Sunday, 2 February 2014

MAKALAH BIOLOGI Tentang “Pencemaran dan Perubahan Lingkungan”



PENDAHULUAN


Lingkungan hidup atau lebih singkatnya lingkungan ialah suatu ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup yang hidup di dalamnya dan saling berinteraksi atara satu sama lain.

Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan zasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral dan pasif terhadap manusia melainkan hidup manusia terkait erat pada mereka. Tumbuhan, hewan, dan jasad renik dapat hidup tanpa manusia. Tetapi manusia tidak dapat hidup tanpa tumbuhan, hewan dan jasad renik. Karena itu tumbuhan, hewan dan jasad renik harus kita jaga kelangsungan hidupnya demi kelangsungan hidup kita sendiri.
Namun demikian, perkembangan dan kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi pencemaran lingkungan. Banyaknya penggunaan bahan kimia dan limbah industri menjadi salah satu penyebab yang dominan. Dan zat kima yang dihasilkan sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya. 



PENCEMARAN DAN PERUBAHAN
LINGKUNGAN

A.           Keseimbangan Lingkungan
Di dalam suatu ekosistem atau lingkungan yang seimbang terdapat suatu dinamika yang disebut rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi, seperti yang sudah kita ketahui. Setiap makhluk hidup yang terlibat dalam suatu jaring makanan mempunyai fungsi dan peranan tertentu. Mereka dapat berperan sebagai produser, konsumer, dan pengurai yang menempati tingkat tropiknya masing – masing. Di dalam ekosistem tersebut tidak ada suatu jenis konsumer yang berkembang lebih cepat sehingga mendominasi yang lain. Misalnya, jika jumlah konsumer I (herbivor) meningkat, maka ia akan dibatasi oleh konsumer II atau Konsumer III (karnivor). Jika jumlah karnivor meningkat, akan dibatasi oleh konsumer I (herbivor) dan hewan yang akan memangsanya. Demikian seterusnya sehingga di dalam suatu ekosistem atau lingkungan yang seimbang selalu terjadi penurunan dan kenaikan populasi (fluktuasi) tiap jenis hewan atau tumbuhan dalam batas – batas tertentu. Dengan demikian, keseimbangan lingkungan dikatakan bersifat dinamis.  

B.           Gangguan Keseimbangan Lingkungan
Gangguan keseimbangan lingkungan kebanyakan disebabkan oleh kegiatan manusia. Misalnya, pembabatan hutan, pembukaan hutan unutk pmukiman atau pertanian, dan pemburuan liar. Semua kejadian tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.
Pembukaan kawasan hutan untuk berbagai keperluan seperti mendirikan pabrik, pemukiman, pertanian, perkebunan, dan keperluan lainnya yang ternyata secara tidak langsung akan menyebabkan gangguan pada keseimbangan alam. Penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadinya banjir, menurunnya sumber air tanah, dan terjadinya tanah longsor. Air hujan yang jatuh di kawasan hutan yang gundul menjadi tidak tertahan dan mngalir kepermukaan tanah. Keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi, terutama pada kawasan bekas hutan yang kondisi tanahnya miring. Erosi akan menyebabkan tanah menjadi tidak subur karena sebagian besar zat hara terbawa bersama air. Ketiadaan akar tumbuhan menyebabkan tanah kehilangan kemampuan untuk menahan air sehingga persediaan air tanah menjadi berkurang atau tidak ada. Jika musim panas tiba, maka tanah menjadi merekah dan pada musim hujan menyebabkan tanah longsor.
Selain itu, berbagai kegiatan manusia dengan teknologinya dapat juga menimbulkan gangguan terhadap struktur trofik, aliran energi, dan aur bigeokimia dalam ekosistem di banyak wilayah di dunia. Dampaknya terkadang dapat bersifat lokal maupun regional, tetapi dampak ekologi yang diakibatkannya dapat menjadi luas atau global. Contohnya, terjadinya hujan asam yang mungkin jatuh pada jarak puluhan dan ratusan kilometer dari pusatnya, yaitu pabrik atau tempat yang menghasilkan emisi zat kimia. Kerusakan lingkungan dapat berupa pencemaran lingkungan yang lebih dikenal dengan istilah polusi.

