BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di Indonesia banyak sekali tempat ziarah yang sering
dikunjungi oleh umat muslimin. Mereka pergi ke tempat tersebut tiada lain hanya
untuk beribadah kepada Allah SWT, yang salah satunya tempat ziarah yang sering
dikunjungi masyarakat adalah yang bertempat di Kabupaten Tasikmalaya tepatnya
disebut tempat ziarah pamijahan.
Tempat ziarah pamijahan merupakan tempat ziarah yang
sering dikunjungi oleh masyarakat untuk beribadah baik hanya beribadah sehari
maupun yang tinggal beberapa waktu untuk beribadah. Pada bulan-bulan tertentu
setiap harinya hampir ada 700 orang yang berkunjung kesana.
Disana ada beberapa Mesjid yang digunakan untuk
shalat dan berdo’a para pengunjung, ada makam-makam para wali, gua, tempat
penginapan, tempat makanan, dan tempat souvenir.
Selain itu, tempat ziarah ini merupakan tempat
bersejarah yang dirintis oleh Syekh Haji Abdul Muhyi beserta kawan-kawannya.
B.
Tujuan
Selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah B.
Indonesia juga untuk memberikan wawasan dan informasi tentang tempat ziarah
pamijahan kepada pembaca khsusunya dan kepada masyarakat Indonesia umumnya.
C. Rumusan Masalah
1. Apa itu pamijahan?
2. Bagaimana kisah kelahiran Syekh Haji Abdul Muhyi?
3. Bagaimana asal-usul Gua Pamijahan?
4. Apa fungsi Gua Pamijahan?
D.
Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan
metode kepustakaan dengan menggali sumber informasi dari buku-buku yang
bersangkutan.
E.
Sistematika Penyusunan
BAB I PENDAHULUAN
: Berisi tentang latar belakang, tujuan, rumusan masalah, metode penyusunan,
dan sistematika penyusunan.
BAB II PEMBAHASAN : Berisi tentang tempat ziarah pamijahan
BAB III PENUTUP : Berisi tentang kesimpulan dan saran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pamijahan
Pamjihan adalah nama sebuah kampung yang letaknya
dipinggir kali sehingga dimana kali itu kadang-kadang bisa membawa bencana,
seperti yang pernah dialami ada beberapa punggung/rumahhanyut diwaktu banjir.
Maka karena itulah sekarang bangunan-bangunan menjadi permanen terutama yang
berada dipinggir kali, hal ini dengan secara terpaksa penduduk meninggalkan
citra atau salah satu adat ke pamijahan.
Pamijahan termasuk ibu kota Desa di Wilayah Kecamatan
Bantarkalong kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Sebelum Kangjeng Syekh
datang ke Pamijahan sudah ada kampung yaitu Daerah Bojong Wilayah Sukapura
terletak disebelah timur laut dari kampung Pamijahan sekarang, yang kini
terkenal dengan nama Kampung Bengkok. Disana terdapat makam Dalem Sacaparana
yaitu, mertuanya Kangjeng Syekh Haji Abdul Muhyi.
Adapun kata pamijahan adalah nama baru, dimasa
sebelum dan masa hidupnya nama tersebut belum ada dikenal, pada masa Kangjeng Syekh
Pamijahan itu bernama “SAFAR WADI”, kata nama Safar Wadi ini yang diambil dari
kata bahasa arab “safar” artinya jalan, “wadi” lembah (jurang) jadi Safarwadi
adalah jalan yang berada diatas jurang/lembah. Hal ini sesuai dengan letaknya
ada di antara dua bukit di pinggir kali. Dan mungkin juga Safar Wadi yang
diberikan oleh Waliyulloh itu sebagai peringatan kepada generasi mendatang
supaya hidup di bumi Pamijahan dan khususnya di Dunia pada umumnya selalu
hati-hati laksana berjalan diatas jurang yang senantiasa bisa membawa bahaya
atau celaka.
Adapun sekarang nama Safar Wadi ini terkenal dengan nama
Pamijahan antara lain karena setelah Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh wafat,
banyak orang-orang berdatangan berduyun-duyun dari tiap-tiap pelosok pulau Jawa
pada khususnya umumnya wilayah kepulauan Indonesia untuk menziarahi makam
Waliyulloh tersebut, laksana ikan akan bertelur (mijah dalam bahasa sunda).
