Saturday 17 October 2015

Upaya Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Dalam Menggunting Dan Menempel Melalui Metode Demonstrasi


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Kajian Teori
1. Kreativitas
               a.  Pengertian Kreativitas
          Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlok, 1989: 8). Definisi tentang kretivitas tampaknya tidak haya berasal dari satu orang pemikir saja. Hal ini di lihat dari adanya sejumlah definisi mengenai apa yang di maksud dengan kreativitas.
Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas, namun hingga kini hanya sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal ini disebabkan adanya kesulitan metodologi dank arena adanya keyakinan bahwa kreativitas adalah suatu factor bawaan individual.

Erik Fromn dalam bukunya berjudul “The Creative Attiude” dia menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk melihat (menyadari, bersikap peka dan menanggapi). Kreativitas juga memiliki ciri lain yang efektif seperti rasa ingin tau, senang mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalaman baru (Munandar, 1992: 7).
Menurut Pekerti dkk (2013: 10.8) kreativitas bisa diartikan dengan kemampuan menciptakan, menghadapi persoalan, mudah menyesuaikan diri dalam setiap situasi, memiliki keaslian (kepribadian) serta memiliki kemampuan berpikir secara menyeluruh. Pembinaan ekspresi dapat menunjang pembinaan kreativitas, dengan demikian dalam mengolah pengalaman jiwa tersebut terlihat keaslihan (orisinalitas, kepribadian) dan kemampuan menghadapi persoalan.
Menurut Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupaun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan berpikir tinkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, dikontinuitas, deverensiasi dan intregasi antara setiap tahap perkembangan.
Menurut Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dlam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
Menurut Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses ( Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan Produk (Product) kreatif.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas peneliti mengambil kesimpulan bahwa kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, proses konstuksi ide yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah, serta suatu kegiatan yang bermanfaat.
b. Definisi Kreativitas
Adapun Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1) Definisi kreativitas dalam dimensi Person. Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). “Creative action is an imposing of one’s own wholepersonality on the environment in an unique and characteristic way
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2) Kreativitas dalam dimensi Process. Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Dari pendapat diatas kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3) Definisi Kreativitas dalam dimensi Press. Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut : “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4) Definisi Kreativitas dalam dimensi Product. Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity is the ability to bring something new into existence” (Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
c. Konsep Dasar Kreativitas 4 P
Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya.
1)  Pribadi
Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :
a) Memahami bahwa setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat, minat, maupun keinginan.
b) Menghargai keunikan kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan mengharapkan hal-hal yang sama antara satu anak dengan anak lainnya, karena setiap anak adalah pribadi yang “unik”, dan kreatifitas juga merupakan sesuatu yang unik.
c) Jangan membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat, bakat, kelebihan serta ketebatasannya masing-masing. Pahamilah kekurangan anak dan kembangkanlah bakat dan kelebihan yang dimilikinya.
2)  Pendorong
               Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
a) Berilah fasilitas dan sarana bagi mereka untuk berkreasi, misalnya melalui mainan-mainan yang bisa merangsang daya kreativitas anak misalnya balok-balok susun, lego, mainan alat dapur dan sebagainya. Hindari memberikan mainan yang tinggal pencet tombol atau mainan langsung jadi.
b) Ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kreatifitas anak dengan memberikan suasana aman dan nyaman.
c) Hindari membatasai ruang gerak anak didalam rumah karena takut ada barang-barang yang pecah atau rusak, karena cara ini justru bisa memasung kreativitas mereka, alangkah lebih baik jika anda mau mengalah dengan menyimpan dahulu barang-barang yang mudah pecah ketempat yang aman, atau anda bisa meyediakan tempat khusus bermain anak, dimana anak bebas berkreasi.
d) Disiplin tetap diperlukan agar ide-ide kreatif mereka bisa terwujud.
3) Proses
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
a) Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak akan tahu mana pujian yang tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi.
b) Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi.
c) Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar anda secara positif, misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara seperti itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.” Dengan demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai lingkungannya
4)   Produk
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
a) Hargailah hasil kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan.
b) Pajanglah karya anak anda di kamar mereka atau tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan demikian, anak akan merasa bangga karena karyanya dihargai.
2.  Hakikat Hasil Belajar
 a. Pengertian Belajar
Pandangan seseorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Berbicara pengertian belajar telah banyak konsep yang dirumuskan oleh para ahli yang berhubungan denga teori belajar.
Teori belajar behaviorisme (tingkah laku) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Seseorang telah dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa masukan dan keluaran/output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa di amati. Selanjutnya, teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (Uno, dkk., 2008: 56 & 59). Untuk teori belajar konstruktivisme dan teori belajar modern tidak diraikan dalam tulisan demi menghindari kebingunan dalam penafsiran pempaca.
Merujuk pada teori-teori belajar di atas, Burton (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 4) mengemukakan hal senada dengan teori behaviorisme di mana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Kemudian Witherington (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 5) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”. Selanjutnya, Gagne (dalam Slameto, 2010: 13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dipahamai bahwa pada dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu melalui memberian pengetahuan, latihan maupun pengalaman. Belajar dengan pengalaman akan membawa pada perubahan diri dan cara merespon lingkungan.
a.    Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010: 28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
1.       Kegiatan Menggunting dan Menempel
a.    Menggunting
1)      Pengertian menggunting
Menggunting merupakan keterampilan memotong objek gambar dengan alat gunting. Hal ini membantu mengembangkan motorik halus anak, latihan keterampilan, sikap dan apresiatif bagi anak.