C.           Polusi
Polusi adalah masuk atau dimasukkannya bahan – bahan berupa makhluk hidup beserta bahan yang dihasilkan makhluk hidup, bahan kimia, debu, sedimen, panas, suara atau radiasi ke dalam lingkungan sehingga kualitas lingkungan tersebut menurun sampai ke tingkat tertentu. Hal tersebut menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya dan berakibat merugikan makhluk hidup penghuni lingkungan tersebut serta terancam kelestarian lingkungan. Bahan – bahan yang menyebabkan polusi disebut polutan. Suatu bahan disebut polutan bila jumlahnya melebihi jumlah normal (di atas nilai ambang batas), berada pada tempat yang tidak semestinya, dan berada waktu yang tidak tepat.
C.1       Macam – macam bahan polutan
Berbagai aktivita industri oleh manusia dan teknologinya saat ini menciptakan materi dengan formula baru yang bila masuk ke atmosfer dapat menyebabkan terganggunya daur materi alamiah. Masuknya polutan tersebut ke dalam lingkungan menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap habitat udara, perairan, dan tanah. Bahan – bahan polutan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
C.1.1   Karbon Dioksida
Pembakaran bahan bakar fiosil, seperti batu bara, minyak dan gas alam telah lama dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia terhadap energi. Mialnya untuk berbagai keperluan rumah tangga, industri, dan pertanian. Ketika bahan bakar minyak tersebut dibakar, karbon dioksida dilepaskan ke udara. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah karbon dioksida yang dilepaskan ke udara terus mengalami peningkatan. Apakah dampak peningkatan CO2 terhadap lingkungan ? Untuk mengetahuinya, kita akan mempelajarinya pada pembahasan tentang Gangguang terhadap Daur Karbon.
C.1.2  Karbon Monoksida
Hemoglobin mempunyai daya ikat (afinitas) yang tinggi terhadap karbon monoksida dibandingka terhadap oksigen. Peningkatan konsentrasi karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Bebarapa orang akan menderita defisiensi oksigen dalam jaringan tubuhnya ketika hemoglobin darahnya berisi 5% karbon monoksida. Seorang perokok sering ditemukan dalam hemoglobin darahnya kadara karbon monoksida lebih dari 10%. Jika kondisi demikian terjadi pada ibu hamil, maja kemungkinan bayinya mengalami defisiensi oksigen lebih besar dibandingkan dengan bayi yang berasal dari ibu yang bukan perokok.
C.1.3  Sulfur dioksida
Sulfur dioksida dilepaskan ke udara ketika terjadi pembakaran bahan bakar fosil dan pelelhan bijih logam. Konsentrasi SO2 yang masih dibenarkan adalah antara 0,3 sampai 1,0 mg (m-3). Akan tetapi, di daerah yang dekat dengan industri berat, konsentrasi senyawa tersebut menjadi lebih tinggi yaitu 3.000 mg m-3.
Peningkatan konsentrasi sulfur di atmosfer dapat menyebabkan gangguan kesehatan padamanusia, terutama menyebabkan penyakit bronkitis, radang paru – paru (pneumonia), dan gagal jantung. Partikel – partikel ini biasanya sulit dibersihkan bila sudah mencapai alveoli sehingga menyebabkan iritasi dan mengganggu pertukaran gas.
Pencemaran sulfur (sulfur oksida( di sekitar daerah pencairan tembaga dapat merusak semua vegetasi hingga mencapai jarak beberapa kilometer jauhnya. Tumbuhan mengabsoropsi sulfur dioksida di udara seringkali menimbulkan kerusakan pada tanaman pertanian dan perkebunan (hujan asam).
C.1.4  Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida memainkan peranan penting di dalam penyusunan gejala fotokimia. Nitrogen dioksida dihasilkan dari gas buangan kendaraan bermotor. Peroksiasil nitrat yang dibentuk di dalam gejala sering menyebabkan iritasi pada mata dan paru – paru. Selain itu, bahan polutan tersebut dapat juga merusak tumbuhan.
C.1.5  Limbah rumah tangga
