Wednesday 15 January 2014

MAKALAH SETRATEGI PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
            Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini, bahkan negara Indonesia menganggarkan 20% dari dana APBN negara disihkan untuk pendidikan, karena dengan adanya pendidikan  manusia akan mendapatkan berbagai ilmu-ilmu pengetahuan yang kelak akan digunakan pada masa hidupnya. Selain itu sikap, tingkah laku manusiapun akan berubah tentunya diharapkan  dengan perubahan kearah yang lebih baik.
            Untuk melaksanakan suatu pendidikan itu diperlukan suatu strategi pembelajaran, Strategi pembelajaran adalah suatu cara , langkah atau seni untuk untuk mencapai tujuan tertentu dalam merubah tingkah laku kepada anak didik terhadap pelajaran yang baru saja diperolehnya. Karena didalam pendidikan akan menjumpai beberapa anak didik yang bermacam-macam sifatnya, oleh karena itu penting sekali bagi seorang guru untuk mengetahui strategi mana yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga materi pelajaran akan mengena terhadap anak didik.
B.     RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, dapat saya rumuskan:
1.      Apakah yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
2.      Apa konsep dasar strategi pembelajaran dan sejarah perkembangan?
3.       Apa saja teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran itu?
4.      Bagaimana paradigma pembelajaran dalam kurikulum 2013?
5.      Apa yang dimaksud pendekatan pembelajaran?
6.       Apa yang dimaksud metode atau model pembelajaran?
7.      Apa yang dimaksud dengan quantum teaching dan quantum learning?
8.       Bagaimana tehnik-tehnik pembelajaran itu?
9.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran tuntas ( materi learning )?
C.    MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
1.      Menambah ilmu pengetahuan tentang strategi pembelajaran.
2.      Memenuhi tugas individu dalam mata kuliah strategi pembelajaran.
3.      Sebagai buku bacaan bagi para pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan.













BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran
            Strategi hampir sama dengan kata taktik, siasat atau politik. Dalam artian umum strategi adalah suatu penataan potensi dan sumber daya agar dapat efisien memperoleh hasil suatu rancangan. Atau bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
            Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan militer dan diartikan sebagai suatu seni dalam merancang (operasi) peperangan Yang terutama kaitan erat dengan gerakan pasukan dan navigasi kedalam posisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan ( Hornby, 1973:997)  Dalam perwujudannya Strategi itu akan dikembangkan lebih lanjut menjadi tindakan –tindakan nyata dalam medan pertempuran. Dan pada zaman sekarang ini strategi banyak dipinjam oleh bidang ilmu lain, termasuk pendidikan.
            Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.[1] Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melelui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran mempengruhi peserta didik. Menurut Nasution, Pembelajaran adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.
Tiga komponen dalam kegiatan belajar yaitu sesuatu yang dipelajari, proses belajar dan hasil belajar.[2] Rangkaian kegiatan dapat diilustrasikan pada gambar ber berikut ini.
           

            Jadi strategi pembelajaran adalah suatu cara, langkah atau seni untuk untuk mencapai tujuan tertentu dalam merubah tingkah laku kepada anak didik ke arah yang lebih baik.
B. Tujuan belajar
            Segala sesuatu harus mempunyai tujuan, karena dengan adanya tujuan maka hal yang kita inginkan akan bisaa tercapai meski terkadang sulit untuk mencapainya. Dalam tujuan belajar peserta didik diharapkan bisa merubah dirinya dengan acuan pelajaran yang baru saja didapat. Tujuan pengajaran sebagaimana yang diungkapkan oleh umar hamalik adalah “ suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pengajaran” Jadi tujuan pembelajaran adalah harapan perubahan yang dcapai oleh peserta didik dari adanya proses pembelajaran.
Ciri-ciri belajar
Menurut Bahrudin Dan esa nur wahyuni menyimpulkan ada beberapa cirri belajar sebagai berikut.
1.      Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
2.      Perubahan perilaku relative permanen.
3.      perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada sasat proses belajar secara langsung, perubahan perilaku bersifat potensial .
4.      perubahan tingkah laku meripakan hasil latihan atau pengalaman.
5.      Pengalaman atau latihan itu dapat member penguatan atau moyifasi bagi kita.


















  1. TEORI-TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN
A.    Teori Pembelajaran
Berkaitan dengan belajar ada beberapa teori belajar yang dapat digunakan dalam pendidikan di sekolah, dan untuk memilih teori belajar mana yang terbaik tergantung dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Diantara teori pembelajaran antara lain:
1.      Teori Behavioristik
Berdasarkan hasil karya para ahli dan pemikir seperti John B. Waston, Ivan Pavlof, dan B.F Skinner aliran behavoiristik berpendapat bahwa semua perilaku dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lingkungan, bukan oleh kekuatan internal. Behafioris berfokus pada perilaku yang diamati. Ciri-ciri aliran behafioristik antara lain:
·         Mengutamakan unsur-unsur atau bagian –bagian kecil.
·         Bersifat mekanistis.
·         Menekankan peranan lingkungan.
·         Mementungkan pembentukan reaksi atau espon.
·         Menekankan pentingnya latihan.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik dan pemikirannya:
  1. Teori connektionism
  2. Teori Conditioning ( Pengkondisian)
  3. Teori operant conditioning ( Penguatan/reinforcement)
  4. Teori behafiorisme wattson



