PENDAHULUAN
Lingkungan hidup atau lebih singkatnya lingkungan ialah suatu ruang yang
ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup yang
hidup di dalamnya dan saling berinteraksi atara satu sama lain.
Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain,
yaitu tumbuhan, hewan dan zasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah
sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral dan pasif terhadap manusia
melainkan hidup manusia terkait erat pada mereka. Tumbuhan, hewan, dan jasad
renik dapat hidup tanpa manusia. Tetapi manusia tidak dapat hidup tanpa
tumbuhan, hewan dan jasad renik. Karena itu tumbuhan, hewan dan jasad renik
harus kita jaga kelangsungan hidupnya demi kelangsungan hidup kita sendiri.
Namun demikian, perkembangan dan kemajuan teknologi menjadi salah satu
faktor yang melatarbelakangi pencemaran lingkungan. Banyaknya penggunaan bahan
kimia dan limbah industri menjadi salah satu penyebab yang dominan. Dan zat
kima yang dihasilkan sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya.
PENCEMARAN
DAN PERUBAHAN
LINGKUNGAN
A.
Keseimbangan
Lingkungan
Di dalam suatu ekosistem atau lingkungan
yang seimbang terdapat suatu dinamika yang disebut rantai makanan,
jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi, seperti yang sudah kita ketahui.
Setiap makhluk hidup yang terlibat dalam suatu jaring makanan mempunyai fungsi
dan peranan tertentu. Mereka dapat berperan sebagai produser, konsumer, dan
pengurai yang menempati tingkat tropiknya masing – masing. Di dalam ekosistem
tersebut tidak ada suatu jenis konsumer yang berkembang lebih cepat sehingga
mendominasi yang lain. Misalnya, jika jumlah konsumer I (herbivor) meningkat,
maka ia akan dibatasi oleh konsumer II atau Konsumer III (karnivor). Jika
jumlah karnivor meningkat, akan dibatasi oleh konsumer I (herbivor) dan hewan
yang akan memangsanya. Demikian seterusnya sehingga di dalam suatu ekosistem
atau lingkungan yang seimbang selalu terjadi penurunan dan kenaikan populasi
(fluktuasi) tiap jenis hewan atau tumbuhan dalam batas – batas tertentu. Dengan
demikian, keseimbangan lingkungan dikatakan bersifat dinamis.
B.
Gangguan
Keseimbangan Lingkungan
Gangguan keseimbangan lingkungan
kebanyakan disebabkan oleh kegiatan manusia. Misalnya, pembabatan hutan,
pembukaan hutan unutk pmukiman atau pertanian, dan pemburuan liar. Semua
kejadian tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.
Pembukaan kawasan hutan untuk berbagai
keperluan seperti mendirikan pabrik, pemukiman, pertanian, perkebunan, dan
keperluan lainnya yang ternyata secara tidak langsung akan menyebabkan gangguan
pada keseimbangan alam. Penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadinya banjir,
menurunnya sumber air tanah, dan terjadinya tanah longsor. Air hujan yang jatuh
di kawasan hutan yang gundul menjadi tidak tertahan dan mngalir kepermukaan
tanah. Keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi, terutama pada
kawasan bekas hutan yang kondisi tanahnya miring. Erosi akan menyebabkan tanah
menjadi tidak subur karena sebagian besar zat hara terbawa bersama air.
Ketiadaan akar tumbuhan menyebabkan tanah kehilangan kemampuan untuk menahan
air sehingga persediaan air tanah menjadi berkurang atau tidak ada. Jika musim
panas tiba, maka tanah menjadi merekah dan pada musim hujan menyebabkan tanah
longsor.
Selain itu, berbagai kegiatan manusia
dengan teknologinya dapat juga menimbulkan gangguan terhadap struktur trofik,
aliran energi, dan aur bigeokimia dalam ekosistem di banyak wilayah di dunia.
Dampaknya terkadang dapat bersifat lokal maupun regional, tetapi dampak ekologi
yang diakibatkannya dapat menjadi luas atau global. Contohnya, terjadinya hujan
asam yang mungkin jatuh pada jarak puluhan dan ratusan kilometer dari pusatnya,
yaitu pabrik atau tempat yang menghasilkan emisi zat kimia. Kerusakan
lingkungan dapat berupa pencemaran lingkungan yang lebih dikenal dengan istilah
polusi.
C.