Di rumah air digunakan untuk minum, memasak, mencuci dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai, danau dan laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik.
Di bawah kondisi aerob, bakteri pembusuk bekerja menguraikan materi organik. Selama proses tersebut, bakteri pembusuk menggunakan oksigen di dalam air. Itulah yang disebut biochemical oxygen demand (BOD).
Sebagian dari air buangan terdiri atas komponen nitrogen, seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbahrumah tangga biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai sebagai akibat banyaknya persedian nutrien. Sebaliknya, persediaan oksigen dalam perairan tersebut semakin berkurang. Di sana dapat di temukan tubifek, hewan air yang mampu hidup baik di bawah kondisi kekurangan oksigen. Semakin kehilir atau kearah muara, limbah organik lebih terurai secara sempurna sehingga kandungan oksigen dalam air kembali normal. Hewan dan tumbuhan air kembali tumbuh dengan baik.
C.1.6   Lembah industri
Lembah industri dapat membunuh mikroorganisme air. Akan tetapi, beberapa pabrik tidak mampu menghilangkan unsur kimia atau racun yang dikandungnya. Limbah yang di lepas oleh industri tergantung jenis industri. Limbah tersebut dapat berupa materiorganik, minyak, logam, asam, dan berupa suhu yang tinggi sehingga air menjadi panas.
C.1.7  Logam berat
Logam berat adalah logam dengan masa atom relatif sekitar 100. contohnya adalah timah, merkuri, dan kadmium. Logam tersebut dapat terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup dan pada konsentrasi tertentu dapat menghambat aktivitas enzim.
C.1.8 Pestissida
Pestisida merupakan senyawa kimia beracun yang digunakan oleh manusia untuk mengontrol hama. Berikut ini beberapa jenis pestisida yang biasa digunakan manusia.
a.             Herbisida
Herbisida merupakan jenis pestisida yang 40% produknya sudah digunakan di dunia. Para petani menggunakan herbisida untuk mengontrol atau mematikan biji-bijian tumbuhan yang dianggap mengganggu (gulma) sehingga tanaman pertanian dapat tumbuh dengan baik. Herbisida juga digunakan untuk mematikan biji-bijian tanaman hutan yang dianggap mengganggu tanaman utama.
Dari beberapa hasil studi laboratorium diungkapkan bahwa herbisida dapat berdampak buruk terhadap manusia. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dilaboratorium terhadap kelinci dan kera, diperoleh keterangan bahwa pemberian makanan dan minuman yang telah dicampur dengan herbisida dapat menyebabkan organ hati dan ginjal hewan tersebut mudah terkena tumor dan kanker. Pestisida tersebut juga berakibat buruk terhadap perkembangan janin.
b.             Fungisida
Fungisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau memberantas jamur yang dianggap sebagai wabah atau penyakit. Penyemprotan fungisida dapat melindungi tanaman pertanian dari serangan jamur dan mencegah biji (benih) jadi busuk di dalam tanah sebelum berkecambah. Akan tetapi, sejak metil merkuri sangat beracun terhadap manusia, biji-bijian tersebut tidak pernah dimanfaatkan untuk bahan makanan. Fungisida mengandung senyawa metil merkuri sehingga jenis pestisida ini dapat memberi dampak buruk terhadap lingkungan.
c.              Insektisida
Insektisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga hama. Jenis pestisida ini sudah digunakan orang sejak lama. Senyawa organoklorin utama di dalam insektisida adalah DDT. Tentang bahan kimia beracun ini nanti kita akan bahas pada bagian berikutnya.
D.          Efek Rumah Kaca