Maka karena itulah nama Safar Wadi menjadi nama Pamijahan sebab mempunyai arti
seperti atau titik persamaan dengan tempat ikan akan bertelur (Pamijahan) bukan
berarti Pemujaan. Karena itu saya sangkal apabila mereka yang datang
menganggap/mengartikan Pamijahan itu sebagai tempat memuja atau mendewa-dewakan
kuburan orang yang telah mati.
B.
Kisah Singkat Kelahiran Syekh Haji Abdul Muhyi
Alkisah lahirnya Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullohdi
Mataram sekitar 1650 M/1071 H dari seorang ibu yang bernama Ny. R. Ajeng
Tanganjiah sebagai keturunan dari Saidina Husen bin Saidina Ali Wa Fatimah
binti Rosululloh SAW, sebagaimana pada silsilahnya di atas. Adapun ayahnya
bernama Sembah Lebe Wartakusumah putra/keturunan dari Raja Galuh/Jawa. Jadi,
Kangjeng Syekh sebagai pertemuan dari keturunan Arab dan Jawa, Beliau
dilahirkan dari keluarga yang penuh dengan rahmat dan karunia Allah, parasnya
yang cantik bersih memancarkan cahaya kemuliaan hingga terlihat tanda-tanda kebesarannya
bagi orang-orang yang hadir.
Beliau tidak lama hidup di Mataram dan beralih ke
Ampel/Gresik bersama orang tuanya disanalah beliau dibesarkan, Beliau selalu
mendapat didikan Agama Islam dari orang tuanya dan dari Ulama-ulama yang berada
di Ampel. Dengan tekun dan rajinnya, beliau menuntut ilmu Agama disertai rajin
beribadat kepada Allah. Kesederhanaan dan kewibawaan sebagai pemimpin sudah
terlihat dikalangan. Semasa hidupnya, beliau sangat disegani dan dihormati oleh
teman-temannya.
Silsilah Keturunan Syekh Abdul Muhyi
Dari Ayahnya :
1. Ratu Galuh
2. Ratu Puhun
3. Kuda Lanjar
4. Mudik Cikawung Ading
5. Entol Penengah
6. Sembah Lebe Warta Kusumah
7. Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh
Dari Ibunya :
1. Baginda Nabi Muhammad SAW
2. Ali Wa Fatimah
3. Saidina Husen
4. Ali Zaenal Abidin
5. Muhammad Al Baqir
6. Jafar Ashodiq
7. Ali Al’Aridhi
8. Muhammad
9. Isa Albasyari
10. Ahmad Al Muhazir
11. Ubaidilah
12. ‘Uluwi
13. Muhammad
14. ‘Uluwi
15. Ali Kholi’i qosim
16. Muhammad Shohibul Murobath
17. ‘Uluwi
18. Abdul Malik
19. Abdulloh Khona
20. Imam Ahmad Syah
21. Jamaludin Akbar
22. Asmar Kandi Gisik Karjo Tuban
23. Ishaq Makhdum
24. Muhammad ‘Aenal Yakin
25. Sunan Giri Laya
26. Wira Candera
27. Kentol Sumbirana
28. Rd. Ajeng Tanganziah
Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh
C.
Asal Usul Gua Pamijahan
Gua Pamijahan adalah sebagai pewaris dari Syekh Haji
Abdul Qodir Jaelani, yang kurang lebih 200 tahun sebelum Syekh Haji Abdul
Muhyi, beliau (Syekh Abdul Qodir) bertawajjuh/menerima ilmu agama dari gurunya
Syekh Imam Sanusi disana.
Gua Pamijahan terletak disebuah kaki bukit/gunung
yang terkenal sekarang dengan sebutan/nama “Gunung Mujarod” yang diambil dari
kata/kalimat bahasa arab yang mempunyai arti “tempat penenangan” (tempat
nyirnakeun manah, dalam bahasa sunda) karena didalam gua dibawah gunung itulah
Syekh Haji Abdul Muhyi sering Taqorub mendekatkan diri kepada Allah, dalam kata
lain “Bersemedi”.
