Tuesday, 28 October 2014

Komunikasi dalam Pembelajaran



Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain di lingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan  orang lain di lingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun  non verbal (bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa). Dalam komunikasi akan mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan
untuk melakukan umpan balik. Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks di sini berarti semua factor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari; pertama, aspek yang bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu, jumlah peserta komunikasi, alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, dll. Kedua, aspek psikologis, seperti sikap, kecenderungan, emosi peserta komunikasi, dll. Ketiga, aspek social, seperti norma kelompok, karakteristik budaya, dll. Keempat, aspek waktu, yakni kapan komunikasi berlangsung. Banyak pakar yang mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Istilah-istilah lain juga lazim digunakan untuk merujuk pada konteks ini, yaitu istilah tingkat, bentuk, keadaan, cara, dan jenis. Indikator yang paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi adalah berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenalah; pertama, komunikasi pribadi/personal. Kedua, komunikasi kelompok. Ketiga, komunikasi antar budaya dan ke-empat komunikasi masa
 A.  Komunikasi Pribadi/personal
Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Tatanan komunikasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi.
Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal communication) Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang tersebut berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berdialog dan bertanya jawab dengan dirinya sendiri, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Biasanya Komunikasi intrapribadi berlangsung ketika seseorang melakukan kegitan perenungan, perencanaan dan penilaian kepada diri sendiri. Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri sendiri diantaranya adalah; berdoa, bersyukur, instrospeksi diri, dan berimajinasi secara kreatif. Mampu berdialog dengan diri sendiri, menunjukkan bahwa berarti kita mampu mengenali diri kita. Dengan begitu kita dapat belajar bagaimana kita bisa mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita.
Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication), Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) atau komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima dapat menanggapi secara langsung pula (Hardjana, 2007: 84). Artinya komunikasi Antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa umpan balik. Komunikasi antarpribadi dinilai lebih ampuh dibandingkan dengan komunikasi intrapribadi, sebab kegitan komunikasi antarpribadi memiliki keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis: pertama, komunikasi diadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara dua orang. Kedua, komunikasi triadik, yaitu komunikasi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, satu orang sebagai komunikator dan dua orang lagi sebagai komunikan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diidentifikasi empat elemen dasar komunikasi interpersonal, yaitu: 1. pribadi-pribadi yang melakukan komunikasi yang berperan sekaligus sebagai pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver), 2. pesan atau materi apa yang disampaikan (message), 3.media yang dipergunakan  untuk menyampaikan pesan serta 4. tujuan pesan disampaikan atau efek apa yang diharapkan setelah pesan diterima (effect). (a) Karakteristik Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) Ada tujuh karakteristik yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua individu merupakan komunikasi interpersonal. Tujuh karakteristik komunikasi antar pribadi itu adalah (Hardjana, 2007: 86-90):  pertama, melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal. Kedua, melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional. Ketiga, komunikasi antar pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis. Ke-empat, melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya). Kelima, komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Ke-enam, komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan. Ketujuh, melibatkan di dalamnya bidang persuasif. (b) Tujuan Komunikasi Interpersonal, Komunkasi antar pribadi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan dilakukannya komunikasi komunikasi interpersonal adalah: 1. untuk menyampaikan informasi, 2. untuk berbagi pengalaman, 3. untuk mengembangkan simpati, 4. untuk melakukan kerja sama, 5. untuk mengembangkan motivasi, dan 6. untuk mengungkapkan isi hati, ide, dst. (c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonl Dalam komunikasi interpersonal  dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal. Artinya Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi. Sedangkan Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa setara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi
 Dalam komunikasi antarpersonal, diperlukannya keterampilan khusus dalam upaya meningkatkan efektivitas dari kegitan komunikasi tersebut. Dalam hal ini Kris Cole pada tahun 2005 merinci inti dari keterampilan komunikasi antar personal, meliputi: (a) Komunikasi yang jelas. Gagasan cemerlang dan instruksi-instruksi penting dari seseorang menjadi percuma kalau tidak dipahami orang lain. Sementara itu lebih dari 75 persen waktu kita dialokasikan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Karena itu keterampilan komunikasi antar personal menjadi sangat penting. (b) Asertiv dan empati. Kita bekerja dengan dan atau melalui orang lain. Jadi setiap pernyataannya harus mudah dipahami dan dimengerti orang lain seperti juga  dia mampu melihat sesuatu dari pikiran atau pandangan orang lain tersebut. (c) Integritas. Ciri-ciri orang yang memiliki keterampilan komunikasi antar personal biasanya bekerja dengan jujur dan menghargai orang lain, yang berpegang pada etika, dan sistem nilai.
