BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan suatu komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru
(Hurlok, 1989: 8). Definisi tentang kretivitas tampaknya tidak haya berasal
dari satu orang pemikir saja. Hal ini di lihat dari adanya sejumlah definisi
mengenai apa yang di maksud dengan kreativitas.
Walaupun
ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas, namun hingga kini hanya
sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal ini disebabkan adanya
kesulitan metodologi dank arena adanya keyakinan bahwa kreativitas adalah suatu
factor bawaan individual.
Erik
Fromn dalam bukunya berjudul “The
Creative Attiude” dia menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk melihat (menyadari, bersikap peka dan menanggapi). Kreativitas juga
memiliki ciri lain yang efektif seperti rasa ingin tau, senang mengajukan
pertanyaan dan ingin mencari pengalaman baru (Munandar, 1992: 7).
Menurut
Pekerti dkk (2013: 10.8) kreativitas bisa diartikan dengan kemampuan
menciptakan, menghadapi persoalan, mudah menyesuaikan diri dalam setiap
situasi, memiliki keaslian (kepribadian)
serta memiliki kemampuan berpikir secara menyeluruh. Pembinaan ekspresi dapat
menunjang pembinaan kreativitas, dengan demikian dalam mengolah pengalaman jiwa
tersebut terlihat keaslihan (orisinalitas, kepribadian) dan kemampuan
menghadapi persoalan.
Menurut
Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005) mengutarakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupaun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah
ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan berpikir
tinkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan
berpikir, ditandai oleh suksesi, dikontinuitas, deverensiasi dan intregasi
antara setiap tahap perkembangan.
Menurut
Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dlam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang
lain.
Menurut
Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan,
yaitu Pribadi (person) kreatif yang
melibatkan diri dalam proses ( Process)
kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press)
dari lingkungan, menghasilkan Produk (Product)
kreatif.
Dari
berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna
dari kreativitas peneliti mengambil kesimpulan bahwa kreativitas adalah
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, proses konstuksi ide yang dapat
diterapkan dalam menyelesaikan masalah, serta suatu kegiatan yang bermanfaat.
b. Definisi Kreativitas
Adapun Definisi
kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan
kedalam empat jenis dimensi sebagai Four
P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses,
Press dan Product sebagai berikut
:
1) Definisi kreativitas
dalam dimensi Person. Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan
kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat
disebut kreatif. “Creativity refers to
the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950
dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). “Creative
action is an imposing of one’s own wholepersonality on the environment in an
unique and characteristic way
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2) Kreativitas dalam
dimensi Process. Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas
yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in
self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking”
(Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami Munandar menerangkan
bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu
gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan
(inovasi dan variasi). Dari pendapat diatas kreativitas sebagai sebuah proses
yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah
gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3) Definisi Kreativitas
dalam dimensi Press. Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor
press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan
hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan
eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam
S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya
sebagai berikut : “The initiative that
one manifests by his power to break
away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4) Definisi Kreativitas
dalam dimensi Product. Definisi pada dimensi produk merupakan upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan
oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah
elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity
is the ability to bring something new into existence” (Baron, 1976 dalam
Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari
kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling
melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi
tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para
ahli.
Dari beberapa uraian
mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan
bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli),
bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
c. Konsep
Dasar Kreativitas 4 P
Strategi 4P yaitu
Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu
mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya
setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa
mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua
dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan
dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya.
1) Pribadi
Hal pertama yang harus orang tua
ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami
pribadi mereka, diantaranya dengan :
a) Memahami bahwa
setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat, minat, maupun keinginan.
b) Menghargai keunikan
kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan mengharapkan hal-hal yang sama antara
satu anak dengan anak lainnya, karena setiap anak adalah pribadi yang “unik”,
dan kreatifitas juga merupakan sesuatu yang unik.
c) Jangan
membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat, bakat, kelebihan
serta ketebatasannya masing-masing. Pahamilah kekurangan anak dan kembangkanlah
bakat dan kelebihan yang dimilikinya.
2) Pendorong
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
a) Berilah fasilitas
dan sarana bagi mereka untuk berkreasi, misalnya melalui mainan-mainan yang
bisa merangsang daya kreativitas anak misalnya balok-balok susun, lego, mainan
alat dapur dan sebagainya. Hindari memberikan mainan yang tinggal pencet tombol
atau mainan langsung jadi.
b) Ciptakan lingkungan
keluarga yang mendukung kreatifitas anak dengan memberikan suasana aman dan
nyaman.
c) Hindari membatasai
ruang gerak anak didalam rumah karena takut ada barang-barang yang pecah atau
rusak, karena cara ini justru bisa memasung kreativitas mereka, alangkah lebih
baik jika anda mau mengalah dengan menyimpan dahulu barang-barang yang mudah
pecah ketempat yang aman, atau anda bisa meyediakan tempat khusus bermain anak,
dimana anak bebas berkreasi.
d) Disiplin tetap diperlukan agar
ide-ide kreatif mereka bisa terwujud.
