Thursday, 22 January 2015

Cengkerama Cinta (V)

Cengkerama Ceria Cinta


nyatanya lelaba bisa memangsa yang lebih besar dari dirinya,
makanya apatah yang kan dimangsa Layla Nan Maha Rupawan lagi Mulia?
Nyatanya wajah molek Farah putih memerah tanpa cela seluruhnya,
makanya bagaimana pulalah Wajah Sang  Jamilah nan bersinar terang di malam ceria[1]
adakah Wamiz nan tak merindukan Azhra, adakah Romea yang tak merindukan Julia ?
makanya bagaimana pulakah Rindu Sang Maha Cinta, “kuntu kanzan makhfiyyan”, bisik mesra-Nya?
Di cangkir ada anggur, bening mencermin hidung-dan-nafas - ku si penggila,  lucu dan ria tampaknya
makanya bagaimana pulakah Kepayang Sang Maha Asmara, yang bernama Waduudah, tatkala berCinta?

Bagaimana seekor laba-laba dapat menjaring mangsa yang lebih besar dari dirinya? Maka dapatkah pula seorang manusia menjaring Sang Maha Cantik lagi Rupawan dengan jejaring Cinta-nya? Maka apakah pula yang kan dimangsa oleh Ia Yang Maha Rupawan lagi Mulia?


Jika seekor laba-laba menjaring mangsa yang lebih besar dari dirinya dengan serat-serabut jala-jala jaringnya? Maka bagaimana seorang faqr kusta menjaring Ratu Farah yang molek? Katakan pada Sang Ratu, duhai Ratu jangan tatapi kustaku, tak pula kurus tubuhku, tapi tatapilah bola mataku yang tenggelam di dalamnya Samudera Kecantikan-Mu. Di balik kesayuan tatapanku, tataplah Keindahan-Mu sendiri yang demikian menawan, juga merah pipimu dan tahi lalat-Mu.


Bagaimana mungkin menjaring Wujud Muthlaq yang Maha Sempurna dalam Keagungan dan Kecantikan-Nya, dengan jaring-jaring apa-pun? Seorang Raja yang melewati dusun-dusun miskin, melihat pengemis bermangkok kosong, diberinya uang. Tatkala ia melihat seorang pengemis kurus tergeletak papa, didatanginya, disapanya, dan diberinya kasih sayang. Tatkala ia melihat seorang pengemis sekarat, diangkatnya pengemis tersebut untuk diobatinya. Karena dia adalah Raja yang agung lagi pengasih.

Maka tatkala Wujud Muthlaq dijaring dengan kemiskinan, dikaruniakan-Nya rizki. Manakala Ia dijaring dengan ratapan mohon ampun, dikaruniakan-Nya ampunan. Tatkala Ia dijaring dengan kepapaan, dikaruniakan-Nya kecukupan. Maka orang bijak memilih diam , ‘uzlah, hingga mencapai ketiadaan. Tak ingin ia menjaring Tuhan dengan jaring apa pun. Sungguh segala karunia Wujud Muthlaq akan mengalir pada hamba-hamba yang telah mencapai pulau ketiadaan. Kullu syai’in haalikun illa wajhahu.[2] Segala sesuatu akan sirna kecuali Wajah-Nya. Kullu man ‘alaihaa faan, wa yabqaa wajhu robbika dzu al-jalaali wa al-ikram. [3]Semua yang ada di bumi itu akan binasa, dan tetap kekal Wajah TuhanMu  Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan. Wa ammaa man khoofa maqaama robbihi wa naha an-nafsa ‘ani al-hawa, fa inna al-jannata hiya al-ma’wa.[4] Dan adapun orang-orang yang takut pada Kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal (nya).

Bukankah Amir al-mu`minin Imam ‘Ali (‘a.s.) telah berdoa; wahai Tiang bagi yang tak bertiang, wahai Penopang bagi yang tak berpenopang, wahai Simpanan bagi yang tak bersimpanan, wahai Pelindung bagi yang tak berpelindung, wahai Gua bagi yang tak bergua, wahak Perbendaharaan  bagi yang tak berpendaharaan, wahai Pilar bagi yang tak berpilar, wahai Penolong bagi yang tak berpenolong, wahai Tetangga bagi yang tak bertetangga, wahai Tetangga dekatku, wahai Pilar kokohku, wahai Tuhanku dengan Tahqiq….[5]Yaa, Tuhan dalam Lautan Puja Mu, jadikan aku PemujaMu, yang MemujiMu dengan diriMu dan kehendakMu dan qudrah maupun ‘iradahMu, dan jadikan aku Puja Puji Mu pada diriMu, duhai Kekasih Pujaan hati ! Demi Kemuliaan Muhammad dan Keluarganya Yang Suci

. wa allohu a’lam bi ash-showab


[1] Rumi, saduran dari terjemahan Abdul Hadi W.M., Pustaka, Bandung, hal. 75.
[2] QS 28;28
[3] QS 55;26-27.
[4] QS 79;40-41.
[5] Terjemahan dan saduran oleh penulis yang sangat dho`if, sumber dari doa Al-Masylul.

0 comments:

Post a Comment