunya tempat ziarah yang sering dikunjungi masyarakat adalah yang bertempat di Kabupaten Tasikmalaya tepatnya disebut tempat ziarah pamijahan.
Tempat ziarah pamijahan merupakan tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh masyarakat untuk beribadah baik hanya beribadah sehari maupun yang tinggal beberapa waktu untuk beribadah. Pada bulan-bulan tertentu setiap harinya hampir ada 700 orang yang berkunjung kesana.

Disana ada beberapa Mesjid yang digunakan untuk shalat dan berdo’a para pengunjung, ada makam-makam para wali, gua, tempat penginapan, tempat makanan, dan tempat souvenir.
Selain itu, tempat ziarah ini merupakan tempat bersejarah yang dirintis oleh Syekh Haji Abdul Muhyi beserta kawan-kawannya.

B.     Tujuan
Selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah B. Indonesia juga untuk memberikan wawasan dan informasi tentang tempat ziarah pamijahan kepada pembaca khsusunya dan kepada masyarakat Indonesia umumnya.

C.     Rumusan Masalah
     1.      Apa itu pamijahan?
     2.      Bagaimana kisah kelahiran Syekh Haji Abdul Muhyi?
      3.      Bagaimana asal-usul Gua Pamijahan?
     4.      Apa fungsi Gua Pamijahan?


D.    Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan dengan menggali sumber informasi dari buku-buku yang bersangkutan.

E.     Sistematika Penyusunan
BAB I PENDAHULUAN : Berisi tentang latar belakang, tujuan, rumusan masalah, metode penyusunan, dan sistematika penyusunan.
BAB II      PEMBAHASAN    : Berisi tentang tempat ziarah pamijahan
BAB III PENUTUP : Berisi tentang kesimpulan dan saran


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pamijahan
Pamjihan adalah nama sebuah kampung yang letaknya dipinggir kali sehingga dimana kali itu kadang-kadang bisa membawa bencana, seperti yang pernah dialami ada beberapa punggung/rumahhanyut diwaktu banjir. Maka karena itulah sekarang bangunan-bangunan menjadi permanen terutama yang berada dipinggir kali, hal ini dengan secara terpaksa penduduk meninggalkan citra atau salah satu adat ke pamijahan.
Pamijahan termasuk ibu kota Desa di Wilayah Kecamatan Bantarkalong kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Sebelum Kangjeng Syekh datang ke Pamijahan sudah ada kampung yaitu Daerah Bojong Wilayah Sukapura terletak disebelah timur laut dari kampung Pamijahan sekarang, yang kini terkenal dengan nama Kampung Bengkok. Disana terdapat makam Dalem Sacaparana yaitu, mertuanya Kangjeng Syekh Haji Abdul Muhyi.
Adapun kata pamijahan adalah nama baru, dimasa sebelum dan masa hidupnya nama tersebut belum ada dikenal, pada masa Kangjeng Syekh Pamijahan itu bernama “SAFAR WADI”, kata nama Safar Wadi ini yang diambil dari kata bahasa arab “safar” artinya jalan, “wadi” lembah (jurang) jadi Safarwadi adalah jalan yang berada diatas jurang/lembah. Hal ini sesuai dengan letaknya ada di antara dua bukit di pinggir kali. Dan mungkin juga Safar Wadi yang diberikan oleh Waliyulloh itu sebagai peringatan kepada generasi mendatang supaya hidup di bumi Pamijahan dan khususnya di Dunia pada umumnya selalu hati-hati laksana berjalan diatas jurang yang senantiasa bisa membawa bahaya atau celaka.
Adapun sekarang nama Safar Wadi ini terkenal dengan nama Pamijahan antara lain karena setelah Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh wafat, banyak orang-orang berdatangan berduyun-duyun dari tiap-tiap pelosok pulau Jawa pada khususnya umumnya wilayah kepulauan Indonesia untuk menziarahi makam Waliyulloh tersebut, laksana ikan akan bertelur (mijah dalam bahasa sunda). Maka karena itulah nama Safar Wadi menjadi nama Pamijahan sebab mempunyai arti seperti atau titik persamaan dengan tempat ikan akan bertelur (Pamijahan) bukan berarti Pemujaan. Karena itu saya sangkal apabila mereka yang datang menganggap/mengartikan Pamijahan itu sebagai tempat memuja atau mendewa-dewakan kuburan orang yang telah mati.
 