3) Proses
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
a) Hargailah kreasinya
tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak akan tahu mana pujian yang
tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi.
b) Hindari memberi
komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai dengan perintah ini itu
terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini justru dapat menyurutkan semangatnya
berkreasi.
c) Peliharalah harga
diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar anda secara positif,
misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara seperti itu, lain kali adek
buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.” Dengan demikian anak akan
merasa dirinya mampu dan dihargai lingkungannya
4) Produk
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
a) Hargailah hasil
kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan.
b) Pajanglah karya anak anda di kamar mereka atau
tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan demikian, anak akan merasa bangga
karena karyanya dihargai.
2. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Pandangan
seseorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam
membimbing siswa untuk belajar. Berbicara pengertian belajar telah banyak
konsep yang dirumuskan oleh para ahli yang berhubungan denga teori belajar.
Teori
belajar behaviorisme (tingkah laku)
menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Seseorang telah
dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan tingkah laku. Menurut
teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa masukan dan
keluaran/output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara
stimulus dan respon itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa di
amati. Selanjutnya, teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman (Uno, dkk., 2008: 56 & 59). Untuk teori
belajar konstruktivisme dan teori
belajar modern tidak diraikan dalam tulisan demi menghindari kebingunan dalam
penafsiran pempaca.
Merujuk
pada teori-teori belajar di atas, Burton (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 4)
mengemukakan hal senada dengan teori behaviorisme
di mana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Kemudian Witherington (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 5)
menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”. Selanjutnya, Gagne (dalam
Slameto, 2010: 13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat dipahamai bahwa pada dasarnya belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku yang berlangsung dalam jangka waktu
tertentu melalui memberian pengetahuan, latihan maupun pengalaman. Belajar
dengan pengalaman akan membawa pada perubahan diri dan cara merespon
lingkungan.
a.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya
kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui
usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang
positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil
belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati
dan Mudjiono, 2009: 3).
Menurut
Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125)
mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan
perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan
bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu
menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di
antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya
terhadap suatu objek.
Jika
dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom,
yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau
kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau
keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22)
mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil
belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem
lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan
berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan
masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional
dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku
terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti
informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang
berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Untuk
mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan
pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang
disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010:
28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes.
Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil
belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa
setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui
perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat
disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang
dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa
hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal,
dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut
dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya.
1. Kegiatan
Menggunting dan Menempel
a.
Menggunting
1)
Pengertian
menggunting
Menggunting
merupakan keterampilan memotong objek gambar dengan alat gunting. Hal ini
membantu mengembangkan motorik halus anak, latihan keterampilan, sikap dan
apresiatif bagi anak.
Pada
pelaksanaan menggunting yang harus diperhatikan antara lain : keterampilan
mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas, keterampilan memotong di
tempat yang benar, kecermatan mana yang boleh dipotong mana yang tidak boleh
dipotong dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi
anak. Kertas yang digunakan pun sebaiknya yang agak ikal. Gambar yang akan
digunting oleh anak sudah mempunyai batas garis yang membatasi gambar atau
kertas bidang dengan tujuan agar gambar yang sebenarnya tidak rusak karena
terpotong. Pilihan gunting yang aman untuk anak adalah yang tumpul ujungnya dan
pegangannya tebal. Memberi contoh memegang gunting yang aman dengan posisi
benar yaitu jari mana yang harus masuk lubang bagian bawah dan jari mana yang
harus masuk ke lubang bagian atas.
2)
Manfaat Menggunting
Menggunting tidak hanya
bermanfaat untuk memotong sesuatu, ada beberapa manfaat lain diantaranya :
a)
Melatih motorik
halus anak selain menulis, menempel, meronce dan lain-lain.
b)
Stimulasi
kekuatan dan ketahanan jemari anak saat menggunting anak harus memusatkan
kekuatan menggerakan pada 2 (dua) buah jemari.
c)
Melatih
koordinasi antara mata dengan tangan, saat menggunting anak belajar
mengkoordinasikan gerakan tangan kanan yang memegang gunting dan kiri memegang
kertasnya, serta mata mengikuti gerakan gunting.