2.      Teori Kognitif
Teori ini menekankan pada peristiwa, akan tetapi perilaku juga penting sebagai indikator, tetapi yang lebih penting adalah berpikir. Menurut para ahli kognitif, indifidu merupakan partisipan aktif dalam proses memperoleh dan menggunakan pengetahuan. Menurut Gestalt belajar harus dimulai dari kesluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Karena itu proses belajar psikologi Gestalt menekankan pemahaman atau insight, yaitu soatu keseluruhan terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan yang bermakna satu sama lain.
Berdasarkan pemahama teori kognitif maka proses belajar terjadi jika indifidu dihadapkan pada suatu masalah, kemudian mengerti dan memahami permasalahannya, serta mendapatkan pemecahannya. Model pengembangan dari teoti belajar kognitif adalah bahwa pemahaman terhadap materi pendidikan sangat penting dan pemahaman bukan berarti hafalan.
Tokoh-tokoh aliran kognitif:
1.      Teori kognitif field dari lewin.
2.      Teori belajar cognitif developmental dari piaget.
3.      Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial dikembangkan oleh Albert Bandura. Asal mulanya teori ini disebut observational learning, yaitu belajar dengan mengamati perilaku orang lain.[3] Dasar pemikirannya adalah belajar dengan cara mengamati perilaku individu. Dan sebagian perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh orang lain yang dijadikan sebagai model. Sebagian pola perilaku yang dipelajari melalui pengamatan langsung individu mendapat hadiah/hukuman karena perilaku tertentu.
Menurut teori belajar sosial yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengaabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku manaa yang akan di tirudan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih.
3. Teori Humanistik
Aliran Humanistik sangat terkenal dengan konsepsi bahwa esensinya manusia itu baik menjadi dasar keyakinan dan menghormati sisi kemanusiaan. Teori ini menekankan studi seseorang yang utuh, teori ini melihat perilaku manusia tidak hanya melalui penglihatan pengamatan, melainkan juga melalui pengamatan ats perilaku orang dalam bekerja.
Tokoh-tokoh humanistik dan teori belajar adalah sebagai berikut:
1.      Maslow
2.      Combs
3.      Rogers

B.     PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Prinsip Pembelajaran adalah konsep-konsep yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip belajar.

Diantara prinsip-prinsip belajar antara lain:
  1. Prinsip Motifasi
Motifasi berarti dorongan atau keinginan, baik datang dari diri sendiri ataupun dari oarang lain. Motifasi sangat penting dalam pembelajaran karena dengan adanya motifasi seseorang yang terkadang putus asa , capek, kesal ataupun lainnya akan kembali timbul semangay baru, sehingga semangat untuk belajar akan tumbuh kembali.
  1. Prinsip Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu hal yang berada diluar diri indifidu. Lingkungan pengajaran adalah segala hal yang mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pengajaran atau sumber belajar. Diantaranya adalah guru, buku, dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar.
  1. Prinsip Konsetrasi
Konsentrasi adalah pemusatan secara penuh terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan atau berlangsungnya suatu peristiwa. Konsentrasi sangat penting dalam segala aktifitas belajar mengajar, karena dengan konsentrasi pikiran kita akan terpusat pada suatu pelajaran yang sedang di pelajari sehingga pelajaran akan masuk kedalam pikiran kita.

  1. Prinsip Kebebasan
Prinsip kebebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang demokratis, yaitu kebebasan yang diberikan kepada peserta didik dalam aturan da disiplin tertentu. Dan disiplin merupakan suatu dimensi kebebasan dalam proses penciptaan situasi pengajaran.


  1. Prinsip peragaan
Alat indra merupakan alat indra pengetahuan. Peragaan adalah menggunakan alat indra untuk mengamati, meneliti, dan memahami sesuatu. Pemahaman akan lahir dari analisa yang komprehensif sehingga menghasilkan gambaran yang lengkap tentang sesuatu. Contohnya saja ketika guru menjelaskan materi wudlu, dengan teori saja tidak cukup, seorang guru sebaiknya memperagakan cara wudlu kepada anak didik, sehingga anak didik akan lebih memahami dalam menerima peajaran.















3. Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013
Ada beberapa tumpuan atau landasan terhadap adanya pengembangan yang terus dilakukan pada kurikulum. Pengembangan tersebut dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain sebagai berikut:
1.      Aspek Filosofis
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 di sebutkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan local, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana terarah, dan berkesinambungan. UU Sisdiknas kita pun telah menggariskan bahwa esensi pendidikan adalah  membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Berdasarkan filisofinya, seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan yang diharapkan antara lain berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Sementara itu, yang perlu diperhatikan juga adalah kurikulum. Kurikulum yang dimaksud harus berorientasi pada pengembangan kompetensi siswa.
1.      Aspek Yuridis
Yaitu pada RPJM 2010-2014 sektor pandidikan
-          Perubahan metodologi pembelajaran
-          Penataan kurikulum
Inpres No. 1 Tahun 2010
      Percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional penyempurnaan kurikulum dan metode.

2.      Aspek Konseptual




2.2  Rasional Pengembangan Kurikulum
Ada beberapa perbandingan yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam pengembngan kurikulum 2013 ini. Pertama, berdasarkan pengalaman dari kurikulum sebelumya yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang masih menyisakan sejumlah permasalahan antara lain:
1.      Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2.      Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
3.      Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
4.      Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.
5.      Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6.      Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7.      Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.
8.      Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

Selain permasalahan yang terdapat pada KTSP 2006, ada juga beberapa alasan seperti yang dikemukakan oleh Mendikbud mengapa kurikulum mengalami pengembangan. Alasan tersebut antara lain:
1.      Tantangan masa depan seperti: (1) Globalisasi, (2) Masalah lingkungan hidup,
(3) Kemajuan teknologi informasi, (4) Konvergensi ilmu dan teknologi,
(5) Ekonomi berbasis pengetahuan, (6) Kebangkitan industri kreatif dan budaya, (7) Pergeseran kekuatan ekonomi dunia, (8) Pengaruh dan imbas teknosains, dan (9) Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan.
2.    Kompetensi masa depan antara lain: (1) Kemampuan berkomunikasi, (2) Kemampuan berpikir jernih dan kritis, (3) Kemampuan mempertimbangkan segi  moral suatu permasalahan, (4) Kemampuan menjadi warga negara yang efektif (5) Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, (6) Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal (7) Memiliki minat luas mengenai hidup, (8) Memiliki kesiapan untuk bekerja, (9) Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya.
3.      Fenomena negatif yang mengemuka seperti: (1)  Perkelahian pelajar, (2) Narkoba, (3) Korupsi, (4) Plagiarisme, (5) Kecurangan dalamUjian (Contek, Kerpek..) (6) Gejolak masyarakat (social unrest)
4.      Persepsi masyarakat terhadap kurikulum sebelumnya antara lain: (1) terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, (2) beban siswa terlalu berat, (3) kurang bermuatan karakter.


