Thursday, 22 January 2015

Cengkerama Cinta II



Cengkerama Ceria Cinta


Sekalipun penuh derita wajah tetap berseri-seri; tertawa bagi orang Cinta adalah  adat dan kebiasaan

Hidup ia tertawa mati pun ia tertawa seakan, karena gantinya adalah rahmat yang menyenangkan

Diam, penglihatan salah muncul karena terlalu sering bersoal-jawab[1]


Hati para Kekasih Tuhan remuk tatkala mencoba menatap Wajah Sang Maha Asmara. Ingatkah akan kisah Musa (‘a.s.) tatkala memohon penglihatan atas-Nya? Tuhan adalah Keberadaan Mutlak, yang tak terliputi apa-pun bahkan tak terbatasi apa-pun, dan karena itu tak punya lawan dalam segala Sifat Hakiki-Nya. Dan karena itu, Ia tiada akan tercapai penglihatan apa pun[2], Ia tiada akan tersentuh pendengaran apa pun dan Ia tiada akan tersentuh pembatasan apa pun, pula Ia tiada akan tersentuh apa pun kecuali diri-Nya sendiri. Yaa Quduusu, Yaa Allahu, Yaa Huwa.



 Tabir terbesar penutup Wajah Tuhan adalah “keberadaan yang jamak”. Dan di antara “keberadaan yang jamak”, yang amat akrab dan intim adalah “keberadaan diri sendiri”. Karena tak mungkin Tuhan dilihat kecuali oleh diri-Nya sendiri, karena yang ada hanyalah Ia Sendiri. Wahai Yang Menunjukkan atas Zat-Nya dengan Zat-Nya. Yaa man dalla ‘ala dzaatihi bidzaatihi. KeTunggalan Wujud-Nya Yang Hakiki adalah Ana (Aku) yang tak perlu terungkapkan dalam bahasa apa pun. Ana (Aku)  dalam kemahaheningan bak gelap dasar palung samudera raya. Diam !  Demikian kata Maulana Rumi, semoga Allah senantiasa memuliakan ruh-nya. Penglihatan salah, tak lain kesesatan, muncul karena terlalu sering bersoal-jawab, yang tak lain adalah salah satu keterbelitan dalam samudera kejamakan.


Keberadaan jamak, yang sering disebut dengan mumkin al - wujud ,  tidak real. Dimitri yang gemuk, dimitri yang kaya, dimitri yang miskin, dimitri yang ini yang itu, saya dimitri dan lain-lain hanyalah buih-buih pembatasan percik air bahari, bukanlah Hakikat Bahari. Cinta (‘isyq) merupakan satu sifat essensial Zat, Yang Selalu Menarik Zat untuk menatapi Diri-Nya Sendiri Yang Maha Tersembunyi, Kuntu kanzan makhfiyyan.

Bagi orang-orang Cinta, menatap Wajah Tuhan adalah kenikmatan yang tak terhingga, sekaligus hakikat dari semua kenikmatan. Apa-apa yang tampak dari wujud, itulah yang disebut sifat-sifat Keindahan (atau Jamaliyyah) Tuhan. Sekilasan aroma tahi lalat Layla Sang Bidadari Malam memberikan pusaran kesejukan mahanikmat bagi para peCinta. Kugenggam sekeritingan rambut-Nya, saat bermain, karena tanpa itu kegilaan ini tak menghasilkan apa pun. [3]  Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhan-Nya mereka menatap.[4]

Wa allohu a’lam bi ash-showwab



[1] Rumi, terjemahan Abdul Hadi W.M. (Pustaka), hal. 92.
[2] QS 6;103; Laa tudrikuhu al-abshooru wa huwa yudriku al-abshooru, wa huwa al-lathiifu al-khobiiru.
[3] Saduran dari sya`ir Imam Khomeini, Kendi Cinta.
[4] QS 80;38   ; Wujuuhuy yaumaidzin musfiroh, ilaa robbihaa naazhiroh.

0 comments:

Post a Comment