d)
Melatih
konsentrasi dan kesabaran
e)
Melatih percaya
diri
3)
Tahapan
perkembangan anak usia dini dalam menggunting adalah sebagai beriikut :
a)
Tahap Ke-1 :
menggunting sekitar pinggiran kertas
b)
Tahap Ke-2 :
menggunting dengan sepenuh bukaan gunting
c)
Tahap Ke-3 :
membuka dan menggunting terus menerus untuk sepanjang kertas
d)
Tahap Ke-4 :
menggunting diantara dua garis lurus
e)
Tahap Ke-5 :
menggunting bentuk tetapi tidak ada garis
f)
Tahap Ke-6 :
menggunting pada garis tebal dengan terrendah
g)
Tahap Ke-7 :
menggunting bermacan-macam bentuk
b.
Menempel
1)
Pengertian
menempel
Menempel
adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan meletakan dan merekatkan sesuatu
menggunakan lem. Menempel merupakan kegiatan lanjut dari menggunting.
Penempelan dikatakan baik jika tepat pada tempat yang telah disediakan berupa
bentuk kolom kosong yang terdapat garis pinggirnya membatasi objek yang akan
ditempel.
Dalam
pelaksanaan proses menempel diperlukan bimbingan dengan cara membantu sambil
ikut memegang kertas gambar yang akan ditempelkan sering terjadi saat menempel
gambar terbalik, penempelan
yang tidak pas, sulit dilepas lagi, karena itu perlu dilatih berulang-ulang.
Penggunaan lem sebaiknya tidak menggunakan lem yang berair (encer sekali),
karena akan menjadikan potongan gambar mudah kusut karena basah.
2)
Manfaat menempel
a)
Melatih anak
dalam berkreasi
b)
Melatih
konsentrasi
c)
Melatih
ketelitian
d)
Mengembangkan kreativitas
3)
Tujuan menempel
Semua kegiatan menempel tersebut
melatih anak untuk mengembangkan motorik halus, dan dapat diukur dari hasil kreat ivitas dalam menempel gambar.
4)
Bahan untuk
menempel
a)
Lem, kertas,
dapat dibuat sendiri ataupun dibuat pabrik
b)
Kertas,
merupakan bahan yang paling pokok dalam kegiatan menempel.
4. Metode
Demonstrasi
a.
Pengertian
Metode Demonstrasi
Ditinjau dari
segi etimologi (bahasa) metode berasal dari bahasa yunani yaitu “methodos” yang
terdiri dari kata “metho” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang
berarti jalan atau cara. Maka metode mempunyai arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.
Menurut
Winaputra (2005 : 17) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar
yang menyajikan dengan mempertunjukan secara langsung objeknya atau cara
melakukan sesuatu untuk mempertunjukan proses tertentu.
Menurut Djamanah (2002 : 102) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara menyajikan
bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
atau tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode
demostrasi adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi
kegiatan pada anak melalui penjelasan lisan yang disertai pertunjukan atau
meragakan sesuatu secara langsung dengan menggunakan alat bantu baik bersifat
sebenarnya maupun tiruan.
Dengan metode
demonstrasi proses penerimaan anak terhadap kegiatan akan lebih berkesan secara
mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
b. Tujuan dan manfaat Metode Demonstrasi
1) Tujuan Metode Demonstrasi
a)
untuk memudahkan
penjelasan sebab kegunaan bahasa lebih terbatas.
b)
untuk membantu
anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan perhatian
c)
untuk menghidari
verbalisme
d)
cocok digunakan
apabila akan memberikan kegiatan
2) Manfaat Metode Demonstrasi
a)
Perhatian anak
dapat lebih dipusatkan
b)
Proses belajar
lebih terarah.
c)
Pengalaman dan
kesan sebagai hasil kegiatan lebih melekat dalam diri anak.
c.
Kelebihan dan
kekurangan Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi
menjadi tidak efektif bila tidak diikuti dimana anak sendiri dapat ikut
memperhatikan dan menjadi aktivitas
mereka sebagai pengalaman yang berharga. Oleh karena itu guru pun harus
mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya.
Adapun
kelebihan dan kekurangan, Metode
Demonstrasi :
1)
Kelebihan Metode
Demonstrasi
a) Membantu
anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
b) Memudahkan
berbagai jenis kegiatan.
c) Kesalahan-kesalahan
yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan konkret,
dengan menghadirkan obyek yang sebenarnya
d) Dapat
memfokuskan pengertian anak terhadap materi kegiatan dalam waktu relatife
singkat.
e) Dapat
memuaskan perhatian anak didik
f) Menghindari
coba-coba/gagal yang banyak memakan waktu belajar.