4.2  Elemen Perubahan Kurikulum
Secara umum ada empat elemen perubahan yang akan dikembangkan dalam kurikulum 2013 tersebut yaitu:
(1)   Standar Kompetensi lulusan, dalam hal ini yang diharapkan pada peserta didik yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap (meliputi: pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya), keterampilan (meliputi: pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret), dan pengetahuan (mampu menghasilkan pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya yangberwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban).

(2)   Standar isi,
Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran (pada tingkat SD)
Mata pelajaran  (pada tingkat SMP dan SMA)
•Vokasinal (pada tingkat SMK)

(3)   Standar proses pembelajaran
a.       Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta atau dengan istilah scientific approach ( pendekatan ilmiah)
b.      Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.
c.       Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
d.      Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
(4)   Standar penilaian
a.       Penilaian berbasis kompetensi.
b.      Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
c.       Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).
d.      Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.
e.       Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.

4.3  Faktor Pendukung Keberhasilan Implementasi Kurikulum
Keberhasilaan pelaksanaan kurikulum 2013 tidak bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja melainkan harus didukung oleh berbagai pihak mulai dari pemerintah, pendidik, tenaga kependidikan, penerbit buku, dan peserta didik. Selain itu saling bantu membantu merupakan hal yang penting di antara pihak-pihak terkait agar kurikulum 2013 tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.
Ada beberapa faktor yang bisa mendukung berhasilnya pelaksanaan kurikulum 2013 nanti antara lain:
Pertama, Kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan kurikulum yang diajarkan dan buku teks yang dipergunakan. Hal itu menjadi pusat perhatian dalam pengembangan kurikulum ini. Kemampuan guru harus bisa mengimbangi perubahan kurikulum dan menyesuaikan dengan buku teks yang akan diajarkan pada peserta didik. Jika kemampuan tenaga pendidik belum memadai maka segera diberikan pelatihan khusus misalnya: Uji Kompetensi, Penilaian Kinerja, dan Pembinaan Keprofesionalan Berkelanjutan sehingga dapat mendukung berhasilnya pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut.
Kedua, Ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang:
a.       Mengintegrasikan keempat standar pembentuk kurikulum.
b.      Sesuai dengan model interaksi pembelajaran.
c.       Sesuai dengan model pembelajaran berbasis pengalaman individu dan berbasis deduktif.
d.      Mendukung efektivitas sistem pendidikan.
Ketiga, Penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan. Pemerintah harus benar-benar serius untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 ini agar tidak terjadi kesenjangan kurikulum seperti yang telah terjadi sebelumnya. Sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum itu dapat dijalankan pada setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia.Keempat, adalah Penguatan manajemen dan budaya sekolah. Sekolah juga memegang peranan yang sangat penting dalam menetukan keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013. Untuk itu, sekolah harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan dengan berpedoman pada jalur pelaksanaan kurikulum. sehingga kurikulum 2013 tesebut dapat menjadi arah pengembangan yang betul-brtul sesuai dengan apa yang diharapkan
4. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
A.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan belajar bertitik tolak pada aspek psikologis dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan kemampuan lainnya yang mendukung kemampuan belajar. Pendekatan dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar menyenangkan. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya dan terencana, artinya memilih pendekatan di sesuaikan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, srategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran.
Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran.