Dan ada juga memberi nama “Gunung Mujarob”, diambil
dari kata bahasa arab yang mempunyai arti gunung tempat mencoba. Dimana hal ini
sesuai dengan riwayat yang telah penulis terima, bahwa Syekh H. Abd. Muhyi
sebelumnya menemukan gua pernah mencoba melaksanakan petunjuk gurunya dengan
menanam padi sebagai ciri adanya gua, yaitu bila setangkai biji padi ditanam kemudian
hasilnya setangkai pula, maka itulah suatu tanda bahwa dibawah tanah itulah adanya
gua Syekh Abd. Qodir Jaelani. Ternyata beberapa kali percobaan baru di gunung
itulah Syekh H. Abd. Muhyi berhasil menanam setangkai padi berbuah/hasilnya
setangkai pula.
D.
Fungsi Gua Pamijahan
Bila ditinjau dari segi alamiah, gua itu mungkin juga
banyak didapatkan di beberapa tempat, namun gua di Pamijahan sangat berlainan
dengan gua-gua ditempat lain, sehingga gua Pamijahan terus dikerumuni orang
dari tiap-tiap pelosok.
Gua Pamijahan terletak di dalam gunung, luas dan
besar bentuk di dalamnya indah dihiasi batu-batuan yang berkilauan menyambut
sinar lampu yang dibawa di tangan para petunjuk jalan yang berjalan di
ketengahan air yang jernih keluar dari sela-sela batu licin, hingga membuat
terpesona orang yang masuk kedalamnya. Alangkah indahnya dan agungnya ciptaan
Tuhan, makin kokoh dan kuat gua itu.
Kemudian kita tinjau secara ilmiah gua tersebut
mempunyai beberapa fungsi sosial kehidupan dari masa ke masa antara lain:
1. Fungsi Gua di Masa Syekh H. Abdul Qodir Jaelani Sampai Masa
Syekh H. Abdul Muhyi Waliyulloh
a) Gua sebagai alamiah langsung ciptaan Tuhan dengan sababiah
Karomatnya Waliyulloh
b) Gua sebagai tempat beribadat para Wali-wali, sebagai bukti
terdapat “Masjid dan Menara” didalamnya.
c) Gua Pamijahan sebagai tempat pertemuan-pertemuan para wali
buktinya adanya jalan yang menghubungkan ke Mekah, ke Surabaya, ke Cirebon dan
ke Banten.
d) Gua Pamijahan sebagai tempat mendidik kader yang akan disebarkan
dalam mengembangkan agama Islam ke seluruh pelosok tanah air, sebagai bukti
terdapat di dalamnya tempat “pendidikan” (pesantren).
e) Gua sebagai tempat Tajrid Taqorub menyirnakan dan mendekatkan
diri kepada Tuhan dengan bermacam-macam peribadatan para wali yang ditempuhnya.
Sebagai bukti adanya “Pengtapaan” didalamnya.
2. Fungsi Gua di Masa Setelah Syekh H. Abdul Muhyi Sampai Sekarang
a) Gua Pamijahan salah satu ciptaan yang betapa hebatnya serta
indah dan kokohnya.
b) Gua sebagai tempat mengenang kembali kepada pada Solihin yang
telah mendapatkan karunia Allah berkat perjuangannya yang suci lagi tulus di dalam mengembangkan dan
menyebarkan agama Islam.
c) Gua sebagai salah satu untuk mendekatkan diri satu kepada Tuhan.
d) Gua sebagai salah satu tempat mencari keberkahan/menambah
kebaikan (Ziadatul Khoer), dimana terdapat didalamnya “air jam-jam, air
kahuripan, air kejayaan” yang sudah biasa dipakai semenjak Syekh H. Abdul Muhyi
bersama para pengikutnya sampai sekarang ini. Perlu diketahui, air jam-jam
bukanlah air jam-jam yang berada di Mekah sebagai peninggalan Nabi Ismail,
namun mereka mengharapkan dengan barokah keramatnya para wali sehingga air ini
membawa barokah sebagaimana air jam-jam yang berada di Mekah maka dari masa
kangjeng Syekh air tersebut dinamai “air jam-jam”, begitu halnya dengan air kahuripan
dan air kejayaan. Kini setiap orang yang datang ke gua masing-masing,
menggunakannya dengan cara yang ada yang memercikannya ke dalam mata, ada juga
yang diambil untuk diminum atau bermandi dalam kejayaan.
e) Gua sebagai sosial ekonomi, dalm arti karena dengan gua itulah
penduduk mendapatkan salah satu rezeki dari Allah.
E.