B.     Kisah Singkat Kelahiran Syekh Haji Abdul Muhyi
Alkisah lahirnya Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullohdi Mataram sekitar 1650 M/1071 H dari seorang ibu yang bernama Ny. R. Ajeng Tanganjiah sebagai keturunan dari Saidina Husen bin Saidina Ali Wa Fatimah binti Rosululloh SAW, sebagaimana pada silsilahnya di atas. Adapun ayahnya bernama Sembah Lebe Wartakusumah putra/keturunan dari Raja Galuh/Jawa. Jadi, Kangjeng Syekh sebagai pertemuan dari keturunan Arab dan Jawa, Beliau dilahirkan dari keluarga yang penuh dengan rahmat dan karunia Allah, parasnya yang cantik bersih memancarkan cahaya kemuliaan hingga terlihat tanda-tanda kebesarannya bagi orang-orang yang hadir.
Beliau tidak lama hidup di Mataram dan beralih ke Ampel/Gresik bersama orang tuanya disanalah beliau dibesarkan, Beliau selalu mendapat didikan Agama Islam dari orang tuanya dan dari Ulama-ulama yang berada di Ampel. Dengan tekun dan rajinnya, beliau menuntut ilmu Agama disertai rajin beribadat kepada Allah. Kesederhanaan dan kewibawaan sebagai pemimpin sudah terlihat dikalangan. Semasa hidupnya, beliau sangat disegani dan dihormati oleh teman-temannya.
Silsilah Keturunan Syekh Abdul Muhyi
Dari Ayahnya :
     1.      Ratu Galuh
     2.      Ratu Puhun
     3.      Kuda Lanjar
     4.      Mudik Cikawung Ading
     5.      Entol Penengah
     6.      Sembah Lebe Warta Kusumah
      7.      Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh
Dari Ibunya :
     1.      Baginda Nabi Muhammad SAW
      2.      Ali Wa Fatimah
      3.      Saidina Husen
      4.      Ali Zaenal Abidin
      5.      Muhammad Al Baqir
      6.      Jafar Ashodiq 
     7.      Ali Al’Aridhi
    8.      Muhammad  
    9.      Isa Albasyari
   10.  Ahmad Al Muhazir
   11.  Ubaidilah
    12.  ‘Uluwi   
    13.  Muhammad
    14.  ‘Uluwi
    15.  Ali Kholi’i qosim
    16.  Muhammad Shohibul Murobath
    17.  ‘Uluwi
    18.  Abdul Malik
    19.  Abdulloh Khona
    20.  Imam Ahmad Syah
    21.  Jamaludin Akbar
    22.  Asmar Kandi Gisik Karjo Tuban
    23.  Ishaq Makhdum
    24.  Muhammad ‘Aenal Yakin
    25.  Sunan Giri Laya
    26.  Wira Candera
    27.  Kentol Sumbirana
    28.  Rd. Ajeng Tanganziah
Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh   

C.    Asal Usul Gua Pamijahan
Gua Pamijahan adalah sebagai pewaris dari Syekh Haji Abdul Qodir Jaelani, yang kurang lebih 200 tahun sebelum Syekh Haji Abdul Muhyi, beliau (Syekh Abdul Qodir) bertawajjuh/menerima ilmu agama dari gurunya Syekh Imam Sanusi disana.
Gua Pamijahan terletak disebuah kaki bukit/gunung yang terkenal sekarang dengan sebutan/nama “Gunung Mujarod” yang diambil dari kata/kalimat bahasa arab yang mempunyai arti “tempat penenangan” (tempat nyirnakeun manah, dalam bahasa sunda) karena didalam gua dibawah gunung itulah Syekh Haji Abdul Muhyi sering Taqorub mendekatkan diri kepada Allah, dalam kata lain “Bersemedi”.
Dan ada juga memberi nama “Gunung Mujarob”, diambil dari kata bahasa arab yang mempunyai arti gunung tempat mencoba. Dimana hal ini sesuai dengan riwayat yang telah penulis terima, bahwa Syekh H. Abd. Muhyi sebelumnya menemukan gua pernah mencoba melaksanakan petunjuk gurunya dengan menanam padi sebagai ciri adanya gua, yaitu bila setangkai biji padi ditanam kemudian hasilnya setangkai pula, maka itulah suatu tanda bahwa dibawah tanah itulah adanya gua Syekh Abd. Qodir Jaelani. Ternyata beberapa kali percobaan baru di gunung itulah Syekh H. Abd. Muhyi berhasil menanam setangkai padi berbuah/hasilnya setangkai pula.
     