B. Macam-macam Pendekatan  Pembelajaran
1. Pendekatan Konsep dan proses
A. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan pruduk pengetahuan memiliki prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan.
Konsep menunjukan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari pakta, peristiwa, pengalaman melalui generasi, dan berfikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Para ahli sikologi menyadari akan pentingnya konsep-konsep, dan sutu definisi yang tepat mengenai konsep belum diberikan. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, konsep-konsep harus disimpulkan dalam perilaku. Dalam pendekatan konsep ini Symsudin Makmun (2003:228) mengemukakan bahwa dengan diperolehnya kemahiran mengadakan diskriminasi atas pola-pola stimulus respons (S-R) itu, siswa belajar mengidentifikasikan persamaan-persamaan karakteristik dari sejumlah pola-pola S-R tersebut. Selanjutnya berdasarkan persamaan cirri-ciri dari sekumpulun stimulus dan juga dari objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep. Secara eksternal, adanya persamaan-persamaan ciri tertentu dari sejumlah perangsang dan obyek-obyek yang dihadap pada indipidu. Flaiell(1970) menyarankan, bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu:
1. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan. Contoh-contoh konsep, meja harus mempunyai suatu permukaan yang datar, dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan itu dari lantai. Atribut-atribut dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi, atau bentuk, atau dapat juga atribut-atribut itu berupa fungsional.
2. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga stuktur yang dikenal, yaitu:
Ø Konsep-konsep konjungtif adalah konsep-konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat, sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep.
Ø Konsep-konsep disjungtif adalah konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada.
Ø Konsep-konsep relasional menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep.
3. Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.
4. Keinklusifan (inclusiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat pada konsep itu.
5. Generalisasi atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda pada posisi superordinatatau subordinatnya. Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep-konsep lainnya.
6. Ketepatan, yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada kumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-cobtoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep. Klausmeier (1977) mengungkapkan empat tingkat pencapaian konsep (concept attainment), mulai dari tingkat konflik sampai tingkat formal.
7. Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.
Rosser (1984) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiata-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Menurut Ausubel (1968) konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation) merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Menurut Gagne (1977) formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret, dan asimilasi konsep (concept assimilation) merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudaj sekolah.
Pendekatan pembelajaran ini oleh para ahli pendidikan didasarkan pada pola pengorganisasian bahan pengajaran, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran komulatif.
B. Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran member kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pembelajaran dengan menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori ‘Naturalisme-Romantis’ dan teori ‘Kognitif Gestalt’.
Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama temannya, dan dari manusia-manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yan dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan proses adalah:
1. Mengamati gejala yang timbul
2. Mengklasifikasikan sifat-sifat yang sama, serupa
3. Mengukur besar-besaran yang bersangkutan
4. Mencari hubungan antar konsep-konsep yang ada
5. Mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah
6. Memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.
7. Meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi
8. Berlatih menggunakan alat-alat ukur
9. Melakukan percobaan
10. Mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data
11. Berkomunikasi
12. Mengenal adanya variable, mengendalaikan adanya variabel.
2. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif
A. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus. Langkah –langkah yang digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah:
1. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2. Menyajikan aturan, yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3. Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan prinsip umum.
4. Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan berpikir deduktif disebut juga berpikir dengan menggunakan silobisme terdiri dari preposisi statemen yang terdiri dari’remise’ yaitu dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu kebenaran. Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke yang khusus. Dalam berpikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip, ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ diterapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
B. Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof inggris prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin, system ini dipandang sebagai system berpikir yang paling baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum.
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif ini menurut Purwanto (2002:47) bergantung representative atau tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
1. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pemdekatan induktif.
2. Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu.
3. Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu.
4. Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu.
Pada tingkat ini menurut Syamsudin Makmun (2003:228) siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep atau pengertian dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas), sehingga siswa dapat membuat kesimpulan (kongklusi) tertentu yng mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” (prinsip, dalil, aturan, hokum faedah dsb).
Pendekatan yang tidak bersifat demokratis ialah pendekatan deduktif yang agak lebih banyak mengandung sifat otoriter.
3. Pendekatan kontekstual (CTL )
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyatas siswa dan mendorong siswa dan membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menurut Nurhadi (2003) dilakukan dengan melibatkan komponen utama pembelajaran yang efektif yakni:
a. Kontruktivisme (Contruktivism)
Kontruktivisme (Contruktivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba.
Esensi dari teori kontruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompeks ke situasi lain, dan apoabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
b. Bertanya (Questioning)
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
Ø Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
Ø Mengecek pemahaman siswa.
Ø Membangkitkan respon pada siswa.
Ø Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
Ø Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
Ø Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
Ø Untuk membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa.
Ø Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
c. Menemukan (inqury)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendektan kontekstual. Siklus inquiri adalah :
Ø Observasi (observation)
Ø Bertanya (question)
Ø Mengajukan dugaan (hipotesis)
Ø Pengumpulan data (data gathering)
Ø Penyimpulan (conclusion)
Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah siswa menemukan sendiri adalah :
Ø Merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun.
Ø Mengganti atau melakukan observasi.
Ø Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya.
Ø Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audience lainnya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan oranglain. “Masyarakat belajar” bias terjadi apabila ada komunikasi satu arah.
e. Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bias ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru member model tentang bagaimana cara belajar.
f. Refleksi (refelcion)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. Pengetahuan yang bermakna diperolaeh dari proses belajar.
g. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti formatif dan sumatif, tetapi dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, yaitu tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment adalah:
Ø Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Ø Bisa digunakan untuk formatif atau sumatif.
Ø Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan henya mengingat fakta.
Ø Berkesinambungan.
Ø Terintregasi.
Ø Dapat digunakan sebagai feedback.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan konstekstual, jika menerapkan komponen utama pembelajaran efektif ini dalam pembelajarannya.langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual adalah :
Ø Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan berunya.
Ø Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan.
Ø Mengembangan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
Ø Menghadirkan model sebagai pembelajaran.
Ø Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
Ø Melskukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dengan konsep itu, hasil-hasil pembelajaran bermakna bagi siswa. Ada beberapa alas an mengapa pendekatan kontekstual menurut Depdiknas (2003) menjadi pilihan yaitu:
Ø Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Ø Melalui landasan filosofi kontruksivisme, CTL ‘dipromosikan’ menjadi alternative strategi belajar yang baru.
Ø Knowledge is constructed.
Ø Knowledge is konjectural and fallible.
Ada lima elemen belajar yang konstruktivistik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran konstekstual Zahorik (1995:14-22) yaitu :
Ø Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).
Ø Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge).
Ø Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).
Ø Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
Ø Melakukan refleksi (reflecting)
4 . Pendekatan ilmiah ( Scientific Approach )
      Pendekatan ilmiah ( Scientific Approach ) merupakan salah satu pendekata yang digunakan dalam kurikulum 2013 yang meliputi 3 aspek diantaranya:
1.      Mengamati.
2.      Menanya.
3.      Mengolah.
4.      Menulis / menyajikan.
5.      Menyimpulkan.
6.      Mencipta.
Selain itu juga masih banyak macam-macam pendekatan diantaranya:
1.      Pendekatan tematik adalah pendekatan dengan menggunakan tema-tema tertentu, sehingga dalam setiap pelajaran terdapat beberapa keterkaitan.
2.      Pendekatan ekspositor adalah salah satu bentuk pendekatan yang tertuju pada ketergantungan guru ( ceramah )
3.      Pendekatan paikem merupakan kependekan dari pembelajaran aktif, inofatif, kreatif dan menyenangkan.
4.      Pendekatan Partisipatif merupakan suatu bentuk pendekatan yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
5.      Pendekatan quantum.
6.      Pendekatan indifidu
7.      Pendekatan klasikal
8.      Pendekatan kelompok
9.      Pendekatan eksplorasi
10.  Pendekatan edukatif
11.  Pendekatan kontruktifisme
12.  Pendekatan andragogi
13.  Pendekatan phaedagogi















