BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Glaukoma merupakan
penyebab utama kebutaan di masyarakat barat. Diantara mereka hampir setengahnya
mengalami gangguan penglihatan sampai 70 ribu benar-benar buta dan bertambah
sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Jika glaukoma didiagnosis lebih awal dan
ditangani dengan benar kebutaan dapat dicegah namun kebanyakan kasus glaukoma
tidak bergejala sampai sudah terjadi maka pemeriksaan rutin dan skrining
mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua
yang memiliki faktor resiko menderita glaukoma menjalani pemeriksaan berkala
pada optalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang dan kaputnervi optisi.
Maka dari itu Glaukoma
adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa dapat lebih memahami dan menjelaskan
tentang penyakit GLAUKOMA.
2. Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat :
Ø Memahami tentang
penyakit glaucoma
Ø Mengetahui penyebab dan
perawatan dari penyakit glauokoma
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Glaukoma
Istilah
glaukoma merujuk pada kelompok penyakit yang berbeda dalam hal patofisiologi,
presentasi klinis, dan penanganannya.
Glaukoma
adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. (Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Glaukoma
didefinisikan sebagai peningkatan TIO secara mendadak dan sangat tinggi akibat
hambatan di anyaman trabekulum. Keadaan itu merupakan suatu kedaruratan mata
yang termasuk true emergency.
B. Klasifikasi
Glaukoma
Glaukoma
diklasifikasikan dalam 2 kelompok :
a.
Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka)
Tipe ini merupakan yang paling umum/sering pada
glaukoma dan terutama terjadi pada orang lanjut usia (di atas 50 tahun).
Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang terjadi secara
perlahan-lahan. Rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14 sampai 16
milimeter air raksa (mmHg). Tekanan sampai 20 mmHg masih dalam batas normal.
Tekanan di atas atau sama dengan 22 mmHg diperkirakan patut dicurigai menderita
glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat
membahayakan dan menghancurkan sel-sel daripada syaraf/nervus opticus di mata.
Begitu terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel tersebut, suatu keadaan bintik
buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang pandangan. Bintik buta ini
biasanya dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau daerah yang lebih
luar dari satu lapang
pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah yang lebih tengah/pusat akan juga
terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak dapat
kembali normal lagi (ireversibel).
Tidak ada gejala-gejala
yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut terbuka, karenanya sering tidak
terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak
menyadari bahwa penglihatannya berangsur-angsur makin memburuk sampai
tahap/stadium lanjut dari penyakitnya. Terapi sangat dibutuhkan untuk mencegah
berkembangnya penyakit glaukoma ini dan untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut
dari penglihatan. Glaukoma sudut terbuka dibagi menjadi 3 macam :
1.
Primer
Glaukoma sudut terbuka primer ditandai dengan atropi saraf optikkus dan kapitasi mangkuk fisiologis dan defek lapang pandang yang khas. Glaukoma sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun TIO masih dalam batas parameter normal.
Glaukoma sudut terbuka primer ditandai dengan atropi saraf optikkus dan kapitasi mangkuk fisiologis dan defek lapang pandang yang khas. Glaukoma sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun TIO masih dalam batas parameter normal.
2.
Sekunder
Peningkatan TIO yang disebabkan oleh peningkatan tahanan aliran keluar humor akueos melalui jaring-jaring traekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena efiskleral. Peningkatan tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka waktu lama tumor intraokuler, uveitis.
Peningkatan TIO yang disebabkan oleh peningkatan tahanan aliran keluar humor akueos melalui jaring-jaring traekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena efiskleral. Peningkatan tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka waktu lama tumor intraokuler, uveitis.
3.
Glaukoma tegangan normal
Glaukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan
dimana terjadi kerusakan yang progresif terhadap syaraf/nervus opticus dan
terjadi kehilangan lapang pandangan meski tekanan di dalam bola matanya tetap
normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil, dengan
kurangnya sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana mengakibatkan
kematian dari sel-sel yang bertugas membawa impuls/rangsang tersebut dari
retina menuju ke otak. Sebagai tambahan, kerusakan yang terjadi karena
hubungannya dengan tekanan dalam bola mata juga bisa terjadi pada yang masih
dalam batas normal tinggi (high normal), jadi tekanan yang lebih rendah dari
normal juga seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya penglihatan yang
lebih lanjut. Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada
orang-orang yang memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau
pada wanita.
a.
Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup)
Glaukoma sudut tertutup paling sering terjadi
pada orang keturunan Asia dan orang-orang yang penglihatan jauhnya buruk, juga
ada kecenderungan untuk penyakit ini diturunkan di dalam keluarga, jadi bisa
saja di dalam satu keluarga anggotanya menderita penyakit ini. Pada orang
dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup ini, sudutnya
lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular
meshwork itu terletak di sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu,
makin dangkal sudut maka makin dekat pula iris terhadap jaringan trabecular
meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati ruang antara iris
dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di
belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan
menjadi lebih tinggi membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork,
maka akan memblok aliran. Keadaan ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang
akut, terjadi peningkatan yang tiba-tiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat
terjadi dalam beberapa jam serta disertai nyeri yang sangat pada mata. Mata
menjadi merah, kornea membengkak dan kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan ini
merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan segera karena
kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi
dengan cepat dan menyebabkan kerusakan penglihatan yang menetap.
Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup
akan mengalami gejala serangan akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi
bentuk yang kronis. Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran,
sehingga tidak ada gejala yang nyata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk
jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak
meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa
dicegah dengan memberikan pengobatan.
Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 2 :
1.
Primer
Akibat defek anatomis yang menyebabkan pendangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut pengaliran yang sempit pada perifer iris dan trabekulum. Penderita glaukoma sudut tertutup primer sering tidak mengalami masalah sama sekali dan tekanan intraokulernya normal kecuali terjadi penutuan sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi.
Akibat defek anatomis yang menyebabkan pendangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut pengaliran yang sempit pada perifer iris dan trabekulum. Penderita glaukoma sudut tertutup primer sering tidak mengalami masalah sama sekali dan tekanan intraokulernya normal kecuali terjadi penutuan sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi.
2.
Sekunder
Peningkatan tahanan aliran humor akueus disebabkann oleh penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh iris perifer, biasanya disebabkan oleh aliran akueus setelah menderita penyakit atau pembedahan.
Peningkatan tahanan aliran humor akueus disebabkann oleh penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh iris perifer, biasanya disebabkan oleh aliran akueus setelah menderita penyakit atau pembedahan.
B. .Gejala
Klinis
Secara khusus gejala
klinis glaukoma dibagi menjadi glaukoma yang akut dan kronis.
Gejala glaukoma akut :
Gejala glaukoma akut :
Mata mendadak teras
nyeri, merah, penglihatan terganggu bahkan sampai tidak dapat melihat.
Terkadang disertai mual, muntah dan dapat pula, melihat gambaran pelangi
sewaktu melihat bola lampu.
Glaukoma Kronis
(kronis=lambat), mula-mula cairan akuos dapat berjalan lancar akan tetapi semakin
lama aliran akan melambat karena ada hambatan. Tekanan bola mata akan meninggi
perlahan-lahan sehingga tak ada gejala nyeri sama sekali akan tetapi lapang
pandang mata akan menyempit perlahan-lahan.
C. Penatalaksanaan
Tujuan ini adalah untuk menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksaan bisa berupa terapi obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional.
Tujuan ini adalah untuk menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksaan bisa berupa terapi obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional.
1.
Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penangan awal dan utama untuk
glaukoma sudut terbuka primer meskipun program ini dapat diganti terapi
diteruskan seumur hidup. Bila terapi ini gagal pilihan berikutnya adalah
terabekuloplasti laser.
Glaukoma sudut tertutup akut dengan sumbatan pupil
biasanya jarang merupakan kegawatan bedah. Obat digunakan untuk mengurangi TIO
sebanyak mungkin sebelum iridektomi laser atau insisional.
Penangan glaukoma sekunder, ditangani dengan menghentikan pengobatan kortikosteroid. Uveitis diterapi dengan bahan anti inflamasi.
Kontraindikasi pada pasien glaukoma :
Penangan glaukoma sekunder, ditangani dengan menghentikan pengobatan kortikosteroid. Uveitis diterapi dengan bahan anti inflamasi.
Kontraindikasi pada pasien glaukoma :
a.
Efek
samping pada pemakaian obat topikal :
Ø Pandangan kabur
Ø Pandangan meremang
khususnya menjelang malam dan kesulitan memfokuskan pandangan, kadang frekuensi
denyut jantung dan respirasi juga terpengaruh.
b.
Efek samping pada pemakaian obat sistemik :
Ø adanya rasa kesemutan pada jari tangan dan
jari kaki, pusing, kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, kadang batu
ginjal.
c.
Jenis obat yang digunakan oleh glaukoma :
Ø Antaginis
beta-adenergik,bahan kolinergik,agonis adenergik,inhibitor Anhidrase
karbonat,diuretika Osmoltik.
1.