Polusi
Polusi adalah masuk atau dimasukkannya
bahan – bahan berupa makhluk hidup beserta bahan yang dihasilkan makhluk hidup,
bahan kimia, debu, sedimen, panas, suara atau radiasi ke dalam lingkungan
sehingga kualitas lingkungan tersebut menurun sampai ke tingkat tertentu. Hal
tersebut menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya dan berakibat merugikan makhluk hidup penghuni lingkungan
tersebut serta terancam kelestarian lingkungan. Bahan – bahan yang menyebabkan
polusi disebut polutan. Suatu bahan disebut polutan bila jumlahnya melebihi
jumlah normal (di atas nilai ambang batas), berada pada tempat yang tidak
semestinya, dan berada waktu yang tidak tepat.
C.1 Macam – macam bahan polutan
Berbagai aktivita industri oleh manusia
dan teknologinya saat ini menciptakan materi dengan formula baru yang bila
masuk ke atmosfer dapat menyebabkan terganggunya daur materi alamiah. Masuknya
polutan tersebut ke dalam lingkungan menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap
habitat udara, perairan, dan tanah. Bahan – bahan polutan tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
C.1.1 Karbon Dioksida
Pembakaran bahan bakar fiosil, seperti
batu bara, minyak dan gas alam telah lama dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan
manusia terhadap energi. Mialnya untuk berbagai keperluan rumah tangga,
industri, dan pertanian. Ketika bahan bakar minyak tersebut dibakar, karbon
dioksida dilepaskan ke udara. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah
karbon dioksida yang dilepaskan ke udara terus mengalami peningkatan. Apakah
dampak peningkatan CO2 terhadap lingkungan ? Untuk mengetahuinya,
kita akan mempelajarinya pada pembahasan tentang Gangguang terhadap Daur
Karbon.
C.1.2 Karbon Monoksida
Hemoglobin mempunyai daya ikat (afinitas)
yang tinggi terhadap karbon monoksida dibandingka terhadap oksigen. Peningkatan
konsentrasi karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Bebarapa orang akan menderita
defisiensi oksigen dalam jaringan tubuhnya ketika hemoglobin darahnya berisi 5%
karbon monoksida. Seorang perokok sering ditemukan dalam hemoglobin darahnya
kadara karbon monoksida lebih dari 10%. Jika kondisi demikian terjadi pada ibu
hamil, maja kemungkinan bayinya mengalami defisiensi oksigen lebih besar
dibandingkan dengan bayi yang berasal dari ibu yang bukan perokok.
C.1.3 Sulfur dioksida
Sulfur dioksida dilepaskan ke udara
ketika terjadi pembakaran bahan bakar fosil dan pelelhan bijih logam.
Konsentrasi SO2 yang masih dibenarkan adalah antara 0,3 sampai 1,0
mg (m-3). Akan tetapi, di daerah yang dekat dengan industri berat,
konsentrasi senyawa tersebut menjadi lebih tinggi yaitu 3.000 mg m-3.
Peningkatan konsentrasi sulfur di
atmosfer dapat menyebabkan gangguan kesehatan padamanusia, terutama menyebabkan
penyakit bronkitis, radang paru – paru (pneumonia), dan gagal jantung. Partikel
– partikel ini biasanya sulit dibersihkan bila sudah mencapai alveoli sehingga
menyebabkan iritasi dan mengganggu pertukaran gas.
Pencemaran sulfur (sulfur oksida( di
sekitar daerah pencairan tembaga dapat merusak semua vegetasi hingga mencapai
jarak beberapa kilometer jauhnya. Tumbuhan mengabsoropsi sulfur dioksida di
udara seringkali menimbulkan kerusakan pada tanaman pertanian dan perkebunan
(hujan asam).
C.1.4 Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida
memainkan peranan penting di dalam penyusunan gejala fotokimia. Nitrogen
dioksida dihasilkan dari gas buangan kendaraan bermotor. Peroksiasil nitrat
yang dibentuk di dalam gejala sering menyebabkan iritasi pada mata dan paru –
paru. Selain itu, bahan polutan tersebut dapat juga merusak tumbuhan.
C.1.5 Limbah rumah tangga
Di rumah air digunakan untuk minum,
memasak, mencuci dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang
atau mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai, danau
dan laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik
mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik.
Di bawah kondisi aerob, bakteri pembusuk
bekerja menguraikan materi organik. Selama proses tersebut, bakteri pembusuk
menggunakan oksigen di dalam air. Itulah yang disebut biochemical oxygen demand
(BOD).