D.    Fungsi Gua Pamijahan
Bila ditinjau dari segi alamiah, gua itu mungkin juga banyak didapatkan di beberapa tempat, namun gua di Pamijahan sangat berlainan dengan gua-gua ditempat lain, sehingga gua Pamijahan terus dikerumuni orang dari tiap-tiap pelosok.

Gua Pamijahan terletak di dalam gunung, luas dan besar bentuk di dalamnya indah dihiasi batu-batuan yang berkilauan menyambut sinar lampu yang dibawa di tangan para petunjuk jalan yang berjalan di ketengahan air yang jernih keluar dari sela-sela batu licin, hingga membuat terpesona orang yang masuk kedalamnya. Alangkah indahnya dan agungnya ciptaan Tuhan, makin kokoh dan kuat gua itu.
Kemudian kita tinjau secara ilmiah gua tersebut mempunyai beberapa fungsi sosial kehidupan dari masa ke masa antara lain:
1.      Fungsi Gua di Masa Syekh H. Abdul Qodir Jaelani Sampai Masa Syekh H. Abdul Muhyi Waliyulloh
a)      Gua sebagai alamiah langsung ciptaan Tuhan dengan sababiah Karomatnya Waliyulloh
b)      Gua sebagai tempat beribadat para Wali-wali, sebagai bukti terdapat “Masjid dan Menara” didalamnya.
c)      Gua Pamijahan sebagai tempat pertemuan-pertemuan para wali buktinya adanya jalan yang menghubungkan ke Mekah, ke Surabaya, ke Cirebon dan ke Banten.
d)     Gua Pamijahan sebagai tempat mendidik kader yang akan disebarkan dalam mengembangkan agama Islam ke seluruh pelosok tanah air, sebagai bukti terdapat di dalamnya tempat “pendidikan” (pesantren).
e)      Gua sebagai tempat Tajrid Taqorub menyirnakan dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan bermacam-macam peribadatan para wali yang ditempuhnya. Sebagai bukti adanya “Pengtapaan” didalamnya.
2.      Fungsi Gua di Masa Setelah Syekh H. Abdul Muhyi Sampai Sekarang
a)      Gua Pamijahan salah satu ciptaan yang betapa hebatnya serta indah dan kokohnya.
b)      Gua sebagai tempat mengenang kembali kepada pada Solihin yang telah mendapatkan karunia Allah berkat perjuangannya yang  suci lagi tulus di dalam mengembangkan dan menyebarkan agama Islam.
c)      Gua sebagai salah satu untuk mendekatkan diri satu kepada Tuhan.
d)     Gua sebagai salah satu tempat mencari keberkahan/menambah kebaikan (Ziadatul Khoer), dimana terdapat didalamnya “air jam-jam, air kahuripan, air kejayaan” yang sudah biasa dipakai semenjak Syekh H. Abdul Muhyi bersama para pengikutnya sampai sekarang ini. Perlu diketahui, air jam-jam bukanlah air jam-jam yang berada di Mekah sebagai peninggalan Nabi Ismail, namun mereka mengharapkan dengan barokah keramatnya para wali sehingga air ini membawa barokah sebagaimana air jam-jam yang berada di Mekah maka dari masa kangjeng Syekh air tersebut dinamai “air jam-jam”, begitu halnya dengan air kahuripan dan air kejayaan. Kini setiap orang yang datang ke gua masing-masing, menggunakannya dengan cara yang ada yang memercikannya ke dalam mata, ada juga yang diambil untuk diminum atau bermandi dalam kejayaan.
e)      Gua sebagai sosial ekonomi, dalm arti karena dengan gua itulah penduduk mendapatkan salah satu rezeki dari Allah.      