Pada pelaksanaan menggunting yang harus diperhatikan antara lain : keterampilan mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas, keterampilan memotong di tempat yang benar, kecermatan mana yang boleh dipotong mana yang tidak boleh dipotong dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi anak. Kertas yang digunakan pun sebaiknya yang agak ikal. Gambar yang akan digunting oleh anak sudah mempunyai batas garis yang membatasi gambar atau kertas bidang dengan tujuan agar gambar yang sebenarnya tidak rusak karena terpotong. Pilihan gunting yang aman untuk anak adalah yang tumpul ujungnya dan pegangannya tebal. Memberi contoh memegang gunting yang aman dengan posisi benar yaitu jari mana yang harus masuk lubang bagian bawah dan jari mana yang harus masuk ke lubang bagian atas.
2)      Manfaat Menggunting
Menggunting tidak hanya bermanfaat untuk memotong sesuatu, ada beberapa manfaat lain diantaranya :
a)        Melatih motorik halus anak selain menulis, menempel, meronce dan lain-lain.
b)        Stimulasi kekuatan dan ketahanan jemari anak saat menggunting anak harus memusatkan kekuatan menggerakan pada 2 (dua) buah jemari.
c)        Melatih koordinasi antara mata dengan tangan, saat menggunting anak belajar mengkoordinasikan gerakan tangan kanan yang memegang gunting dan kiri memegang kertasnya, serta mata mengikuti gerakan gunting.
d)       Melatih konsentrasi dan kesabaran
e)        Melatih percaya diri
3)   Tahapan perkembangan anak usia dini dalam menggunting adalah sebagai beriikut :
a)    Tahap Ke-1 : menggunting sekitar pinggiran kertas
b)   Tahap Ke-2 : menggunting dengan sepenuh bukaan gunting
c)    Tahap Ke-3 : membuka dan menggunting terus menerus untuk sepanjang kertas
d)   Tahap Ke-4 : menggunting diantara dua garis lurus
e)    Tahap Ke-5 : menggunting bentuk tetapi tidak ada garis
f)    Tahap Ke-6 : menggunting pada garis tebal dengan terrendah
g)   Tahap Ke-7 : menggunting bermacan-macam bentuk
b.     Menempel
1)   Pengertian menempel
Menempel adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan meletakan dan merekatkan sesuatu menggunakan lem. Menempel merupakan kegiatan lanjut dari menggunting. Penempelan dikatakan baik jika tepat pada tempat yang telah disediakan berupa bentuk kolom kosong yang terdapat garis pinggirnya membatasi objek yang akan ditempel.
Dalam pelaksanaan proses menempel diperlukan bimbingan dengan cara membantu sambil ikut memegang kertas gambar yang akan ditempelkan sering terjadi saat menempel gambar terbalik, penempelan yang tidak pas, sulit dilepas lagi, karena itu perlu dilatih berulang-ulang. Penggunaan lem sebaiknya tidak menggunakan lem yang berair (encer sekali), karena akan menjadikan potongan gambar mudah kusut karena basah.
2)      Manfaat menempel
a)        Melatih anak dalam berkreasi
b)        Melatih konsentrasi
c)        Melatih ketelitian
d)       Mengembangkan kreativitas
3)                     Tujuan menempel
Semua kegiatan menempel tersebut melatih anak untuk mengembangkan motorik halus, dan dapat diukur dari hasil kreat ivitas dalam menempel gambar.
4)                       Bahan untuk menempel
a)           Lem, kertas, dapat dibuat sendiri ataupun dibuat pabrik
b)        Kertas, merupakan bahan yang paling pokok dalam kegiatan menempel.
4. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Ditinjau dari segi etimologi (bahasa) metode berasal dari bahasa yunani yaitu “methodos” yang terdiri dari kata “metho” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode mempunyai arti suatu jalan yang dilalui  untuk mencapai tujuan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.
Menurut Winaputra (2005 : 17) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menyajikan dengan mempertunjukan secara langsung objeknya atau cara melakukan sesuatu untuk mempertunjukan proses tertentu.
Menurut Djamanah (2002 : 102) menyatakan bahwa  metode demonstrasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode demostrasi adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi kegiatan pada anak melalui penjelasan lisan yang disertai pertunjukan atau meragakan sesuatu secara langsung dengan menggunakan alat bantu baik bersifat sebenarnya maupun tiruan.
Dengan metode demonstrasi proses penerimaan anak terhadap kegiatan akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
b. Tujuan dan manfaat Metode Demonstrasi
1)  Tujuan Metode Demonstrasi
a)      untuk memudahkan penjelasan sebab kegunaan bahasa lebih terbatas.
b)      untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan perhatian
c)      untuk menghidari verbalisme
d)     cocok digunakan apabila akan memberikan kegiatan
2)            Manfaat Metode Demonstrasi
a)      Perhatian anak dapat lebih dipusatkan
b)      Proses belajar lebih terarah.
c)        Pengalaman dan kesan sebagai hasil kegiatan lebih melekat dalam diri anak.
c.            Kelebihan dan kekurangan Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi menjadi tidak efektif bila tidak diikuti dimana anak sendiri dapat ikut memperhatikan dan  menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. Oleh karena itu guru pun harus mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya.
Adapun kelebihan dan  kekurangan, Metode Demonstrasi :
1)        Kelebihan Metode Demonstrasi
a)  Membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
b) Memudahkan berbagai jenis kegiatan.
c)  Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan konkret, dengan menghadirkan obyek yang sebenarnya
d) Dapat memfokuskan pengertian anak terhadap materi kegiatan dalam waktu relatife singkat.
e)  Dapat memuaskan perhatian anak didik
f)  Menghindari coba-coba/gagal yang banyak memakan waktu belajar.
2)                    Kekurangan Metode Demonstrasi
a)    Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
b)   Memerlukan waktu yang cukup lama, tempat dan   peralatan yang   cukup
c)    Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.
d)   Membutuhkan tenaga dan kemampuan optimal dan pendidikan  anak   didik.
e)    Bila anak didik tidak aktif, metode demonstrasi tidak efektif.
3) Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Beberapa petunjuk penggunaan Metode Demontrasi adalah sebagai berikut :
a)    Perencanaan, hal yang dilakukan :
1)   Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir.
2)   Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.
3)                        Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan
b)    Pelaksanaan, hal-hal diatas yang perlu dilakukan adalah :
1)              Memeriksa hal-hal diatas untuk kesekian kalinya
2)   Memuali demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik
3)   Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasi agar demonstrasi mencapai sasaran
4)   Memperhatikan anak didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5)   Memberikan kesempatan anak didik untuk aktif
6)   Menghindari ketegangan
c)        Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Selain itu guru dan anak didik mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai yang diharapkan.
Sedangkan langkah-langkah penerapan metode demonstrasi adalah  sebagai berikut :
1)              Persiapan alat-alat yang diperlukan
2)   Guru menjelaskan kepada anak-anak apa yang akan didemonstrasikan
3)   Guru menjelaskan kepada anak-anak secara perlahan-lahan serta menjelaskan yang cukup singkat
4)   Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan menjelaskan alasan setiap langkah
5)   Guru menugaskan kepada anak agar melakukan demonstrasi sendiri langkah demi langkah dan disertai penjelasan.