5. METODE ATAU MODEL PEMBELAJARAN
A.   Metode Pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.[4] Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok , agar prlajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar makin efektif pula pencapaian tujuan.
Dalam penggunaan metode harus selalu diperhatikan antara lain:
a)      Dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.
b)      Dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
c)      Dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
d)     Dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakikan eksplorasi dan inovasi.
e)      Dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f)       Dapat mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
g)      Dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
B.     Macam-macam metode mengajar
  1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode didalam pendidikan dan pengajaran dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan oleh guru didalam kelas. Hubungan antara guru dengan anak didik banyak menggunakan bahasa lisan. Peranan guru dan murid berbeda sangat jelas, yaitu guru menerangkan secara aktif sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan penting yang disampaikan oleh guru.
Dampak positif:
a.       Dalam waktu yang singkat guru dapat menyampaikan materi banyak.
b.      Organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengelompokkan murid.
c.       Guru dapat menguasai kelas, walaupun jumlah murid banyak.
Dampak negatif:
a.       Guru sulit mengetahui pemahaman murid terhadap materi yang sedang dibahas.
b.      Kadang-kadang guru cenderung ingin menyampaikan pemahaman yang sebanyak banyaknya sehingga cenderung pemompaan.
c.       Anak didik cenderung pasif.
d.      Jika guru tidak melihat psikologis anakdidik, ceramah dapat bersifat melantur dan membosankan.



  1. Metode tanya jawab.
Metode tanya jawab ialah suatu metode didalam pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya sedangkan murid-murid menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.
Metode tanya jawab dilakukan:
  1. Sebagai ulangan pelajaran.
  2. Sebagai selingan dalam pembicaraan.
  3. Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada masalah yangsedang dibicarakan.
  4. Untuk meengarahkan proses belajar.
Dampak positif:
  1. Kelas akan hidup karena anak didik akan aktif berfikir dan menyampaikan pikiran melalui bicara.
  2. Baik untuk mengembangkan anak didik dengan lisan.
  3. Timbulnya perbedaan pendapat akan membawa kelas dalam suasana diskusi.
Dampak negatif
  1. Apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya.
  2. Kemungkinan akan terjadi penyimpangan anak didik terutama apabila terdapat jawaban yang kebetulan menarik perhatian tetapi bukan sasaran yang dituju.
  3. Dapat menghambat cara berfikir, apabila guru kurang pandai dalam menyajikan materi.
  1. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi berbeda dengan berdebat,diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapatdan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota kelompoknya.
Macam-macam metode sesungguhnya tidak terbatas banyaknya, Berikut ini beberapa tokoh dengan metode-metodenya antara lain:
a.       Ahmad Rohani, menyebutkan diantaranya:
1.      Metode ceramah /Presentasi/Kuliah mimbar
2.      Metode Diskusi
3.      Metode tanya jawab
4.      Metode Resitasi
5.      Metode Drill
6.      Metode SAS ( Struktural analitik Sintetik)
7.      Metode Problem solfing
8.      Metode Experiment
9.      Metode Demonstrasi
10.  Metode Karyawisata
11.  Metode Dynamic group
12.  Metode Proyek
13.  Metode Simulasi
14.  Metode Insersi
15.  Metode Team teaching


b.      Suwarna, dkk. Membagi menjadi 2 yaitu:
1.      Metode mengajar secara indifidual.
·         Metode Ceramah
·         Metode Tanya jawab
·         Metode drill
·         Metode Demonstrasi/ Peragaaan
·         Metode pemberian tugas
·         Metode simulasi
·         Metode pemecahan masalah
·         Metode bermain peran
·         Metode karya wisata
2.      Metode mengajar secara kelompok, yaitu:
·         Metode Seminar
·         Metode Simposium
·         Metode forum
·         Metode panel


B.     MODEL PEMBELAJARAN
1.     Model Pembelajaran Advance Organizer

A. Pengertian Advance Organizer
         Model pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu.
         Model pembelajaran Advance Organizer ini dikembangkan oleh David Ausubel, menurut David Ausubel model pembelajaran inin merupakan model belajar bermakna.
Menurut David Ausubel model pembelajaran Advance Organizer yaitu:
  • Cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajar.
  • Setiap pengetahuan (ilmu) mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari system pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam ilmu itu.
Tujuan model pembelajaran Advance Organizer ini adalah untuk memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi baru.
B. Teknik Pelaksanaan Model Pembelajaran Advance Organizer
Pada model Pembelajaran Advance Organizer, teknik pelaksanaannya pertama-
tama guru menyajikan kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih spesifik.
Kerangka umum (organizer) tersebut berfungsi sebgai penyusun yang mengorganisasikan semua informasi beriktnya yang akan diasimilasikan oleh siswa, sehingga siswa dapat menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya.