Sebagian dari air buangan terdiri atas
komponen nitrogen, seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai
menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbahrumah tangga
biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai
sebagai akibat banyaknya persedian nutrien. Sebaliknya, persediaan oksigen
dalam perairan tersebut semakin berkurang. Di sana dapat di temukan tubifek,
hewan air yang mampu hidup baik di bawah kondisi kekurangan oksigen. Semakin
kehilir atau kearah muara, limbah organik lebih terurai secara sempurna
sehingga kandungan oksigen dalam air kembali normal. Hewan dan tumbuhan air kembali
tumbuh dengan baik.
C.1.6 Lembah
industri
Lembah industri dapat membunuh
mikroorganisme air. Akan tetapi, beberapa pabrik tidak mampu menghilangkan
unsur kimia atau racun yang dikandungnya. Limbah yang di lepas oleh industri
tergantung jenis industri. Limbah tersebut dapat berupa materiorganik, minyak,
logam, asam, dan berupa suhu yang tinggi sehingga air menjadi panas.
C.1.7 Logam berat
Logam berat adalah logam dengan masa
atom relatif sekitar 100. contohnya adalah timah, merkuri, dan kadmium. Logam
tersebut dapat terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup dan pada konsentrasi
tertentu dapat menghambat aktivitas enzim.
C.1.8 Pestissida
Pestisida merupakan senyawa kimia
beracun yang digunakan oleh manusia untuk mengontrol hama. Berikut ini beberapa
jenis pestisida yang biasa digunakan manusia.
a.
Herbisida
Herbisida merupakan jenis pestisida yang
40% produknya sudah digunakan di dunia. Para petani menggunakan herbisida untuk
mengontrol atau mematikan biji-bijian tumbuhan yang dianggap mengganggu (gulma)
sehingga tanaman pertanian dapat tumbuh dengan baik. Herbisida juga digunakan
untuk mematikan biji-bijian tanaman hutan yang dianggap mengganggu tanaman
utama.
Dari beberapa hasil studi laboratorium
diungkapkan bahwa herbisida dapat berdampak buruk terhadap manusia. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan dilaboratorium terhadap kelinci dan kera, diperoleh
keterangan bahwa pemberian makanan dan minuman yang telah dicampur dengan
herbisida dapat menyebabkan organ hati dan ginjal hewan tersebut mudah terkena
tumor dan kanker. Pestisida tersebut juga berakibat buruk terhadap perkembangan
janin.
b.
Fungisida
Fungisida merupakan jenis pestisida yang
digunakan untuk mengontrol atau memberantas jamur yang dianggap sebagai wabah
atau penyakit. Penyemprotan fungisida dapat melindungi tanaman pertanian dari
serangan jamur dan mencegah biji (benih) jadi busuk di dalam tanah sebelum
berkecambah. Akan tetapi, sejak metil merkuri sangat beracun terhadap manusia,
biji-bijian tersebut tidak pernah dimanfaatkan untuk bahan makanan. Fungisida
mengandung senyawa metil merkuri sehingga jenis pestisida ini dapat memberi
dampak buruk terhadap lingkungan.
c.
Insektisida
Insektisida merupakan bahan kimia yang
digunakan untuk membunuh serangga hama. Jenis pestisida ini sudah digunakan
orang sejak lama. Senyawa organoklorin utama di dalam insektisida adalah DDT.
Tentang bahan kimia beracun ini nanti kita akan bahas pada bagian berikutnya.
D.
Efek
Rumah Kaca
Dalam sinar matahari tersimpan energi. pada waktu sinar matahari
mengenai permukaan tanah, permukaan tanah itu menjadi panas. Energi sinar
matahari itu sebagaian telah berubah menjadi panas. Panas itu di pancarkan
kembali ke atmosfer sebagai gelombang panas, yaitu sinar infra merah. Di dalam
atmosfer terdapat berjenis molekul gas yang dapat menyerap glombang infra
merah. Karena penyerapan gelombang panas itu suhu atmosfer bumi naik. Kenaikan
suhu itu di sebut efek rumah kaca (ERK). Gas – gas dalam atmosfer yang menyerap
gelombang panas di sebut gas rumah kaca (GRK). Jadi ERK tidak di sebabkan oleh
adanya gedung – gedung tinggi yang dindingnya terdiri dari jendela – jendela
kaca, melainkan oleh GRK dalam atmosfer yang menyerap gelombang panas. Istilah
ini memang berasal dari pengalaman para petani di daerah iklim sedang yang
menanam sayuran di dalam rumah kaca untuk melindungi sayuran itu dari suhu
dingin. Pada waktu siang hari dan cuaca cerah, suhu di dalam rumah kaca itu
lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, walaupun alat pemanas di dalam rumah
kaca di matikan. Kenaikan suhu itu di sebabkan oleh tertahannya gelombang panas
oleh kaca rumah kaca sehingga tidak dapat lepas keudara.
