Wednesday, 22 January 2014

MAKALAH PENGAWASAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR  BELAKANG
Pengawas atau controller dapat diibaratkan dengan navigator kapal. Navigator kapal yang sudah terlatih itu membantu kapten kapal. Tanpa seorang navigator, kapal dapat terkandas pada batu karang atau kehilangan haluan, tetapi hak untuk memberi komando tetap berada di tangan kapten kapal. Navigator hanya memberi petunjuk dan memberitahukan kapten, bagaimana posisi kapal yang sedang dikemudikan itu. Jadi organisasi atau badan usaha juga bisa diibaratkan sebagai kapal, sehingga peran pengawas (controller) sangat penting dalam maju mundurnya suatu organisasi atau badan usaha.
Pengawasan (Controlling) sendiri memiliki arti penemuan, penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan adanya manajemen pengawasan (controlling) dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk menjamin kegiatan organisasi bergerak ke arah tujuannya. Dengan adanya fungsi pengawasan, dapat diketahui apakah pelaksanaan kegiatan berjalan sebagaimana semestinya atau terjadi kesalahan atau penyimpangan. Jika telah diketahui, tindakan lebih lanjut dapat dilaksanakan. Kemudian, dapat diusahakan untuk meningkatkannya dan jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan.

2.   Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan kami sebagai penulis dalam membuat makalah ini :
1.)    Agar mengetahui bahwa pengawasan itu adalah aspek yang sangat penting.
2.)    Agar mengetahui asas-asas yang terkait dengan pengawasan.
3.)    Agar mengetahui sifat dan waktu dalam pengawasan
4.) Agar mengetahui karakteristik sistem pengawasan yang efektif.
5.) Agar mengetahui cara-cara melakukan pengawasan yang baik.
6.) Agar mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dan proses pengawasan.

3.     Sasaran
A.    Bagi Mahasiswa
1.      Memahami tentang pentingnya pengawasan pada suatu organisasi
2.      Mengetahui arti dari pengawasan
B.     Bagi Perusahaan
1.      Mengetahui elemen-elemen esensial yang ada dalam tiap sistem kontrol sendiri
2.      Memahami cara-cara pengawasan yang baik
C.     Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi para pembaca tentang manajemen pengawasan pada organisasi.

  4.      Permasalahan
Kami sebagai penulis, memiliki beberapa point-point permasalahan mengenai “Manajemen Pengawasan (Controlling)” ini, yaitu sebagai berikut :
   1.)    Bagaimana elemen-elemen esensial yang ada di dalam tiap sistem kontrol sendiri ?
   2.)     Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip kontrol yang berguna untuk mengembangkan system control?
3.)  apa saja asas-asas yang ada dalam manajemen pengawasan atau pengendalian dalam perusahaan?
4.)  Bagaimana karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif ?
5.) Bagaimana cara-cara melakukan pengawasan yang baik ?
                                                                                

5.     Sistematika Pembahasan
Pembahasan  ini tersusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Latar belakang yang isinya mencakup tentang pentingnya manajemen pengawasan  dalam organisasi ,sasaran yang isinya meliputi fungsi manajemen pengawasan  dalam organisasi bagi mahasiswa dan masyarakat luas,permasalahan isisnya tentang bagaimana cara menangani manajemen pengawasan  dalam organisasi dari perilaku social budaya masyarakat?, sistematika pembahasan isinya mencakup keseluruhan dari bab diatas.




















BAB II
ANALISA

   1.         Pendekatan Analisa
   Setelah kami menguraikan bab demi bab tentang manajemen pengawasan atau pengendalian dalam organisasi .ada beberapa  yang terpenting dari manajemen pengawasan atau pengendalian  dalam organisasi,karena pengawasan merupakan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
2.    Analisa Permasalahan
        A.   Elemen-elemen Esensial dalam Manajemen Pengawasan
            Esensi kontrol terletak pada pengawasan langkah-langkah yang ada dikaitkan dengan hasil yang diinginkan yang ditentukan di dalam proses perencanaan. Elemen-elemen esensial dalam tiap sistem kontrol adalah :
1.   Tujuan yang ditentukan sebelumnya, demikian juga rencana, kebijaksanaan, standar, norma, aturan keputusan, kriteria, atau tolak ukur.
2.   Alat pengukur untuk kegiatan yang sedang berjalan (bila mungkin secara kuantitatif).
3.   Alat untuk pembanding kegiatan yang sedang berjalan dengan kriteria.
4.   Beberapa sarana koreksi atas kegiatan yang sudah berjalan seperti untuk mencapai hasil yang diinginkan.
    B.  Prinsip-prinsip Kontrol
Beberapa ide dasar tertentu sangat berguna dalam pengembangan sistem kontrol. Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari :

1. Titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control)
Kontrol terbaik hanya bisa diperoleh apabila titik-titik kritis, titik kunci, dan titik batas dapat diidentifisir dan perhatian khusus diarahkan pada penyesuaian titik-titik tersebut. Usaha mengontrol semua titik cenderung akan menambah usaha sia-sia saja dan mengurangi perhatian atas problem-problem penting. Kontrol yang baik tidak berarti kontrol yang maksimum, karena kontrol itu mahal.

2. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik adalah proses penyesuaian kegiatan yang akan datang atas dasar informasi prestasi. Manajemen banyak menggunakan prinsip umpan balik di bidang-bidang yang pada permulaan nampaknya tidak berhubungan.
3. Kontrol yang Fleksibel  (Flexible Control)
Setiap sistem kkontrol harus peka terhadap perubahan kondisi. Seringkali sistem kontrol menuntut penyesuaian diri dengan perkembangan-perkembangan baru, termasuk kegagalan dari sistem kontrol itu sendiri.

4.  Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability)
Kontrol harus terpola untuk keperluan organisasi. Arus informasi mengenai prestasi yang sedang berjalan harus sesuai dengan struktur organisasi. Untuk dapatnya mengontrol keseluruhan kegiatan / operasi, seorang atasan harus menemukan suatu pola yang akan memberikan kontrol terhadap semua bagian.

5.   Kontrol Diri (Self Control)
Unit-unit dapat direncanakan untuk mengontrol diri sendiri. Apabila suatu department dapat mempunyai tujuan masing-masing serta system kontrolnya, control yang mendetail dapat ditangani didalam department itu sendiri.

6.   Kontrol Langsung (Direct Control)
Setiap sistem kontrol harus didesain untuk memelihara kontak langsung antara pengontrol dan yang dikontrol. Meskipun telah tersedia sejumlah sistem kontrol yang dilaksanakan oleh spesialis-spesialis, supervisor pada tingkat pertama masih diperlukan karena mengenal langsung prestasinya.

C.   Asas – asas Pengawasan
            Harold Kontz dan Cyril O Donnel menetapkan asas pengawasan sebagai berikut:
1.   Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective). Pengawasan harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreksi) untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan / deviasi dari perencanaan.
2.   Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control). Pengawasan itu efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain di luar dugaan.
3.   Asas tanggung jawab pengawasan (Principle of control responsibility). Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila manajer bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan rencana.
4.   Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control). Pengawasan yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan perencanan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5.   Asas pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manajer yang berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan manajer atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Cara yang paling tepat demi pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan agar petugas memiliki kualitas yang baik.
6.   Asas refleksi perencanaan (Principle of replection of plans). Pengawasan harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.
7.   Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational suitability). Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer dan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer, sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8.   Asas pengawasan individual (Principle of individuality of control). Pengawasan dan teknik pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manajer, teknik kontrol harus ditujukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer, ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung tingkat dan tugas manajer.
9.   Asas standar (Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
10. Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point control). Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor- faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas kekecualian (The exception principle). Efisiensi dalam kontrol membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian. Kekecualian ini dapat  terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.
12. Asas pengendalian pleksibel (Principle of flexibility of control). Pengawasan harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan directing.

D.   Karakteristik Sistem Pengawasan yang Efektif
1.   Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan organisasi tidak tepat dalam mengambil keputusan untuk mengoreksi suatu penyimpangan.
2.   Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan dievaluasi jika hendak diambil tindakan yang tepat pada waktunya untuk perbaikan.
3.   Obyektif dan Komprehensif ; informasi dalam sistem pengawasan harus dapat dipahami dan dianggap obyektif oleh individu yang menggunakannya.
4.   Dipusatkan pada titik pengawasan strategis ; sistem pengawasan sebaiknya dipusatkan pada daerah yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar.
5.   Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari sistem itu.
6.   Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah bertindak untuk mengatasi perubahan yang kurang menguntungkan atau memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru.
7.   Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya jika sistem tersebut dapat menghasilkan prestasi yang tinggi diantara para anggota organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan kesempatan untuk mencapai tujuan.
8.   Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini disebabkan oleh:
-     Setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.
-     Informasi pengawasan harus sampai kepada orang yang memerlukannya.

E.   Cara – cara Pengawasan yang baik
1.   Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan. Untuk masing-masing kegiatan cara pengawasannya pun berbeda – beda, antara organisasi kecil dan besar juga berbeda.
2.   Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, jika ada penyimpangan yang terlambat diatasi maka hal itu akan menjadi parah dan memperumit tindakan korektif yang akan dilakukan.
3.   Pengawasan harus berorientasi jauh ke depan. Manajemen perlu membuat perkiraan situasi yang mungkin akan terjadi pada organisasi di masa depan.
4.   Pengawasan harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi obyektif, maka mutlak diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman pelaksanaannya.
5.   Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu dicari alternatif-alternatif rencana untuk situasi yang memungkinkan.
6.   Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian membuat kekeliruan, maka hal itu harus diatasi bersama- sama dengan kegiatan lain yang merupakan satu kesatuan organisasi.