C. Bentuk Model Pembelajaran Advance Organizer
    1. Expository Advance Organizer
·         Dirancang jika akan menjelaskan suatu gagasan umum yang memiliki beberapa bagian yang saling berhubungan.
·         Tujuan : membantu memperluas pemahaman konsep bagi siswa
·         Contoh
Jika kita akan menjelaskan tentang perubahan bentuk energi, maka kita terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang berbagai macam bentuk energi.
     2. Comparative Advance Organizer
·         Dirancang untuk mengintegrasikan konsep baru dengan konsep lama yang telah dimiliki siswa dalam struktur kognitifnya.
·         Tujuan : mempertajam dan memperluas pemahaman konsep
·         Contoh
·         Konsep perkalian berhubungan dengan dengan konsep pembagian. Jika kita ingin menjelaskan konsep pembagian, melalui pemahaman tehadap perbandingan antara konsep perkalian (konsep lama) dengan pembagian (konsep baru) maka siswa akan mengintegrasikan konsep baru tersebut.
D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Advance Organizer
·         Fase 1 : Penyajian Advance Organizer
Hal-hal yang dilakukan yaitu :
o   Mengklarifikasi tujuan pengajaran
Dimaksudkan untuk membangun perhatian peserta didik dan menuntun mereka pada tujuan pembelajaran dimana keduanya merupakan hal penting untuk membantu terciptanya belajar bermakna.                                                     
o   Menyajikan Organizer
a.       Mengidentifikasi atribut
b.      Memberi contoh-contoh
c.       Menyediakan / mengatur suasana / konteks
d.      Mengulangi
Dalam menyajikan organizer ini, penyajiannya yaitu pertama guru menyajikan kerangka konsep yang umum dan menyeluruh terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih spesifik. Gambaran konsep / proposisi yang utama harus dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau melakukan eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan contoh-contoh.
o   Memancing dan mendorong pengetahuan dan pengalaman dari siswa. Pada bagian ini siswa harus berperan aktif dalam bentuk memberikan respon terhadap presentasi organisasi yang telah diberikan oleh guru.                                                                
·         Fase 2 : Penyajian Bahan Pelajaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
o   Membuat organisasi secara tegas
o   Membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit
o   Memelihara suasana agar siswa penuh perhatian
o   Menyajikan bahan
Fase kedua ini dapat dikembangkan dalam bentuk diskusi, ekspository, siswa dapat memperhatikan gambar-gambar, melakukan percobaan atau membaca teks yang masing-masing diarahkan pada tujuan pengajaran yang di tunjukkan pada lanhkah pertama.
Pengembangan struktur hierarki dalam PBM dapat dilakukan dengan cara :
a.       Defernsiasi progresif
Deferensiasi progresif merupakan suatu prose mengarahkan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Guru dalam mengajarkan konsep-konsep dari yang paling inklusif kemudian konsep yang kurang inklusif setelah itu baru yang khusus seperti contoh-contoh.
b.      Rekonsiliasi integrative
Pengetahuan baru yang harus dihubungkan dengan isi materi pelajaran yang sebelumnya. Penyesuaian ini berguna untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif.

·         Fase 3 : Penguatan Organisasi Kognitif
Fase ketiga ini bertujuan untuk mengaitkan materi belajar yang baru dengan struktur kognitif siswa.
Ausubel mengidentifikasi menjadi empat aktifasi yaitu :
o   Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integrative
Aktifasi ini dikembangkan melalui :
a.       Mengingatkan siswa tentang gambaran menyeluruh gagasan
b.      Menanyakan ringkasan dari atribut materi pelajaran yang baru
c.       Mengulangi definisi secara tepat
d.      Menanyakan perbedaan aspek-aspek yang terdapat dalam materi
e.       Menanyakan bagaimana materi pelajaran mendukung konsep atau proposisi yang baru digunakan.                                                                              
o   Meningkatkan kegiatan belajar (belajar menerima)
Dapat dilakukan dengan cara :
a.       Siswa menggambarkan materi baru dengan menghubungkannya     melalui salah satu aspek pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
b.      Siswa memberi contoh-contoh terhadap konsep yang berhubungan dengan materi
c.       Siswa menceritakan kembali dengan menggunakan kerangka referensi yang sebelumnya
d.      Siswa menghubungkan materi dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya                        
o   Meningkatkan pendekatan kritis tentang pokok bahasan
Dilakukan dengan menanyakan kepada siswa tentang asumsi atau pendapatnya yang berhubungan dengan materi pelajaran. Guru memberikan pertimbangan dan tantangan terhadap pendapat tersebut dan menyatukan kontradiksi apabila terjadi silang pendapat.
o   Mengklarifikasikan
Guru dapat melakukan klarifikasi dengan cara memberikan tambahan informasi baru atau mengaplikasikan gagasan kedalam situasi baru atau contoh yang lain.


E. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Advance Organizer
            Seperti model pembelajaran yang lain, model pembelajaran advance organizer juga memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan model pembelajaran advance organizer yaitu diantaranya : memakan waktu yang lama, tidak semua model pembelajaran dapat digabungkan denga advance organizer. Sedangkan kelebihan model pembelajaran ini yaitu dapat membantu pemahaman siswa, membantu mempertajam daya ingat siswa























     
6.  QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNIING
A. Sejarah Pembelajaran Quantum
Tokoh utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980an.
Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan belajar).
Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Learning.
Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73% , meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98%. Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:
E = mc2
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.
B. Arti Quantum Teaching
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Dalam Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat.
C. Perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning
Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.
Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.
1) Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
2) Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku
Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar
D. Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.