ERK berguna bagi mahluk hidup di bumi. Seandainya tidak ada GRK, jadi
tidak ada ERK, suhu di bumi rata – rata hanya akan – 180 C. suhu ini
terlalu rendah bagi sebagaian mahluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan
adanya ERK suhu rata – rata di bumi menjadi 330 C lebih tinggi,
yaitu 150 C. Suhu ini sesuai bagi kehidupan mahluk hidup.
GRK terpenting ialah CO2 yang berasal dari pernfasan serta
pembusukan dan pembakaran bahan organik. CO2 besama dengan air
merupakan bahan baku untuk fotosintetis. Hasil fotosintetis di gunakan oleh
tumbuhan untuk menyusun tubuhnya. Tubuh tumbuhan, baik yang hidup maupun yang
mati yang jatuh di tanah, di sebut biomassa. Biomassa sebagian besar terdiri
atas karbon (C).
Biomassa yang mati sebagian tidak mengalami pembusukan. Di daerah rawa
biomassa berubah menjadi gambut. Sebagian lagi mengalami proses fasilisasi dan
menjadi batu bara, minyak bumi dan gas alam. Dalam waktu ratusan juta tahun
jumlah karbon yang terikat dalam biomassa hidup, biomassa yang mati dan
biomassa yang mengalami fosilisasi mencapai jumlah yang sangat besar. Biomasa
itu merupakan tempat penyimpanan karbon dan disebut rosot karbon (carbon
sink). Salah satu rosot karbon yang penting ialah hutan.
Pada mulanya kadar CO2 dalam atmosfer bumi adalah tinggi.
Intensitas ERK pun tinggi sehingga suhu bumi adalah tinggi. Dengan adanya rosot
karbon kadar CO2 dalam atmosfer turun. Intensitas ERK pun nurun
menjadi seperti kita kenal sekarang. Karena hutan merupakan rosot karbon
yang penting, hutan merupakan salah satu
pengatur ERK.
Tetapi dengan pertumbuhan jumlah penduduk banyak hutan yang di tebang
dan di ubah menjadi ladang pertanian dan peternakan serta tempat pemukiman.
Industri pun berkembang. Pada mulanya kayu merupakan bahan bakar yang penting
untuk keperluan rumah tangga dari industri. Proses penebangan mula – mula
terjadi di Eropa. Bangsa Eropa memerlukan pula banyak kapal untuk mencari
sumber daya baru di daerah yang kemudian mereka jadikan daerah jajahannya.
Galang kapal juga memerlukan kayu dan menjadi salah satu sebab menyusutnya luas
hutan. Di daerah jajahannya para penjajah menebang pula banyak hutan untuk
membangun perkebunan dan menanam pangan untuk penduduk lokal yang mereka
gunakan sebagai tenaga kerja.
Sejak kira – kira 200 tahun yang lalu penebangan hutan besar – besaran
menyusul di Amerika Utara dengan bermigrasinya orang Eropa ke Amerika Utara
untuk pembangunan pemukiman, pertanian, kawasan industri dan juga pembalakan
komersial.
Setelah Perang Dunia II penebangan hutan banyak terjadi di daerah
trofik yang banyak di sebabkan juga oleh pertumbuhan penduduk. Sebab lain ialah
pembangunan di daerah yang berhutan, misalnya untuk pembangunan perkebunan dan
peternakan, dan pembalakan (logging) untuk keperluan komersial.
Dengan menyusutnya luas hutan, kapasitas rosot karbon pun menurun.
Karbon yang terikat dalam bomassa terlepas dari rosot dalam bentuk CO2 dan masuk kedalam atmosfer sehingga kadar CO2
dalam atmosfer naik. Kenaikan kadar CO2 dipercepat dengan
perkembangannya teknologi yang menggunakan bahan biomassa fosil, yaitu batu
bara, minyak bumi dan gas alam, sebagai bahan bakar. Dengan naiknya kadar CO2
dalam atmosfer kita menghadapi bahaya terjadinya kenaikan intensitas ERK
sehingga suhu permukaan bumi akan naik. Inilah yang di sebut pemanasan global.