2)
Kekurangan
Metode Demonstrasi
a)
Tidak semua
benda dapat didemonstrasikan
b)
Memerlukan waktu
yang cukup lama, tempat dan peralatan yang cukup
c)
Sukar dimengerti
bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.
d)
Membutuhkan
tenaga dan kemampuan optimal dan pendidikan anak didik.
e)
Bila anak didik
tidak aktif, metode demonstrasi tidak efektif.
3) Langkah-langkah
Metode Demonstrasi
Beberapa petunjuk penggunaan Metode
Demontrasi adalah sebagai berikut :
a)
Perencanaan, hal
yang dilakukan :
1)
Merumuskan
tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat
ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir.
2)
Menetapkan
garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.
3)
Memperhitungkan
waktu yang dibutuhkan
b)
Pelaksanaan,
hal-hal diatas yang perlu dilakukan adalah :
1)
Memeriksa
hal-hal diatas untuk kesekian kalinya
2)
Memuali
demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik
3)
Mengingat
pokok-pokok materi yang akan di demonstrasi agar demonstrasi mencapai sasaran
4)
Memperhatikan
anak didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5)
Memberikan
kesempatan anak didik untuk aktif
6)
Menghindari
ketegangan
c)
Evaluasi
Sebagai
tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan
kegiatan-kegiatan selanjutnya. Selain itu guru dan anak didik mengadakan
evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan efektif
sesuai yang diharapkan.
Sedangkan
langkah-langkah penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
1)
Persiapan
alat-alat yang diperlukan
2)
Guru menjelaskan
kepada anak-anak apa yang akan didemonstrasikan
3)
Guru menjelaskan
kepada anak-anak secara perlahan-lahan serta menjelaskan yang cukup singkat
4)
Guru mengulang
kembali selangkah demi selangkah dan menjelaskan alasan setiap langkah
5)
Guru menugaskan
kepada anak agar melakukan demonstrasi sendiri langkah demi langkah dan
disertai penjelasan.
B. Kerangka
Berpikir
Dalam kegiatan
menggunting dan menempel anak didik di KB masih kurang mampu, sehingga hasilnya
belum maksimal, hal ini di sebabkan adanya kegiatan yang kurang bervariasi,
monoton dan kurang menyenangkan padai anak. Dengan adanya perbaikan yang masih
belum maksimal maka perlu suatu perbaikan kegiatan yaitu menggunakan metode
demonstrasi. Di harap anak akan lebih
maksimal dalam menerima kegiatan, Maka metode ini digunakan pada siklus I dan
siklus II, sebagai upaya meningkatkan dan menghasilkan hasil kegiatan yang
maksimal sesuai yang diharapkan dapat meningkatkan Kreativitas dan Hasil
Belajar dalam kegiatan menggunting dan menempel pada anak di Kelompok Bermain Karya Sari Desa Pejengkolan Kecamatan Padureso
Kabupaten Kebumen, dan dilihat pada skema seperti berikut ini :
C. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kajian teori diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.
Penerapan Metode
Demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam kegiatan
menggunting pada anak didik di KB Karya Sari Pejengkolan
2.
Penerapan Metode
Demonstrasi dapat meningkatkan
kreativitas hasil belajar dalam kegiatan menempel pada anak didik di KB Karya Sari
Pejengkolan.
3.
Penerapan Metode
Demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam kegiatan
menempel pada anak didik di KB Karya Sari Pejengkolan
D. Indikator
Kinerja dan Kriteria Keberhasilan
1.
Indikator yang
digunakan untuk mengukur motivasi anak adalah
kemandirian, keberhasilan, kerapihan dan hasil menggunting dan menempel.
Dalam penelitian ini motivasi anak
diklarifikasikan menjadi 4 (empat) golongan yaitu :
a)
Sangat
termotivasi jika kegiatan secara aktif menunjukkan seluruh indicator
b)
Termotivasi jika dalam kegiatan menunjukan 2 (dua)
indicator
c)
Kurang
termotivasi jika dalam kegiatan hanya menunjukakn 1 (satu) indicator
d)
Tidak
termotivasi jika dalam kegiatan tidak menunjukkan satupun indikator yang
ditetapkan.
2.
Kriteria keberhasilan untuk mengukur tingkat
pencapaian perkembangan sebagai berikut:
a)
Proses dalam
perbaikan dinyatakan mencapai tujuan atau berhasil jika peningkatan kreativitas
anak didik mencapai di atas 75%.
b)
Simbol yang
digunakan adalah simbol () untuk anak
yang berhasil sesuai dengan harapan, dan
(O) untuk anak yang belum berhasil.
0 comments:
Post a Comment