Dalam sinar matahari tersimpan energi. pada waktu sinar matahari mengenai permukaan tanah, permukaan tanah itu menjadi panas. Energi sinar matahari itu sebagaian telah berubah menjadi panas. Panas itu di pancarkan kembali ke atmosfer sebagai gelombang panas, yaitu sinar infra merah. Di dalam atmosfer terdapat berjenis molekul gas yang dapat menyerap glombang infra merah. Karena penyerapan gelombang panas itu suhu atmosfer bumi naik. Kenaikan suhu itu di sebut efek rumah kaca (ERK). Gas – gas dalam atmosfer yang menyerap gelombang panas di sebut gas rumah kaca (GRK). Jadi ERK tidak di sebabkan oleh adanya gedung – gedung tinggi yang dindingnya terdiri dari jendela – jendela kaca, melainkan oleh GRK dalam atmosfer yang menyerap gelombang panas. Istilah ini memang berasal dari pengalaman para petani di daerah iklim sedang yang menanam sayuran di dalam rumah kaca untuk melindungi sayuran itu dari suhu dingin. Pada waktu siang hari dan cuaca cerah, suhu di dalam rumah kaca itu lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, walaupun alat pemanas di dalam rumah kaca di matikan. Kenaikan suhu itu di sebabkan oleh tertahannya gelombang panas oleh kaca rumah kaca sehingga tidak dapat lepas keudara.
ERK berguna bagi mahluk hidup di bumi. Seandainya tidak ada GRK, jadi tidak ada ERK, suhu di bumi rata – rata hanya akan – 180 C. suhu ini terlalu rendah bagi sebagaian mahluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya ERK suhu rata – rata di bumi menjadi 330 C lebih tinggi, yaitu 150 C. Suhu ini sesuai bagi kehidupan mahluk hidup.
GRK terpenting ialah CO2 yang berasal dari pernfasan serta pembusukan dan pembakaran bahan organik. CO2 besama dengan air merupakan bahan baku untuk fotosintetis. Hasil fotosintetis di gunakan oleh tumbuhan untuk menyusun tubuhnya. Tubuh tumbuhan, baik yang hidup maupun yang mati yang jatuh di tanah, di sebut biomassa. Biomassa sebagian besar terdiri atas karbon (C).
Biomassa yang mati sebagian tidak mengalami pembusukan. Di daerah rawa biomassa berubah menjadi gambut. Sebagian lagi mengalami proses fasilisasi dan menjadi batu bara, minyak bumi dan gas alam. Dalam waktu ratusan juta tahun jumlah karbon yang terikat dalam biomassa hidup, biomassa yang mati dan biomassa yang mengalami fosilisasi mencapai jumlah yang sangat besar. Biomasa itu merupakan tempat penyimpanan karbon dan disebut rosot karbon (carbon sink). Salah satu rosot karbon yang penting ialah hutan.
Pada mulanya kadar CO2 dalam atmosfer bumi adalah tinggi. Intensitas ERK pun tinggi sehingga suhu bumi adalah tinggi. Dengan adanya rosot karbon kadar CO2 dalam atmosfer turun. Intensitas ERK pun nurun menjadi seperti kita kenal sekarang. Karena hutan merupakan rosot karbon yang  penting, hutan merupakan salah satu pengatur ERK.
Tetapi dengan pertumbuhan jumlah penduduk banyak hutan yang di tebang dan di ubah menjadi ladang pertanian dan peternakan serta tempat pemukiman. Industri pun berkembang. Pada mulanya kayu merupakan bahan bakar yang penting untuk keperluan rumah tangga dari industri. Proses penebangan mula – mula terjadi di Eropa. Bangsa Eropa memerlukan pula banyak kapal untuk mencari sumber daya baru di daerah yang kemudian mereka jadikan daerah jajahannya. Galang kapal juga memerlukan kayu dan menjadi salah satu sebab menyusutnya luas hutan. Di daerah jajahannya para penjajah menebang pula banyak hutan untuk membangun perkebunan dan menanam pangan untuk penduduk lokal yang mereka gunakan sebagai tenaga kerja.
Sejak kira – kira 200 tahun yang lalu penebangan hutan besar – besaran menyusul di Amerika Utara dengan bermigrasinya orang Eropa ke Amerika Utara untuk pembangunan pemukiman, pertanian, kawasan industri dan juga pembalakan komersial.
Setelah Perang Dunia II penebangan hutan banyak terjadi di daerah trofik yang banyak di sebabkan juga oleh pertumbuhan penduduk. Sebab lain ialah pembangunan di daerah yang berhutan, misalnya untuk pembangunan perkebunan dan peternakan, dan pembalakan (logging) untuk keperluan komersial.