Hal-hal yang Merupakan Tabu/Larangan
Menurut larangan para leluhur Pamijahan, pada
khususnya kepada anak cucunya yang tinggal di Pamijahan pada umumnya, semua
yang datang di Pamijahan baik itu hendak berziarah atau hanya menumpang lewat,
maka tidak boleh “merokok” kecuali pada batas-batas yang telah ditentukan,
berkuda/berkendaraan apa saja seperti menaiki sepeda motor, menaiki mobil dan
sebagainya. Dan bila masuk ke makam Syekh H. Abdul Muhyi dilarang memakai
sandal/sepatu, memakai topi, payung kecuali bila keadaan hujan.
Dengan itu saya menghimbau kepada pecinta berziarah yang datang di
Pamijahan hendaklah menuruti dan mengikuti segala ketentuan-ketentuan yang
berada di Pamijahan meski hal itu keadaannya tidak dapat/belum dapat mengerti
atau dirasakan bertentangan dengan hak azasi, saya harap semuanya sadar dan
percaya kesemua itu datangnya dari leluhur Pamijahan/dari Waliyulloh.
Anda datang di Pamijahan mungkin akan berziarah
melaksanakan perintah Rosul disamping itu Anda hendak mencari kebajikan/keridhoan
Allah dengan bermacam-macam peribadatan di tempat orang-orang yang sudah
mendapatkan keridhoan Allah, karena itu Anda tak perlu mempersoalkan
tabu/larangannya, karena larangan itu bukanlah larangan Syara yang akan
dituntut dalam mahkamah Allah kelak.
Dengan menjauhi segala tabu/larangan di Pamijahan berarti Anda sudah:
1. Menghormati dan memuliakan Syekh H. Abd. Muhyi Waliyulloh
2 . Berkesopanan/berakhlaq luhur dihadapan Waliyulloh
3. Menghargai hukum adat di Pamijahan
4. Menjaga salah satu KAMTIBMAS/Keamanan dan ketertiban masyarakat
di Pamijahan.
5. Dan lain sebagainya
Demikianlah semoga Anda mendapat segala
kebajikan disisi Allah Amin ya Robbal’aalamin.
F.
Tata Tertib Berziarah ke Pamijahan
1. Secara umum diwajibkan melapor/daftar diri ke POS HANSIP
2. Secara khusus mendaftarkan diri ke kuncen
3. Pergi berziarah atas petunjuk kuncen
4. Waktu berziarah harus berpakaian sopan menurut cara dalam agama
Islam.
5. Pergi ke Gua Keramat
6. Bila hendak meneruskan berziarah kemudian ke Panyalahan (makam
sembah Khotib Muwahid).
7. Berziarahlah sesuai menurut ajaran Islam, bermohonlah/berdoalah
kepada Tuhan jangan menyekutukan kepadanya dengan segala sesuatu.
8. Bertawasullah yang baik/benar dengan keagungan Karomatnya
Waliyulloh Pamijahan.
9. Mengindahkan segala ketentuan di makam, terutama mengenai
ketertiban, keindahan, keamanan, kesehatan/kebersihan.
Dilarang menulis fisik bangunan/kuburan,
benteng, jalan dan lain sebagainya baik di makam Pamijahan, Gua dan di
makam-makam lainnya kekeramatan Pamijahan.
10. Kalau mau pulang pamit
dulu kepada kuncen
11. Lama berziarah maksimal 3 hari
Ke-4 pongpok di atas dari keturunan Syekh Haji Abdul Muhyi
Waliyulloh yang bertugas memelihara makam serta peninggalannya, meliputi gua dan
wilayah kepengurusannya sampai sekarang. Dari 4 pongpok diangkat seorang ketua
disebut Kuncen H. Moh. Kosim AM yang sangat besar jasanya diganti oleh M.
Syukrudin dari pongpok satu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tempat ziarah Pamijahan merupakan tempat yang
bersejarah yang dirintis oleh Syekh Haji Abdul Muhyi. Tempat ziarah tersebut
awalnya tempat perkumpulan para wali dalam menyebarkan ajaran agama Islam.
Namun, sekarang dijadikan tempat ziarah para umat muslimin untuk beribadah
kepada Allah SWT.
B.
Saran
Peliharalah tempat ziarah tersebut karena tempat tersebut
merupakan tempat yang diberikan oleh Allah SWT untuk digunakan tempat beribadah
kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Khaerussalam, AA. 2008. Sejarah
Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi. Pamijahan: Pemeliharaan Makam Karomat.
0 comments:
Post a Comment