3.                           Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam manajemen pengawasan atau pengendalian dalam perusahaan terdapat elemen-elemen enensial,yaitu :
Elemen-elemen Esensial dalam Manajemen Pengawasan
Esensi kontrol terletak pada pengawasan langkah-langkah yang ada dikaitkan     dengan hasil yang diinginkan yang ditentukan di dalam proses perencanaan. Elemen- elemen esensial dalam tiap sistem kontrol adalah :
1.   Tujuan yang ditentukan sebelumnya, demikian juga rencana, kebijaksanaan, standar, norma, aturan keputusan, kriteria, atau tolak ukur.
2.   Alat pengukur untuk kegiatan yang sedang berjalan (bila mungkin secara kuantitatif).
3.   Alat untuk pembanding kegiatan yang sedang berjalan dengan kriteria.
4.   Beberapa sarana koreksi atas kegiatan yang sudah berjalan seperti untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Ada beberapa prinsip-prinsip kontrol dalam manajemen pengawasan yaitu:
1.      Titik kontrol strategis
2.      Umpan balik kontrol yang fleksibel
3.      Kesesuaian organisasi
4.      Kontrol diri
5.      Kontrol langsung
Menurut Harold Konz & cyril Donnel telah menetapkan beberapa asas-asas pengawasan yaitu:
1.      Asas terciptanya tujuan
2.      Asas efisiensi & pengawasan
3.      Asas tanggung jawab pengawasan
4.      Asas pengawasan terhadap masa depan
5.      Asas pengawasan langsung
6.      Asas refleksi perencanaan

Karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif yaitu:
1.      Akurat
2.      Tepat waktu
3.      Obyektif & komprehensif
4.      Ekonomis

Dalam manajemen ini terdapat cara-cara pengawasan yang baik yaitu:
1.   Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan. Untuk masing-masing kegiatan cara pengawasannya pun berbeda – beda, antara organisasi kecil dan besar juga berbeda.
2.   Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, jika ada penyimpangan yang terlambat diatasi maka hal itu akan menjadi parah dan memperumit tindakan korektif yang akan dilakukan.
3.   Pengawasan harus berorientasi jauh ke depan. Manajemen perlu membuat perkiraan situasi yang mungkin akan terjadi pada organisasi di masa depan.
4.   Pengawasan harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi obyektif, maka mutlak diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman pelaksanaannya.
5.   Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu dicari alternatif-alternatif rencana untuk situasi yang memungkinkan.
6.   Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian membuat kekeliruan, maka hal itu harus diatasi bersama- sama dengan kegiatan lain yang merupakan satu kesatuan organisasi.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang telanh dirangkum dari bagian awal sampai akhir :
1.   Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh seorang controller ( pengawas).
2.   Pengawasan memiliki tujuan untuk menemukan kemacetan, mencegah penyimpangan, melakukan koreksi,memperoleh efisiensi dan efektifitas, dan mempertebal rasa tanggung jawab dan dapat dilakukan pada bidang produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dan administrasi.
3.   Elemen-elemen esensial dalam sistem kontrol adalah sebagai alat ukur, pembanding, dan sarana koreksi kegiatan yang sedang berjalan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
4.   Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control), Umpan Balik (Feedback), Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control), Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability), Kontrol Diri (SelfControl), Kontrol Langsung (Direct Control), Faktor Manusia (Human Factor).
5.    Harold Kontz dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan menjadi beberapa asas, diantaranya Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control), Asas tanggung jawab pengawasan (Principle of control responsibility), Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control), Asas pengawasan langsung (Principle of direct control), Asas refleksi perencanaan (Principle of reflection of plans), Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational suitability), Asas pengawasan individual (Princple of individuality of control), Asas standar (Principle of standard),Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point control), Asas kekecualian (The exception principle), Asas pengawasan fleksibel (Principle of flexibility of control), Asas peninjauan kembali (Principle of review), Asas tindakan (Principle of action).
6. Karakteristik pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu, obyektif dan komprehensif, dipusatkan pada titik pengawasan strategis, ekonomis, fleksibel, dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi, dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi.
7Cara-cara pengawasan yang baik itu, diantaranya pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan, harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, harus berorientasi jauh kedepan, harus akurat dan obyektif, harus fleksibel, harus serasi dengan pola organisasi.

B.  Saran

            Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.

Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah.

Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA



           Sule, Ernie Tisnawati, dkk. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Penada                     Media Group

Hongren, Charles T. Pengantara Akuntansi. Thun. Penerbit.




0 comments:

Post a Comment