E. Prinsip-prinsip Quantum Teaching
Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:
1) Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
2) Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3) Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
4) Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.
F. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
1) TUMBUHKAN. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
2) ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
3) NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.
4) DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”.
5) ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
6) RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan
Prinsip dapat berarti:
1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal
2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental. Pembelajaran juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan atau doktrin fundamental mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran . Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut.
a. Prinsip utama pembelajaran berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pembelajar maupun pembelajar akan memperoleh pemahaman baru. Di samping berarti dunia pembelajar diperluas, hal ini juga berarti dunia pengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.
b. Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran . Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini.
1. Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2. Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
3. Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan Proses pembelajaan paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
4. Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan langkah keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
5. Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran.
3) Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran .
Ada delapan prinsip keunggulan yang juga disebut delapan kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran . Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut.
1. Terapkanlah Hidup dalam Integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain, integritas dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak
2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.
3. Berbicaralah dengan Niat Baik
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.
4. Tegaskanlah Komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilah perlu dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.
5. Jadilah Pemilik
Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, pengajar dan pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang bertanggung jawab.
6. Tetaplah Lentur
Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar, lebih-lebih pengajar, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat saja mengubah rencana pembelajaran bilamana diperlukan demi keberhasilan siswa-siswanya; jangan mati-matian mempertahankan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
7. Pertahankanlah Keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. Tetap dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkan penyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat dari pembelajar dan pengajar.
G. Strategi Pembelajaran quantum Learning
Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar. Sedangkan Strategi pembelajaran yang lain, Seperti:
1. Teori otak kanan/kiri
2. Teori otak triune (3 in 1)
3. Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
4. Teori kecerdasan ganda
5. Pendidikan holistik (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman
7. Belajar dengan symbol
8. Simulasi/permainan








7. TEHNIK- TEHNIK PEMBELAJARAN
1.      Pengertian Tehnik Pembelajaran
Menurut Morris(1976:1321), tehnik adalah “The systemic procedure by which a complex scientific task is accomplished, or degree of skill or command of fundamentals exhibited in any performance”. Batasan tersebut mengemukakan bahwa tehnik adalah prosedur yang sistematik sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang kompleks atau ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar suatu penampilan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa tehnik adalah “cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni (Moeliono,1990:915).Berdasarkan kedua batasan tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa tehnik merupakan keterampilan dan seni( kiat) untuk melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan yang lebih luas atau metode.[5][12]
2.      Macam-Macam Tehnik Pembelajaran
Tehnik-tehnik pembelajaran digolongkan oleh Knowles (1977;292-293) ke dalam tujuh jenis. Pertama adalah tehnik penyajian (presentasi) yang mencakup : ceramah,  siaran televise dan videotape, film dan slide,  debat, dialog, dan tanya jawab, symposium, panel, wawancara kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, siaran radio, pementasan, kunjungan , dan telaah bacaan. Kedua adalah tehnik pembinaan partisipasi peserta didik dalam kelompok besar yang mencakup : Tanya jawab, forum, kelompok pendengar, panel bereaksi, kelompok buzz, bermain peran dan panel berangkai. Ketiga adalah tehnik untuk diskusi yang mencakup antara lain : diskusi terbimbing, diskusi buku, diskusi sokratik, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus. Keempat adalah tehnik-tehnik simulasi yang terdiri antara lain atas : bermain peran, pemecahan masih kritis, studi kasus, dan pelatihan keranjang (basket) .Kelima adalah tehnik-tehnik pelatihan kelompok T (sensitivity training).Keenam adalah tehnik-tehnik pelatihan tanpa bicara. Ketujuh adalah tehnik-tehnik pelatihan keterampilan praktis dan kepelatihan. Singkatnya, tehnik pembelajaran itu bervariasi, sedangkan penerapannya dapat dipilih dan ditetapkan sesuai dengan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan.
Tehnik-tehnik pembelajaran diantaranya:
1.                  LT ( Learning Together)
 Learning Together ( LT ) adalah suatu bentuk tehnik pembelajaran dengan cara belajar bersama dalam kelompok, sehingga anak didik akan aktif dalam pembelajaran.
2.      TGT ( Tim Games Tournament)
Tim Games Tournament ( TGT ) adalah suatu bentuk tehnik pembelajaran dengan cara belajar kelompok lalu diperlombakan, sehingga anak didik akan merasa mempunyai semangat bersaing.
3.      GI ( Group Investigation )
Group Investigation ( GI ) adalah suatu bentuk tehnik pembelajaran dengan cara semua anggota kelompok dituntut merencanakan suatu penelitian, lalu menentukan apa yang dikerjakan dan siapa yang akan melaksanakan.
4.      AC ( Akademik Contruktive Controverse )
Akademik Contruktive Controverse ( AC ) adalah suatu bentuk tehnik pembelajaran dengan membentuk kelompok yang berada dalam konflik intelektualyang dikembangkan berdasarkan belajar masing-masing dalam kelompok atau klompok lain.
5.      JP ( Jigsaw Procedur )
Jigsaw procedur ( JP ) adalah suatu bentuk tehnik pembelajaran dengan setiap kelompok diberi tugas yang berbeda- beda tentang pokok pembahasan agar setiap anggota memaami keseluruhan pembahasan.


Selain diatas juga masih terdapat tehnik-tehnik pembelajaran diantaranya STAD ( Student Team Achifement Division ), TAI ( Teach Ach Division ), CI ( Complek Intruktion), CRS ( Cooperatife Learning Strukture ), CIRC ( Cooperatife Integrate Reading), Membuka dan menutup, dll.














8. Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning)
A. Pengertian Pembelajaran tuntas ( Mastery learning)
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Block (1971) menyatakan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik sebagai berikut :
Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik tersebar secara normal. Jika kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Secara skematis konsep tentang prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan konvensional dapat digambarkan sebagai berikut :
Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta didik, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Secara skematis konsep prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tuntas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas adalah:
  1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis,
  2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback,
  3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,
  4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)
C. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik.
Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu, pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan sistem yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu. Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual. Secara kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati pada Tabel berikut,
Tabel 1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
 Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran Konvensional
A. Persiapan

Tingkat ketuntasan
  • Diukur dari performance peserta didik dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kemampuan dasar
  • Setiap peserta didik harus mencapai nilai 75 Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak
Satuan Acara Pembelajaran
  • Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan dipakai sebagai pedoman guru serta diberikan kepada peserta didik
  • Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan hanya dipakai sebagai pedoman guru
Pandangan terhadap kemampuan peserta didik
  • Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi
  • Kemampuan peserta didik dianggap sama
B. Pelaksanaan pembelajaran