B.   Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan menggunting dan menempel anak didik di KB masih kurang mampu, sehingga hasilnya belum maksimal, hal ini di sebabkan adanya kegiatan yang kurang bervariasi, monoton dan kurang menyenangkan padai anak. Dengan adanya perbaikan yang masih belum maksimal maka perlu suatu perbaikan kegiatan yaitu menggunakan metode demonstrasi. Di harap  anak akan lebih maksimal dalam menerima kegiatan, Maka metode ini digunakan pada siklus I dan siklus II, sebagai upaya meningkatkan dan menghasilkan hasil kegiatan yang maksimal sesuai yang diharapkan dapat meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar dalam kegiatan menggunting dan menempel pada anak di Kelompok Bermain Karya Sari Desa Pejengkolan Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen, dan dilihat pada skema seperti berikut ini :
C.  Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.    Penerapan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam kegiatan menggunting pada anak didik di KB Karya Sari Pejengkolan
2.    Penerapan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas hasil belajar dalam kegiatan menempel pada anak didik di KB Karya Sari Pejengkolan.
3.    Penerapan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam kegiatan menempel pada anak didik di KB Karya Sari Pejengkolan

D.  Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan
1.    Indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi anak adalah   kemandirian, keberhasilan, kerapihan dan hasil menggunting dan menempel.
Dalam penelitian ini motivasi anak diklarifikasikan menjadi 4 (empat) golongan yaitu :
a)        Sangat termotivasi jika kegiatan secara aktif menunjukkan seluruh indicator
b)        Termotivasi  jika dalam kegiatan menunjukan 2 (dua) indicator
c)        Kurang termotivasi jika dalam kegiatan hanya menunjukakn 1 (satu) indicator
d)       Tidak termotivasi jika dalam kegiatan tidak menunjukkan satupun indikator yang ditetapkan.
2.     Kriteria keberhasilan untuk mengukur tingkat pencapaian perkembangan sebagai berikut:
a)      Proses dalam perbaikan dinyatakan mencapai tujuan atau berhasil jika peningkatan kreativitas anak didik mencapai di atas 75%.
b)      Simbol yang digunakan adalah simbol (˜) untuk anak yang berhasil sesuai dengan harapan,  dan (O) untuk anak yang belum berhasil.

0 comments:

Post a Comment