Bahaya terjadinya pemanasan global di perbesar dengan naiknya gas rumah
kaca yang lain, terutama klorofluokarbon (KFK). KFK merupakan zat sintetik yang
di buat oleh manusia untuk keperluan industri.
Dampak pemanasan global ialah berubahnya iklim, yaitu perubahan curah
hujan serta naiknya intensitas dan prekuensi badai. Permukaan laut akan naik,
sebagian karena memuainya air laut pada suhu yang lebih tinggi sehingga
volemenya naik, sebagian lagi karena melelehnya es abadi di pegunungan tinggi
dan di daerah kutub. Dengan berubahnya iklim pertanian juga akan terpengaruh
oleh pemansan global.
Pemanasan global ada juga dampak positifnya, antara lain, meluasnya
daerah pertanian kedaerah yang lebih dingin, misalnya di Amerika Utara, dan di
pacunya pertumbuhan tanaman oleh naiknya kadar CO2. tetapi walaupun
pemanasan global mempunyai juga dampak positif, secara keseluruhan dampak
pemanasan global akan mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan manusia.
Sejak revolusi industri, konsentrasi CO2 diatmosfer terus
mengalami peningkatan sebagai hasil dari pembakaran terhadap bahan bakar fosil.
Pembakaran kayu dalam jumlah yang amat besar di hutan akan menambah jumlah CO2
di dalam daur karbon.
Bebrgai cara untuk memperkirakan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer sudah dilakukan orang sejak tahun 1860. Waktu itu konsentrasi CO2
diperkirakan sekitar 274 ppm. Sebuah stasium pemantau di mauna loa, hawai,
tahun 1960 mulai mengadakan pengukuran yang hasilnya lebih akurat, ketika itu
konsentrasi CO2 sudah mencapai 316 ppm. Pada tahun 1992 konsentrasi
CO2 di atmosfer 340 ppm suatu peningkatan yang lebih dari 7% hanya
selama 34 tahun.
Karbondioksida di atmosfer merupakan
suatu faktor penting dalam menghangatkan suhu bumi yang kita kenal sebagai efek
rumah kaca. Gas tersebut (dan juga uap air) mampu mengabsorpsi radiasi inpra
merah dan perlahan – lahan lepas dari iradiasi bumi. Tanpa CO2
tersebut, rata-rata suhu udara permukaan bumi akan mencapai -180C.
Hingga saat ini para saintis masih
memperdebatkan mekanisme meningkatnya CO2 di atmosfer yang akan berdampak
terhadap suhu bumi. Baru – baru ini berbagai metode dengan pendekatan matematis
didiskusikan dalam suatu pertemuan internasional yang membicarakan tentang semua
isu glogal seperti yang ditunjukan oleh peningkatan konsentrasi CO2
pada akhir abad ke 20 dan ke 21 ini. Diperkirakan suhu bumi ini meningkat
rata-rata 30 – 4 0 C (suatu peningkatan 1,3 0C,
tetapi akan lebih memanaskan dunia dibandingkan 100.000 tahun yang lalu). Suhu
yang panah akan lebih besar di daerah dekat kutub. Akibatnya, salju di daerah
kutub akan mencair sehingga permukaan air laut menjadi naik hingga 100 m dan
menggenangi wilayah pantai atau di daerah yang lebih rendah seluas 100 ml atau
lebih.
Batu bara, gas alam, gas solin, kayu,
dan bahan bakar organik hingga yang lebih modern tidak dapat dibakar tanpa
melepaskan CO2. pemanasan suhu bumi saat ini diperkirakan sebagai
hasil daya penambahan CO2 di atmosfir
E.
Hujan
Asam
Hujan asam terutama disebabkan oleh
adanya oksida sulfur dan oksida nitrogen di atmosfer. Senyawa yang berbentuk
gas tersebut beraksi dengan air di udara menghasilkan asam yang jatuh ke bumi
bersama dengan hujan dan salju. Sumber utama dari oksida tersebut adalah
pembakaran bahan bakar fosil yang berasal dari pabrik dan kendaraan bermotor.
Hujan asam merupakan suatu produk sampingan yang akan dibayar mahal oleh
manusia sebagai akibat adanya revolusi industri yang dimulai sejak abad ke 19
dan sudah menjadi masalah yang meluas sejak dua dekade yang lalu.