E.     Hal-hal yang Merupakan Tabu/Larangan
Menurut larangan para leluhur Pamijahan, pada khususnya kepada anak cucunya yang tinggal di Pamijahan pada umumnya, semua yang datang di Pamijahan baik itu hendak berziarah atau hanya menumpang lewat, maka tidak boleh “merokok” kecuali pada batas-batas yang telah ditentukan, berkuda/berkendaraan apa saja seperti menaiki sepeda motor, menaiki mobil dan sebagainya. Dan bila masuk ke makam Syekh H. Abdul Muhyi dilarang memakai sandal/sepatu, memakai topi, payung kecuali bila keadaan hujan.
Dengan itu saya menghimbau kepada pecinta berziarah yang datang di Pamijahan hendaklah menuruti dan mengikuti segala ketentuan-ketentuan yang berada di Pamijahan meski hal itu keadaannya tidak dapat/belum dapat mengerti atau dirasakan bertentangan dengan hak azasi, saya harap semuanya sadar dan percaya kesemua itu datangnya dari leluhur Pamijahan/dari Waliyulloh.
Anda datang di Pamijahan mungkin akan berziarah melaksanakan perintah Rosul disamping itu Anda hendak mencari kebajikan/keridhoan Allah dengan bermacam-macam peribadatan di tempat orang-orang yang sudah mendapatkan keridhoan Allah, karena itu Anda tak perlu mempersoalkan tabu/larangannya, karena larangan itu bukanlah larangan Syara yang akan dituntut dalam mahkamah Allah kelak.
Dengan menjauhi segala tabu/larangan di Pamijahan berarti Anda sudah:
     1.      Menghormati dan memuliakan Syekh H. Abd. Muhyi Waliyulloh
     2   .      Berkesopanan/berakhlaq luhur dihadapan Waliyulloh
     3.      Menghargai hukum adat di Pamijahan
     4.      Menjaga salah satu KAMTIBMAS/Keamanan dan ketertiban masyarakat di Pamijahan.
     5.      Dan lain sebagainya
Demikianlah semoga Anda mendapat segala kebajikan disisi Allah Amin ya Robbal’aalamin.

F.     Tata Tertib Berziarah ke Pamijahan
      1.      Secara umum diwajibkan melapor/daftar diri ke POS HANSIP
      2.      Secara khusus mendaftarkan diri ke kuncen
      3.      Pergi berziarah atas petunjuk kuncen
      4.      Waktu berziarah harus berpakaian sopan menurut cara dalam agama Islam.
      5.      Pergi ke Gua Keramat
      6.      Bila hendak meneruskan berziarah kemudian ke Panyalahan (makam sembah Khotib Muwahid). 
   7.      Berziarahlah sesuai menurut ajaran Islam, bermohonlah/berdoalah kepada Tuhan jangan menyekutukan kepadanya dengan segala sesuatu.
      8.      Bertawasullah yang baik/benar dengan keagungan Karomatnya Waliyulloh Pamijahan.
      9.      Mengindahkan segala ketentuan di makam, terutama mengenai ketertiban, keindahan, keamanan, kesehatan/kebersihan.
Dilarang menulis fisik bangunan/kuburan, benteng, jalan dan lain sebagainya baik di makam Pamijahan, Gua dan di makam-makam lainnya kekeramatan Pamijahan.
     10.   Kalau mau pulang pamit dulu kepada kuncen
      11.  Lama berziarah maksimal 3 hari
Ke-4 pongpok di atas dari keturunan Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh yang bertugas memelihara makam serta peninggalannya, meliputi gua dan wilayah kepengurusannya sampai sekarang. Dari 4 pongpok diangkat seorang ketua disebut Kuncen H. Moh. Kosim AM yang sangat besar jasanya diganti oleh M. Syukrudin dari pongpok satu.
     


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tempat ziarah Pamijahan merupakan tempat yang bersejarah yang dirintis oleh Syekh Haji Abdul Muhyi. Tempat ziarah tersebut awalnya tempat perkumpulan para wali dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Namun, sekarang dijadikan tempat ziarah para umat muslimin untuk beribadah kepada Allah SWT.
 
B.     Saran
Peliharalah tempat ziarah tersebut karena tempat tersebut merupakan tempat yang diberikan oleh Allah SWT untuk digunakan tempat beribadah kepada Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA

Khaerussalam, AA. 2008. Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi. Pamijahan: Pemeliharaan Makam Karomat.


0 comments:

Post a Comment