Sebagai
seorang yang sangat mencintai dunia pendidikan, penulis merasa geli bila
mengamati perilaku beberapa peserta diklat yang tidak betah mengikuti proses
pembelajaran. Perilaku tersebut antara lain keluar masuk kelas, main-main
dengan telepon seluler, menggambar atau corat coret di buku catatan, saling
mengirim pesan singkat sesama peserta diklat, dan masih banyak lagi perilaku
yang kurang mendukung proses pembelajaran. Mengapa demikian? Setelah
mendengar obrolan peserta diklat pada waktu istirahat ada diantara mereka yang
mengeluhkan cara berkomunikasi pemberi materi yang seringnya hanya satu arah,
kurang merespon tanggapan peserta, menjaga jarak dengan peserta, hanya duduk
saja sambil berbicara, dan seterusnya.
Bertolak
dari hal tersebut, dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana seorang pemberi
materi baik itu sebagai widyaiswara, dosen, maupun guru untuk memanfaatkan dan
menerapkan komunikasi interpersonal dalam proses pembelajaran.
APA KOMUNIKASI INTERPERSONAL?
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan saling
mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang
merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku
seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Komunikasi interpersonal
oleh Devito dalam Liliweri (1991) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek
dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal,
individu selain menunjukkan perhatian juga menunjukkan seberapa jauh perhatian
itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang ada menunjukkan
semakin besar perhatian seseorang pada orang lain yang diajak komunikasi,
sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil
orang memperhatikannya.
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Dari
beberapa pengertian tentang komunikasi interpersonal di atas, ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan dalam menerapkan komunikasi jenis ini, yaitu
tatap muka, mendengarkan, keterbukaan, kepekaan, dan umpan balik secara
langsung.
Tatap
Muka
Seseorang
merasa dihargai bila ditatap wajahnya pada waktu berkomunikasi, walaupun ada
beberapa orang yang tidak senang karena alasan budaya atau agama misalnya.
Menatap seseorang biasanya antara 1 sd 2 detik, kecuali ada hubungan yang dekat
atau ada alasan tertentu. Dengan melihat raut muka orang yang Anda ajak
berkomunikasi, kalau dalam proses pembelajaran dengan melihat raut muka peserta
diklat, mahasiswa, atau murid, Anda dapat secara langsung mengerti apa yang
sedang mereka pikirkan dan rasakan, apakah dia setuju atau sebaliknya dengan
Anda, dan sebagainya.
Mendengarkan
Bagaimana perasaan Anda seandainya pada waktu berbicara tidak ada yang mau mendengarkan? Tentu merasa jengkel, terhina, sakit hati, diremehkan, tidak dipedulikan, dsb. Sebaliknya bagaimana perasaan Anda jika waktu berbicara orang lain mau mendengarkan? Pasti merasa senang, puas, dihargai, dipedulikan, dan akhirnya terbina hubungan baik. Dalam proses pembelajaran ketrampilan mendengarkan senantiasa harus ditingkatkan baik oleh peserta maupun pemberi materi. Beberapa hal yang menghambat proses mendengarkan sudah seharusnya dapat diminimalisir. Hambatan itu antara lain sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan masalah-masalah eksternal, terpengaruh apakah yang bicara ada faktor kawan atau lawan, dan hanya mendengar hal-hal yang diharapkan. Seorang pemberi materi akan memperoleh rasa hormat bila dia mampu mendengarkan emosi dan pikiran orang lain. Sikap yang mampu mendengarkan dengan penuh perhatian, untuk segala sesuatu yang dikatakan, akan menjadikan dia semakin berkualitas. Mendengarkan membutuhkan sikap rendah hati dan jiwa besar dalam kualitas diri yang cerdas bertoleransi, berempati, dan melayani. Pendengar yang baik pasti mau mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Biasanya, seorang pemberi materi terbaik selalu menyimak dengan cerdas tentang apa yang dikatakan orang lain, dan bila apa yang dia dengarkan masuk akal baginya, maka dia akan menjadikannya sebagai pengetahuan untuk pengembangan ide-ide kreatifnya. (Djajendra,2012)
Bagaimana perasaan Anda seandainya pada waktu berbicara tidak ada yang mau mendengarkan? Tentu merasa jengkel, terhina, sakit hati, diremehkan, tidak dipedulikan, dsb. Sebaliknya bagaimana perasaan Anda jika waktu berbicara orang lain mau mendengarkan? Pasti merasa senang, puas, dihargai, dipedulikan, dan akhirnya terbina hubungan baik. Dalam proses pembelajaran ketrampilan mendengarkan senantiasa harus ditingkatkan baik oleh peserta maupun pemberi materi. Beberapa hal yang menghambat proses mendengarkan sudah seharusnya dapat diminimalisir. Hambatan itu antara lain sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan masalah-masalah eksternal, terpengaruh apakah yang bicara ada faktor kawan atau lawan, dan hanya mendengar hal-hal yang diharapkan. Seorang pemberi materi akan memperoleh rasa hormat bila dia mampu mendengarkan emosi dan pikiran orang lain. Sikap yang mampu mendengarkan dengan penuh perhatian, untuk segala sesuatu yang dikatakan, akan menjadikan dia semakin berkualitas. Mendengarkan membutuhkan sikap rendah hati dan jiwa besar dalam kualitas diri yang cerdas bertoleransi, berempati, dan melayani. Pendengar yang baik pasti mau mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Biasanya, seorang pemberi materi terbaik selalu menyimak dengan cerdas tentang apa yang dikatakan orang lain, dan bila apa yang dia dengarkan masuk akal baginya, maka dia akan menjadikannya sebagai pengetahuan untuk pengembangan ide-ide kreatifnya. (Djajendra,2012)
Keterbukaan
Terbuka dan spontan mencerminkan pikiran positif dalam berkomunikasi. Keterbukaan hati dan telinga penuh kesadaran mendengarkan baik yang terdengar maupun yang dirasakan, keterbukaan diri terhadap orang lain, kebersamaan dan hubungan, keterbukaan terhadap kesepakatan dan tidak mudah memilih konflik.