Bedah laser untuk glaucoma
Pembedahan laser untuk memperbaiki aliran humor
aqueousdan menurunkan TIO dapat diindikasikan sebagai penanganan primer untuk
glaukoma,atau bisa juga di pergunakan bila terapi obat tidak bisa di toleransi,
atau tidak dapat menurunkan TIO dangan adekua. Laser dapat digunakan pada
berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan glaukoma.
2.
Bedah Konfensional
Konfensional dilakukan bila tehnik laser tidak
berhasil, atau peralatan laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok
untuk dilakukan bedah laser. Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan
keberhasilan penurunan TIO pada 80-90% pasien.
3.
Iridektomi Perifer atau sektoral
Dilakukan
untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran homor aqueous dari
kamera posterior ke kamera anterior. Diindikasikan pada penanganan glaukoma
dengan penyumbatan pupil bila pembedahan laser tidak berlangsung atau tidak
tersedia.
4.
Trabekulektomi
Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah sklera dengan engsel dilimbus. Trabekulotomi meningkatkan aliran keluar humor aqueous dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah.
Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah sklera dengan engsel dilimbus. Trabekulotomi meningkatkan aliran keluar humor aqueous dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah.
B. Implikasi
Keperawatan
Pasien mungkin memerlukan rawat inap singkat setelah pembedahan.gerakan dan aktivitas berat yang dapat mengakibatkan pasien mengalami keadaan yang serupa dengan manuver Valsalva, seperti mengejan, mengangkat beban, dan membungkuk, dihindari sampai satu minggu. Pasien tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan selama 1 minggu, mata dibalut selama 24 jam atau lebih lama bila diperlukan, mata tidak boleh kemasukan air.
Tetes mata antibiotika spektrum luas dapat diberikan selama 4-5 hari, dan kortikosteroid topikal diberikan selama beberapa minggu untuk mengurangi inflamasi dan jaringan parut. Antifibrinolitik atau anti-inflamasi yang lebih kuat, seperti 5-luorourasil dan kortikosteroid oral. Karena aspirin dapat mengakibatkan perdarahan, pemakaiannya merupakan kontraindikasi, dan nyeri biasanya diatasi dengan asetaminofen.
C. Kosep
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Glaukoma
1. Pengkajian
Data Subyektif
a. Nyeri
b. Mual
c.
Diaporesis
d. Riwayat jatuh
sebelumnya
e. Pengetahuan tentang
regimen terapeutik
f.
Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2.
Data obyektif
a. Perubahan tanda – tanda
vital
b. Respon yang azim
terhadap nyeri
c.
Tanda – tanda infeksi:
·
Kemerahan
·
Edema
·
Infeksi
konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)
·
Drainase
pada kelopak mata dan bulu mata
·
Zat
purulen
·
Peningaktan
suhu tubuh
·
Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP,
hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.
a.
Ketajaman penglihatan masing – masing mata
b. Cara berjalan, riwayat
jatuh sebelumnya.
c. Kemungkinan penghalang
lingkungan seperti;
·
kaki
kursi, perabot yang rendah
·
Tiang
infus
·
Tempat
sampah
·
Sandal
d.
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap
informasi.
Perumusan Diagnosa Keperawatan
Perumusan Diagnosa Keperawatan
·
Nyeri
akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh
·
Resiko
tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi
permukaan tubuh.
·
Resiko
tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang
asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena
pelindung mata.
·
Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan
regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan,
komplikasi dan perawatan lanjutan.
A.
Perencanaan
1. Nyeri akut
a. Tujuan: nyeri teratasi
b. Kriteria hasil: klien
melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
c.
Intervensi:
Ø Bantu klien dalam
mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
Ø Jelaskan bahwa nyeri
dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.
Rasional: Nyeri post op
dapat terjadi sampai 6 jam post op.
Ø Lakukan tindakan
penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut;
Posisi: tinggikan
bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antaraü berbaring pada
punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri
non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha
meningkatkan kenyamanan pada klien.
Ø Berikan dukungan
tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.
Ø Rasional: Analgesik
mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
Ø Beritahu doker jika
nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau
jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.
2.
Resiko tinggi terhadap infeksi
a. Tujuan: infeksi tidak
terjadi.
a. Kriteria hasil: klien
akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi.
b.
Intervensi:
Ø Tingkatkan penyembuhan
luka:
Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.ü
Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukanü
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan
Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.ü
Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukanü
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan
Ø Gunakan teknik aseptik
untuk meneteskan tetes mata:
Cuci tangan sebelum memulaiü
Pegang alat penetes agak jauh dari mataü
Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.ü
Cuci tangan sebelum memulaiü
Pegang alat penetes agak jauh dari mataü
Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.ü
Ajarkan teknik ini
kepada klien dan anggota keluarganya.