Dengan menyusutnya luas hutan, kapasitas rosot karbon pun menurun. Karbon yang terikat dalam bomassa terlepas dari rosot dalam bentuk CO2  dan masuk kedalam atmosfer sehingga kadar CO2 dalam atmosfer naik. Kenaikan kadar CO2 dipercepat dengan perkembangannya teknologi yang menggunakan bahan biomassa fosil, yaitu batu bara, minyak bumi dan gas alam, sebagai bahan bakar. Dengan naiknya kadar CO2 dalam atmosfer kita menghadapi bahaya terjadinya kenaikan intensitas ERK sehingga suhu permukaan bumi akan naik. Inilah yang di sebut pemanasan global.
Bahaya terjadinya pemanasan global di perbesar dengan naiknya gas rumah kaca yang lain, terutama klorofluokarbon (KFK). KFK merupakan zat sintetik yang di buat oleh manusia untuk keperluan industri.
Dampak pemanasan global ialah berubahnya iklim, yaitu perubahan curah hujan serta naiknya intensitas dan prekuensi badai. Permukaan laut akan naik, sebagian karena memuainya air laut pada suhu yang lebih tinggi sehingga volemenya naik, sebagian lagi karena melelehnya es abadi di pegunungan tinggi dan di daerah kutub. Dengan berubahnya iklim pertanian juga akan terpengaruh oleh pemansan global.
Pemanasan global ada juga dampak positifnya, antara lain, meluasnya daerah pertanian kedaerah yang lebih dingin, misalnya di Amerika Utara, dan di pacunya pertumbuhan tanaman oleh naiknya kadar CO2. tetapi walaupun pemanasan global mempunyai juga dampak positif, secara keseluruhan dampak pemanasan global akan mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan manusia.
Sejak revolusi industri, konsentrasi CO2 diatmosfer terus mengalami peningkatan sebagai hasil dari pembakaran terhadap bahan bakar fosil. Pembakaran kayu dalam jumlah yang amat besar di hutan akan menambah jumlah CO2 di dalam daur karbon.
Bebrgai cara untuk memperkirakan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer sudah dilakukan orang sejak tahun 1860. Waktu itu konsentrasi CO2 diperkirakan sekitar 274 ppm. Sebuah stasium pemantau di mauna loa, hawai, tahun 1960 mulai mengadakan pengukuran yang hasilnya lebih akurat, ketika itu konsentrasi CO2 sudah mencapai 316 ppm. Pada tahun 1992 konsentrasi CO2 di atmosfer 340 ppm suatu peningkatan yang lebih dari 7% hanya selama 34 tahun.
Karbondioksida di atmosfer merupakan suatu faktor penting dalam menghangatkan suhu bumi yang kita kenal sebagai efek rumah kaca. Gas tersebut (dan juga uap air) mampu mengabsorpsi radiasi inpra merah dan perlahan – lahan lepas dari iradiasi bumi. Tanpa CO2 tersebut, rata-rata suhu udara permukaan bumi akan mencapai -180C.
Hingga saat ini para saintis masih memperdebatkan mekanisme meningkatnya CO2 di atmosfer yang akan berdampak terhadap suhu bumi. Baru – baru ini berbagai metode dengan pendekatan matematis didiskusikan dalam suatu pertemuan internasional yang membicarakan tentang semua isu glogal seperti yang ditunjukan oleh peningkatan konsentrasi CO2 pada akhir abad ke 20 dan ke 21 ini. Diperkirakan suhu bumi ini meningkat rata-rata 30 – 4 0 C (suatu peningkatan 1,3 0C, tetapi akan lebih memanaskan dunia dibandingkan 100.000 tahun yang lalu). Suhu yang panah akan lebih besar di daerah dekat kutub. Akibatnya, salju di daerah kutub akan mencair sehingga permukaan air laut menjadi naik hingga 100 m dan menggenangi wilayah pantai atau di daerah yang lebih rendah seluas 100 ml atau lebih.
Batu bara, gas alam, gas solin, kayu, dan bahan bakar organik hingga yang lebih modern tidak dapat dibakar tanpa melepaskan CO2. pemanasan suhu bumi saat ini diperkirakan sebagai hasil daya penambahan CO2 di atmosfir