Orang-orang dengan integritas tinggi melakukan sesuatu sejalan dengan yang mereka katakan. Satunya kata dengan perbuatan, menghindari kecurangan, dan membangun kejujuran. ”Say what they mean and mean what they say”. (a) Mendorong dan memotivasi. Kemampuan seseorang dalam mendorong dan memotivasi serta meningkatkan semangat orang lain dalam mencapai hasil terbaik. Sesuatu yang terbaik adalah aset yang tinggi nilainya. (b) Respek pada orang lain. Kita harus menghormati orang lain dalam hal perasaan, gagasan, aspirasi, dan kontribusi untuk organisasi dan luar organisasi. (c) Mampu sebagai pemain tim dan bekerjasama secara efektif. Seseorang yang mampu bekerja sama dengan orang lain secara kooperatif di dalam organisasi dan luar organisasi.
 B.  Komunikasi Kelompok
Michael Burgoon dan Michael Ruffner  memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu yang bertujuan memperoleh maksud yang dikehendaki seperti berbagai informasi, dan pemecahan masalah sehingga semua anggota kelompok dapat menumbuhkan karateristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit jumlahnya (kelompok kecil), bisa juga yang jumlahnya banyak (kelompok besar). (1) Komunikasi kelompok kecil, Yang dimaksud kelompok kecil dalam konteks ini adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu dengan lainnya, dan memandang mereka bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi ini ditujukan kepada kognisi komunikan, berlangsung secara dialogis (sirkular) dan kelompoknya bersifat homogen. Misalnya keluarga, tetangga, kelompok diskusi, dll. (2) Komunikasi kelompok besar (komunikasi publik), Merupakan komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu per satu. Komunikasi ini ditujukan kepada afeksi komunikan, hanya komunikan yang aktif, sedangkan yang lain cenderung pasif, umpan balik yang komunikator berikan sangat terbatas, hanya sekedar tepuk tangan dan sorakan serempak. Komunikasi publik juga berlangsung secara linier, dan kelompoknya bersifat heterogen. Misalnya Sidang DPR, pidato Hitler di Stadium Neurenberg semasa Perang Dunia II. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih sulit dan lebih formal dari pada komunikasi interpersonal atau komunikasi kelompok kecil, karena komunikasi public menuntut persiapan penyampaian pesan yang cermat, keberanian, dan keberanian menghadapi sejumlah besar orang.
 C.  Komunikasi antar Budaya
Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur(budaya) yang berbeda-beda antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berprilaku cultural yang berbeda. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Bentuk-bentuk komunikasi antar budaya antara lain : (1) Komunikasi antar budaya, Contoh: antara orang Cina dengan orang Portugis. (2) Komunikasi antar ras, Contoh: Antar orang kulit orang kulit hitam dengan orang kulit putih. (3) Komunikasi antar etnis, Contoh: Antara orang Amerika keturunan Itali dengan orang Amerika keturunan Jerman. (4) Komunikasi antar bangsa, Contoh: Antara bangsa Indonesia dengan bangsa Malaysia. (5) Komunikasi antara subkultur yang berbeda, Contoh: Antara Dokter dengan Pengacara. (6) Komunikasi antar kelompok agama, Contoh : Antara orang Islam dengan orang Yahudi. (7) Komunikasi antara subkultur dan kultur domain, Contoh : Antara kaum manula dan kaum muda. (8) Antar jenis kelamin, Contoh : Antara Pria dan Wanita
Unsur-unsur pokok yang mendasari proses komunikasi antarbudaya adalah konsep-konsep tentang ‘kebudayaan’ dan ‘komunikasi’.  Hal ini ditekankan oleh Sarbaugh (1979) yang menyatakan bahwa pengertian tentang komunikasi antarbudaya memerlukan suatu pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi dan kebudayaan serta adanya saling ketergantungan antar keduanya.  Saling ketergantungan ini dapat terbukti apabila disadari bahwa: (1) Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu keompok kebudayaan tertentu. (2) Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya dimungkinkan berkat adanya sarana-sarana komunikasi.
Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi dan budaya sebagai berikut: (1) Kebudayaan memacu timbulnya suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama. (2) Untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama..
Unsur-unsur sosial budaya yang tidak dapat dipisahkan dalam komunikasi adalah: pertama, sistem keyakinan, nilai dan sikap. Kedua, pandangan hidup tentang dunia. Ketiga, organisasi sosial. Pengaruh ketiga unsur kebudayaan tersebut pada makna untuk persepsi terutama pada aspek individual dan subjektifnya.  Kita semua mungkin akan mlihat suatu objek atau peristiwa sosial yang sama dan memberikan makna objektif yang sama, tetapi makna individualnya tidak mustahil akan berbeda. Misalnya orang Amerika dengan Arab sepakat menyatakan seseorang wanita berdasarkan wujud fisiknya.  Tetapi kemungkinan besar keduanya akan berbeda pendapat tentang bagaimana wanita itu dalam makna sosialnya.  Orang Amerika memandang nilai kesetaraan antara pria dengan wanita, sementara orang Arab memendang wanita cenderung menekankan wanita sebagai ibu rumah tangga.
 D.  Komunikasi Massa
Komunikasi Massa ialah komunikasi melalui media massa, seperti surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah banyak dan menggunakan media. Karakteristik komunikasi massa : (1) Komunikasi massa bersifat umum yaitu pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. (2) Komunikan bersifat heterogen yaitu komunikan terdiri dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, dan lain sebagainya. (3) Media massa menimbulkan keserempakan yaitu kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. (4) Hubungan komunikator-komunikan bersifat nonpribadi. Hal ini disebabkan karena komunikan yang anonym dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat nonpribadi timbul karena penyabaran teknologi secara massal. (5) Komunikasi massa berlangsung satu arah (linier). Tidak adanya arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan kata lain seorang komunikator tidak mengetahui tanggapan atau umpan balik dari komunikan, yang dimaksud dengan “tidak mengetahui” dalam konteks ini adalah tidak mengetahui pada saat proses komunikasi berlangsung. (6) Komunikator melembaga komunikator pada komunikasi massa tidak berdiri sendiri, namun merupakan suatu lembaga atau organisasi.
 E.   Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
Komunikasi merupakan suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.  Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
Demikian ulasan singkat tentang jenis-jenis komunikasi dan hubungannya dengan proses pembelajaran yang harus diketahui oleh setiap guru, semoga bisa menjadikan pemahaman atas ilustrasi yang kami pahami dan selebihnya dimaklum.
 Daftar Pustaka
 Arismunandar, Wiranto. (2003). Komunikasi dalam Pendidikan. Departemen Teknik Mesin ITB. Bandung.
Devito Joseph A. 1997, Komunikasi Antar Manusia, Indonesia:Profesional Books
Gafur, Abdul. (2006). Handout Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan. PPs UNY. Yogyakarta
Hardjana, Agus M. (2007) Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Lestari G, Endang dan Maliki, MA. (2003). Komunikasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta.
Miarso, Yusufhadi. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan. Rajawali. Jakarta
Pratikno, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Remadja Karya. Bandung
Rakhmat, Jalaludin. (2007) Psikologi Komunikasi. Bandung:   Remaja Rosdakarya.
Sardiman AM. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta.
Suranto. (2005). Komunikasi Perkantoran. Media Wacana. Yogyakarta
Uchjana,Onong. 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Wardani, IGAK. (2005). Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. PAU-DIKTI DIKNAS. Jakarta.

0 comments:

Post a Comment