Rasional:
Rasional:
Teknik aseptik meminimialkan masuknya
mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.
Ø Kaji tanda dan gejala
infeksi:
Kemerahan, edema pada kelopak mataü
Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)ü
Drainase pada kelopak mata dan bulu mataü
Materi purulen pada bilik anterior (antara korminea dan iris)
Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)ü
Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
Kemerahan, edema pada kelopak mataü
Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)ü
Drainase pada kelopak mata dan bulu mataü
Materi purulen pada bilik anterior (antara korminea dan iris)
Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)ü
Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
Ø Lakukan tindakan untuk
mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata
protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam
hari).
Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.
Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.
Ø Beritahu dokter tentang
semua drainase yang terlihat mencurigakan.
Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.
Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.
1.
Resiko tinggi terhadap cidera
a. Tujuan: Cidera tidak
terjadi.
b. Kriteria hasil: Klien
tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.
c.
Intervesi:
Ø Orientasikan klien pada
lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan.
Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan
kemungkinan bahaya.Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan.
Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
Singkrkan sedotan dari baki.v
Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.v
Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau
Ø menggunakan pelindung
mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman
dan kedalaman persepsi.
Ø Tinggikan pengaman
tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa
klien menjangkau terlalu jauh.
Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh.
Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh.
Ø Bantu klien dan
keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya.
Karpet yang tersingkap.q
Kabel listrik yang terpapar.q
Perabot yang rendahq
Binatang peliharaanq
Tanggaq
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.
Karpet yang tersingkap.q
Kabel listrik yang terpapar.q
Perabot yang rendahq
Binatang peliharaanq
Tanggaq
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.
1.
Resiko
tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik
a.
Tujuan:
Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.
b.
Kriteria
hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan.
c. Intervensi:
Ø Diskusikan aktifitas
yang diperbolehkan setelah pembedahan.
Membacaq
Menonton televisiq
Memasakq
Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringanq
Mandi siram atau mandi di bak mandi.q
Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya.
Membacaq
Menonton televisiq
Memasakq
Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringanq
Mandi siram atau mandi di bak mandi.q
Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya.
Ø Pertegas pembatasan
aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas
berikut:
Berbaring pada sisi yang dioperasiq
Membungkuk melewati pinggangq
Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.q
Mandiq
Mengedan selama defekasi.q
Berbaring pada sisi yang dioperasiq
Membungkuk melewati pinggangq
Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.q
Mandiq
Mengedan selama defekasi.q
Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.
Ø Tekankan pentingnya
tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung
protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi.
Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.
Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.
Ø Jelaskan informasi
berikut untuk tetap setiap obat
Obatan yang diresepkan.q
Nama, tujuan dan kerja obat.q
Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)q
Teknik pemberianq
Instruksi atau kewaspadaan khususq
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat.
Obatan yang diresepkan.q
Nama, tujuan dan kerja obat.q
Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)q
Teknik pemberianq
Instruksi atau kewaspadaan khususq
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat.
Ø Instruksikan klien dan
keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut:
Kehilangan penglihatanq
Nyeri pada mataq
Kehilangan penglihatanq
Nyeri pada mataq
Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan
cahaya atau mengeras)q
Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.q
Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain
Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.q
Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain
Ø Instruksikan untuk menjaga hygiene mata
(membuang drainase yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam
menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan irigasi mata).
Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme.
Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme.
Ø Tekankan pentingnya
perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah.
Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum
pulang.
Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.
Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.
Ø Sediakan instruksi
tertulis pada waktu klien pulang.
Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.
Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.
B.
Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien.
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien.
C.
Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.
BAB
III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Glaukoma merupakan bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin, apalagi glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit dan pegal).
Glaukoma merupakan bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin, apalagi glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit dan pegal).
B.
Saran
Bahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum, karena menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata. Pasien datang ke bagian unit darurat dengan keluhan utama nyeri di sekitar mata dan menurunnya ketajaman penglihatan, dapat disertai sakit kepala, muntah dan sakit perut sehingga dapat didiagnosis terjadi gangguan pencernaan atau gastritis.
Bahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum, karena menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata. Pasien datang ke bagian unit darurat dengan keluhan utama nyeri di sekitar mata dan menurunnya ketajaman penglihatan, dapat disertai sakit kepala, muntah dan sakit perut sehingga dapat didiagnosis terjadi gangguan pencernaan atau gastritis.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif, mansjoer, dkk.
2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta.
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta.
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta.
0 comments:
Post a Comment