Umpan
Balik
Umpan
balik adalah masukan atau pendapat orang lain tentang kita, berdasarkan
pengamatan dan perasaan orang tersebut waktu berinteraksi dengan kita. Dalam
komunikasi interpersonal harus ada keseimbangan antara komunikator dan
komunikan sehingga tidak ada yang mendominasi.
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI INTERPERSONAL?
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI INTERPERSONAL?
Citra
Diri , Citra diri adalah bagaimana cara seseorang melihat dirinya sendiri. (LAN
RI, 2008). Setiap orang merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status
sosialnya, pendidikannya, dan lain-lain tentang dirinya. Citra diri
menentukan bagaimana seseorang melihat dirinya baik secara positif maupun
negatif, melihat kelebihan dan kekurangannya. Cara melihat diri sendiril ini
mempengaruhi bagaimana seseorang bergaul dan menempatkan diri diantara orang
lain yang pada gilirannya menentukan bagaimana seseorang berkomunikasi.
Citra Orang Lain, Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu komunikatif, lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.(Kajian Pustaka, 2012)
Citra Orang Lain, Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu komunikatif, lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.(Kajian Pustaka, 2012)
Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara
efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,
koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. (Goleman, 2004). Kemampuan
seseorang menggunakan pancainderanya untuk menangkap emosi orang lain sebagai
sumber informasi akan mempengaruhi kualitas komunikasi interpersonalnya. Banyak
pesan informasi yang disampaikan secara tersirat dalam emosi seseorang bukan
hanya tersurat melalui ucapan ataupun tulisan.
Bahasa
Tubuh, Bahasa tubuh menggambarkan hal-hal yang dipikirkan oleh seseorang.
(Pease, 1987). Bahasa Tubuh bisa diartikan sebagai komunikasi sederhana yang
dihasilkan oleh tubuh. Tubuh bagian mana? Pada prinsipnya banyak bagian tubuh
kita yang dapat menyampaikan komunikasi mulai mata, bibir, kepala, tangan,
kaki, dan seterusnya. Walaupun begitu bahasa tubuh yang sangat penting
adalah tatapan mata, ekspresi wajah, gestur, dan postur. Mata dapat mengekspresikan
emosi dan kognisi atau tingkat pemahaman seseorang. Ekspresi wajah dapat
menggambarkan apakah seseorang sedang sedih, marah, kecewa, terkejut, takut,
bahagia, dan seterusnya. Gestur seperti gerakan tangan, kaki, dan seterusnya
juga mencerminkan pikiran seseorang. Sedangkan dengan mengamati postur
seseorang ketika duduk, berdiri juga dapat membantu mengenali pikiran dan emosi
seseorang tersebut.
PENUTUP
Pada penutup tulisan ini akan disampaikan tips memanfaatkan kedahsyatan komunikasi interpersonal khususnya dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:
1.
Adanya
keterbukaan antara pemberi materi dalam hal ini bisa widyaiswara, dosen atau
guru dengan peserta diklat, mahasiswa, atau murid. Keterbukaan ditandai dengan
menilai pesan komunikasi secara objektif dan proses pembelajaran yang professional
2.
Menggunakan
bahasa tubuh yang sesuai, tidak berlebihan dan tidak kurang dengan
mensinkronkan antara apa yang diucapkan dengan yang dipikirkan.
3.
Saling mau mendengarkan antara pemberi dengan
penerima materi sehingga terbangun komunikasi dua arah dan memberikan umpan
balik yang sehat.
4.
Menempatkan citra diri dan citra diri orang
lain dengan benar dan sesuai.
Dari uraian ini tujuan pembelajaran lebih bisa tercapai, juga mambina hubungan baik antara pihak-pihak dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu dan diharapkan karena sangat menyenangkan.
Dari uraian ini tujuan pembelajaran lebih bisa tercapai, juga mambina hubungan baik antara pihak-pihak dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu dan diharapkan karena sangat menyenangkan.
Daftar Bacaan:
- Goleman, Daniel.
Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada
IQ). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004
- Liliweri, Behaviour in Organization : Understanding and Managing the Human Side of Work, Allyn and Bacon, Orlando.1991
- Pease, Allan, Bahasa Tubuh: Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat. ARCAN. Jakarta. 1987.
- Tim Widyaiswara. Pengembangan Potensi Diri. LAN RI. Jakarta. 2008.
- www.kajianpustaka.com/komunikasi-interpersonal. 2012
- www.djajendra motivator.com.2012
- Liliweri, Behaviour in Organization : Understanding and Managing the Human Side of Work, Allyn and Bacon, Orlando.1991
- Pease, Allan, Bahasa Tubuh: Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat. ARCAN. Jakarta. 1987.
- Tim Widyaiswara. Pengembangan Potensi Diri. LAN RI. Jakarta. 2008.
- www.kajianpustaka.com/komunikasi-interpersonal. 2012
- www.djajendra motivator.com.2012
0 comments:
Post a Comment