 Bentuk pembelajaran
  • Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual
  • Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
Cara pembelajaran
  • Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara individual
  • Dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab, dan membaca (tidak terkontrol)
Orientasi pembelajaran
  • Pada terminal performance peserta didik (kompetensi atau kemampuan dasar) secara individual
  • Pada bahan pembelajaran
Peranan guru
  • Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual
  • Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik dalam kelas
Fokus kegiatan pembelajaran
  • Ditujukan kepada masing-masing peserta didik secara individual
  • Ditujukan kepada peserta didik dengan kemampuan menengah
Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
  • Ditentukan oleh peserta didik dengan bantuan guru
  • Ditentukan sepenuhnya oleh guru
C. Umpan Balik

Instrumen umpan balik
  • Menggunakan berbagai jenis serta bentuk tagihan secara berkelanjutan
  • Lebih mengandalkan pada penggunaan tes objektif untuk penggalan waktu tertentu
Cara membantu peserta didik
  • Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok (small-group learning activities) dan tutor yang dilakukan secara individual
  • Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara klasikal
D. Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
1. Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
  • mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
  • membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
  • mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter, 1996)
2. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
  • Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
  • Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.
  • Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
  • Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
  • Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif)
  • Menggunakan teknik diagnostik
  • Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan
3. Peran Peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru dan yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang akan dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual.
4. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam belajar.
Asumsi dasarnya adalah:
  • bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,
  • standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
  • Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
  • Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
  • Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan program pengayaan.
  • Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
  • Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti pengamatan, kuesioner, dsb.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan atau daerah.
Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam pencapaian KD tidak sama, maka dalam pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan belajar antara peserta didik yang sangat pandai dan pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi. Sementara pembelajaran berbasis kompetensi mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Implikasi dari prinsip tersebut mengharuskan dilaksanakannya program-program remedial dan pengayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari penerapan sistem pembelajaran tuntas.







KESIMPULAN
            Strategi pembelajaran adalah suatu cara, langkah atau seni untuk untuk mencapai tujuan tertentu dalam merubah tingkah laku kepada anak didik ke arah yang lebih baik. Tujuan dari pembelajaran adalah harapan perubahan yang dicapai oleh peserta didik dari adanya proses pembelajaran.
Diantara teori-teori pembelajaran yaitu
1.      Teori behavioristik karya John B. Waston, Ivan Pavlof, dan B.F Skinner aliran behavoiristik berpendapat bahwa semua perilaku dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lingkungan.
2.      Teori kognitif ini menekankan pada peristiwa, akan tetapi perilaku juga penting sebagai indikator, tetapi yang lebih penting adalah berpikir.
    1. Teori humanistik menekankan studi seseorang yang utuh, teori ini melihat perilaku manusia tidak hanya melalui penglihatan pengamatan, melainkan juga melalui pengamatan atas perilaku orang dalam bekerja.
Pengembangan kurikulum 2013 tersebut dapat ditinjau dari 3 aspek antara lain sebagai berikut:
    1.     Aspek Filosofis
    2. Aspek Yuridis
    3.     Aspek Konseptual
Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran. Macam-macam pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan scientific, pendekatan tematik, pendekatan Kontekstual, dll.
Metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok , agar prlajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar makin baik pula tingkat keberhasilan dalam pembelajaran.Yang paling diperhatikan dalam memilih metode adalah kita harus mengetahui tujuan akhir pembelajaran tersebut. Makin baik metode mengajar makin baik pula tingkat keberhasilan dalam pembelajaran.
Quantum teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru.
Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku
Menurut Morris(1976:1321), tehnik adalah “The systemic procedure by which a complex scientific task is accomplished, or degree of skill or command of fundamentals exhibited in any performance”. Batasan tersebut mengemukakan bahwa tehnik adalah prosedur yang sistematik sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang kompleks atau ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar suatu penampilan. tehnik-tehnik pembelajaran diantaranya LT ( learning together), TGT ( team games tournament), GI ( Group infestigation ) dll.
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982).

















PENUTUP
Assalamu’alaikum wr.wb
Alkhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji bagi alloh tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat kepada kita semua berupa nikmat yamg sangat banyak yang tidak terhitung jumlahnya, semoga kita semua tergolong umat yang mensukuri nikmat-Nya, Amin
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW, yang kita nantikan syafa’at-Nya, semoga kita mendapat syafaat beliau, amin.
Dalam makalah ini, telah tertulis beberapa pembahasan mengenai strategi pembelajaran. Penulis sangat bersukur sekali karena dengan rahmat Alloh makalah ini dapat terselesaikan, semoga malah ini bermanfaat khususnya bagi diri sendiri dan juga orang lain. Amin ya robbal “alamin.
Wassalamu’alaikum wr, wb









                                                                        Kebumen,...,...............2014



                                                                                    PENULIS


Daftar Pustaka

M. Faturrohman dan Sulistiorini.Belajar dan Pembelajaran.Depok , Sleman, Yogyakarta,teras,2013

Abu Ahmadi dan joko tri prasetio “ Strategi belajar mengajar” cv. Pustaka setia, Bandung :1997



Kreatifitas sendiri








[1] Abudin nata, perspektif islam tentang strategi pembelajaran (Jakarta: Kencana,2009), h.85.
[2] M. faturrohman, M.Pd.i Belajar dan pembelajaran (depok sleman Yogyakarta ,Teras, 2013) h.11
[3] Shaleh dan wahab, Psikologi Suatu, h.223
[4] Abu Ahmadi dan joko tri prasetio “ Strategi belajar mengajar” cv. Pustaka setia, Bandung h.52 tahun1997


0 comments:

Post a Comment