Satu upaya yang sudah dilakukan untuk
mengurangi polusi lokal dari hujan asam adalah dengan membuat cerobong pabrik
dengan konstruksi yang lebih tinggi. Celakanya, hembusan angin yang kuat dapat
menggerakan (bahan polusi) siswa pembakaran tersebut hingga hujan asam jatuh
puluhan atau raturan kilometer dari pusat industri. Hasil penlitian para ahli
di newyork menjelaskan bahwa PH air hujan rata-rata di pegunungan Adirondak
adalah 4,2 atau lebih asam dari PH hujan yang sangat normal. Dipirginia barat,
PH air hujan yang jatuh adalah 1,5. Bagaimanakah di Indonesia ?
Hasil dari berbagai ekperimen dan
observasi yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa hujan asam dapat merusak
ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Hujan asam yang jatuh di daratan akan
menyebabkan PH tanah menjadi rendah, sehingga tanah kehilanganh daya larut
terhadapat mineral-mineral yang dikandungnya. Artinya, hujan asam tersebut
dapat menyebabkan terlepasnya mineral-mieral dari ikatannya di dalam tanah dan
batuan. Dalam keadaan bebas, daya racun beberpaa mineral logam tersebut
terhadap lingkungan dapat meningkat. Contoh mineral logam yang bersifat racum
terhadap kehidupan makhluk hidup adalah aluminium, timah, merkuri, dan kadmium.
Dalam tanah, kehadiran alumunium dapat
menghambat pertumbuhan – tumbuhan, terutama keika berikatan dengan akar
tumbuhan. Sebaliknya, eberapa mineral dalam tanah yang di butuhkan tumbuhan
menjadi menurun jumlahnya. Misalnya, kalsium yaitu jenis mineral yang
diperlukan untuk pertumbuhan tumbuhan. Karena mineral kalsium tidak mudah pulih
kembali, maka perlu beberapa taun lagi untuk memulihkan hutan yang rusak karena
hujan asam. Selain itu, penurunan PH tanah juga menyebabkan berubahnya jenis
bakteri tanah sehingga dapat menurunkan ketersediaan makanan bagi tumbuhan.
Dengan berbagai faktor lainnya, hujan asam dapat menyebabkan tumbuhan mati dan
menimbulkan kerusakan hutan.
Dalam ekosistem perairan, pengaruh hujan
asam dapat menurunkan tingkat produktivitas. Penurunan PH telah menyebabkan
ikan tidak mampu membentuk rangka baru atau tumbuh secara tidak normal.
Sementara itu, logam aluminium yang terlarut dapat terakumulasi dalam insang
ikan sehingga ikan mati lemas. Keadaan demikian akan lebih sulit dengan adanya
rantai makanan atau jaring – jaring makanan. Dalam ekosistem perairan aa
beberapa makhluk hidup yang mampu mengakumulasi bahan polusi dalam konsentrasi
yang tinggi. Jika demikian, apa yang akan terjadi pada makhluk hidup top level
dari suatu rantai makanan ?
Hujan asam sering menyebabkan pipa – pipa
besi menjadi berkarat. Air yang disalurkan melalui pipa tersebut akan menjadi
berbahaya bagi mereka yang meminumnya.
Hujan asam dapat disebabkan oleh
keberadaan sulfur dioksida (SO2) di atmosfer yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil. Pada lingkungan yang bebas polusi, air hujan
bersifat sedikit asam dengan PH sekitar 5,6.
KESIMPULAN
Manusia
hidup dalam lingkungan, begitu juga makhluk hidup yang lain. Lingkungan yang
sehat akan menjadikan manusia dan makhluk yang lainnya juga sehat. Akan tetapi,
kalau seandainya lingkungan sudah tercemar maka manusia dan makhluk yang
lainnya akan menghadapi gangguan dalam melaksanakan aktivitas. Oleh karena itu
manusia harus menjaga lingkungan hidup agar dapat melangsungkan kehidupan
selanjutnya. Perkembangan dan kemajuan tekhnologi telah mengakibatkan
pencemaran hampir di seluruh dunia. Hal ini tidak dapat ditahan. Akan tetapi
manusia dapat meminimalisasi pencemaran yang diakibatkan oleh perkembangan
jaman dan kemajuan teknologi, terutama Chemical, material.
DAFTAR PUSTAKA
Nararita, Endah
CH., dkk. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Buku Panduan Untuk Guru dan
Praktisi Pendidikan. Bandung : Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu
Pengetahuan Alam.
Wallace,
Robert A. 1992. Biology. The World of Life. Edisi ke-6. New York: Harper
Collins Publishers. Inc.
0 comments:
Post a Comment