Thursday, 22 January 2015

Cengkerama Cinta III



Cengkerama Ceria Cinta  


selama bayang-bayang Farah nan Cantik bersama kami, kehidupan ini seluruhnya menjadi arak-arakan yang gembira

selama arak kawan-kawan bersatu, demi Tuhan, cahaya memancar di tengah rumah

selama hati-hati bersejuk riaan, sebuah duri lebih baik dari seribu kurma

selama tidur di puncak jalan kekasih, bantal dan selimut kami adalah bintang tsuraya[1]


Bayang-bayang (al-zhill) adalah perumpamaan yang tepat untuk semua alam maujud. Pelangi multi-warna terkandung dalam selarik putih cahaya mentari. Manis semua gincu terdapat dalam bibir merah itu sendiri. Lembut menebar warna bulu-bulu merak sungguh adalah gelora Keindahan Sang Maha Merak itu Sendiri. Sungguh Dia-lah, satu-satunya Cahaya Langit dan Bumi.[2]


Bagi Majnun terpenting baginya bukanlah ciuman Layla, atau senyuman Layla, tapi hati Layla dan bukan yang lain. Muwahhid sejati tak menginginkan apa pun kecuali Ia Sendiri. Maka tiada lah tampak segala sesuatu di alam mayapada ini kecuali seperti bayang-bayang. Tiupan sepoi angin[3] adalah bayang-bayang Lembut Sentuhan-Nya. Sejuk-sejuk yang menerpa hati adalah bayang-bayang Sumber Mata Air Kecemerlangan-Nya. Cahaya mentari mungkin adalah bayang-bayang Cahaya-Nya. Arwah-arwah tak lain hanyalah tiupan Ruh-Nya. Kecantikan maha dahsyat Gadis Farah dari Libanon ataupun Sophia dari Italia hanyalah bayang alis lentik-Nya. Dunia adalah lautan perumpamaan, dan sungguh hanya Dia-lah yang diumpamakan.

Hanyasanya jika sebuah peribahasa mengumpamakan yang tampak dengan kata-kata, maka seluruh alam maujud mengumpamakan Yang Real dengan segala selain-Nya yang tak lain hanya Khayal semata. Oh malangnya nasibku.

Selama bayang-bayang Farah nan cantik bersama kami, yakni selama pecinta menatap alam maujud ini seluruhnya sebagai bayang - bayang Dia Yang Maha Cantik, kehidupan ini seluruhnya menjadi arak-arakan yang gembira, pecinta akan mabok dalam Samudera Kesemarakan KeCantikan Ilahi.

Hati para pecinta yang bersatu bak suryakanta yang memfokuskan cahaya mentari, atau laser koheren yang menembus baja-baja. Kucinta Farah, kata ia. Kucinta Farah, kata aku. Kucinta Farah, kata kamu. Kucinta ia, kata mereka. Kucinta ….., kata kita semua. Aku ……., kata kita semua. Kita semua Satu Adanya. Kita semua Satu. Maka cengkerama para pecinta adalah seperti gadis cantik yang sedang memolesi dirinya dengan bedak dan gincu, kemudian mematut-matut dirinya didepan cermin. Hati para pecinta adalah cermin Segala Keindahan Kekasih. Debu-debu hati di sini malahan berfungsi sebagai bedak. Sedang bercak-bercak kehitamannya, bak tahi lalat Layla. Wahai Satu-Satunya Zat Yang Maujud, Tutupilah seluruh keburukan[4] hatiku hingga nampak Indah bak Tahi Lalat Farah. Wangikanlah seluruh kebusukan hatiku hingga bak aroma melati ataupun minyak kesturi Wangi Nabi-Mu.

wa allohu a’lam bi ash-showab


[1] Rumi, saduran dari terjemahan Abdul Hadi W.M. (Pustaka), hal. 93.
[2] QS 24;35 : Allohu nuuru as-samaawaati wa al-ardh
[3] Yaa mursilar-riyaah, seru Imam ‘Ali (‘a.s.) dalam doa Al-Masylul.
[4] Karena Allah juga diseru dengan Yaa sattaara al-‘uyuub , Wahai Yang Menutupi Aib-Aib (Doa Ash-Shobah Imam ‘Ali (‘a.s.)

0 comments:

Post a Comment