E.           Hujan Asam
Hujan asam terutama disebabkan oleh adanya oksida sulfur dan oksida nitrogen di atmosfer. Senyawa yang berbentuk gas tersebut beraksi dengan air di udara menghasilkan asam yang jatuh ke bumi bersama dengan hujan dan salju. Sumber utama dari oksida tersebut adalah pembakaran bahan bakar fosil yang berasal dari pabrik dan kendaraan bermotor. Hujan asam merupakan suatu produk sampingan yang akan dibayar mahal oleh manusia sebagai akibat adanya revolusi industri yang dimulai sejak abad ke 19 dan sudah menjadi masalah yang meluas sejak dua dekade yang lalu.
Satu upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi polusi lokal dari hujan asam adalah dengan membuat cerobong pabrik dengan konstruksi yang lebih tinggi. Celakanya, hembusan angin yang kuat dapat menggerakan (bahan polusi) siswa pembakaran tersebut hingga hujan asam jatuh puluhan atau raturan kilometer dari pusat industri. Hasil penlitian para ahli di newyork menjelaskan bahwa PH air hujan rata-rata di pegunungan Adirondak adalah 4,2 atau lebih asam dari PH hujan yang sangat normal. Dipirginia barat, PH air hujan yang jatuh adalah 1,5. Bagaimanakah di Indonesia ?
Hasil dari berbagai ekperimen dan observasi yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa hujan asam dapat merusak ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Hujan asam yang jatuh di daratan akan menyebabkan PH tanah menjadi rendah, sehingga tanah kehilanganh daya larut terhadapat mineral-mineral yang dikandungnya. Artinya, hujan asam tersebut dapat menyebabkan terlepasnya mineral-mieral dari ikatannya di dalam tanah dan batuan. Dalam keadaan bebas, daya racun beberpaa mineral logam tersebut terhadap lingkungan dapat meningkat. Contoh mineral logam yang bersifat racum terhadap kehidupan makhluk hidup adalah aluminium, timah, merkuri, dan kadmium.
Dalam tanah, kehadiran alumunium dapat menghambat pertumbuhan – tumbuhan, terutama keika berikatan dengan akar tumbuhan. Sebaliknya, eberapa mineral dalam tanah yang di butuhkan tumbuhan menjadi menurun jumlahnya. Misalnya, kalsium yaitu jenis mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan tumbuhan. Karena mineral kalsium tidak mudah pulih kembali, maka perlu beberapa taun lagi untuk memulihkan hutan yang rusak karena hujan asam. Selain itu, penurunan PH tanah juga menyebabkan berubahnya jenis bakteri tanah sehingga dapat menurunkan ketersediaan makanan bagi tumbuhan. Dengan berbagai faktor lainnya, hujan asam dapat menyebabkan tumbuhan mati dan menimbulkan kerusakan hutan.
Dalam ekosistem perairan, pengaruh hujan asam dapat menurunkan tingkat produktivitas. Penurunan PH telah menyebabkan ikan tidak mampu membentuk rangka baru atau tumbuh secara tidak normal. Sementara itu, logam aluminium yang terlarut dapat terakumulasi dalam insang ikan sehingga ikan mati lemas. Keadaan demikian akan lebih sulit dengan adanya rantai makanan atau jaring – jaring makanan. Dalam ekosistem perairan aa beberapa makhluk hidup yang mampu mengakumulasi bahan polusi dalam konsentrasi yang tinggi. Jika demikian, apa yang akan terjadi pada makhluk hidup top level dari suatu rantai makanan ?
Hujan asam sering menyebabkan pipa – pipa besi menjadi berkarat. Air yang disalurkan melalui pipa tersebut akan menjadi berbahaya bagi mereka yang meminumnya.
Hujan asam dapat disebabkan oleh keberadaan sulfur dioksida (SO2) di atmosfer yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pada lingkungan yang bebas polusi, air hujan bersifat sedikit asam dengan PH sekitar 5,6.





KESIMPULAN

Manusia hidup dalam lingkungan, begitu juga makhluk hidup yang lain. Lingkungan yang sehat akan menjadikan manusia dan makhluk yang lainnya juga sehat. Akan tetapi, kalau seandainya lingkungan sudah tercemar maka manusia dan makhluk yang lainnya akan menghadapi gangguan dalam melaksanakan aktivitas. Oleh karena itu manusia harus menjaga lingkungan hidup agar dapat melangsungkan kehidupan selanjutnya. Perkembangan dan kemajuan tekhnologi telah mengakibatkan pencemaran hampir di seluruh dunia. Hal ini tidak dapat ditahan. Akan tetapi manusia dapat meminimalisasi pencemaran yang diakibatkan oleh perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, terutama Chemical, material.



DAFTAR PUSTAKA


Nararita, Endah CH., dkk. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Buku Panduan Untuk Guru dan Praktisi Pendidikan. Bandung : Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.
Wallace, Robert A. 1992. Biology. The World of Life. Edisi ke-6. New York: Harper Collins Publishers. Inc.

0 comments:

Post a Comment