Friday, 23 January 2015

Kabut-Kabut Kemungkinan



 di balik kabut Semeru
tiada tampak ujud seribu burung yang sedang berkicau nyaring
di balik kabut Sang Maha Meru
tiada tampak….Di Manakah Ia yang sejati, yang senantiasa
bertabir dalam berbagai ia-ia

dimitri mahayana, 29 Oktober 1994


Sebuah aspek penting lain dari mekanika kuantum adalah bahwa gerak suatu partikel mengikuti suatu hukum yang bersifat probabilistik. Terutama jika kita tetap pada keyakinan kita bahwa partikel, -sebutlah misalnya elektron-, merupakan sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang, waktu hanya sati titik. Jika dalam benak kita masih tergambar bahwa elektron misalnya adalah suatu bola mahakecil, maka posisi maupun kecepatan elektron di suatu saat, tertentu bersifat probabilistik.

Persamaan Schrodinger memandang gerak benda sebagai rambatan suatu gelombang. Energi gelombang terkandung pada suatu bagian ruang tertentu berbanding lurus dengan kemungkinan titik partikel terdapat pada bagian ruang tersebut. Tapi ingat hanya kemungkinan. Dan kemungkinan tetap kemungkinan. Jadi perhatikan urutan premis di bawah ini;
1.       Jika kita memandang bahwa Persamaan Schrodinger adalah salah satu hukum yang berlaku di alam
2.       Dan jika kita memandang partikel pada dasarnya adalah sesuatu yang menempati ruang dan waktu.

Maka;
“Hukum yang mengatur gerak partikel-partikel tidak bersifat deterministik, artinya ia bersifat probabilistik”.

Jadi kepada arwah Dr. Eistein dan Dr. Schrodinger, mari kita ungkapkan penafsiran ini. Tuhan tidak bermain dadu. Karena dadunya tidak ada. Karena partikel, -sebagai dadu-, hanyalah konsepsi imajiner. Kalaupun partikel itu bergerak bagai dadu, -bukanlah Tuhan yang memainkannya-, fikiran dan imajinasi kitalah yang memainkannya. Pemikiran kita terbatas, konsepsi kita tentang materi telah mengurung kita dalam penjara-penjara tiada ujung yang menyedihkan. Bukanlah kini saatnya bagi kita untuk menyadari bahwa selama ini kita terpenjara, dan mari bersama-sama melakukan “Escape form thies beloved jail,-Melepaskan diri dari penjara yang kita cintai ini-“. Melepaskan diri dari konsepsi bahwa partikel adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang.
Sebagai sebuah contoh, perhatikan suatu bola tenis yang mengenai tembok baja beton setinggi enam meter. Misalnya bola itu mengenai tembok dengan arah tegak lurus terhadap tembok pada ketinggian satu meter. Mekanika kuantum menyatakan bahwa “ada kemungkinan bola akan bergerak menembus tembok, muncul dan melanjutkan geraknya di balik tembok, tanpa ada bagian tembok yang terlubangi.” Memang kemungkinan itu kecil sekali, amat sangat kecil sekali. Tapi itu tetap mungkin! Dan hal ini benar-benar mustahil dan seolah melanggar prinsip non-kontradiksi jika kita tetap bertahan pada pengertian kita bahwa meteri adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Secara eksperimental, gejala ini telah dibuktikan dalam skal atom oleh Dr. Ivan Giaever, salah seorang pemenang Nobel fisika pada tahun 1973. Jadi inilah bagi kita dari pengertian danpemahaman kita atas materi yang telah terlalu mendasari berbagai pemikiran kita.
Materi adalah kabut. Yang menutupi kenyataan. Walaupun di gunung berkabut yang terdengar hanyalan kicau burung, kita yakin bahwa ada burung walaupun tak tampak. Jika kita hanya berfikir tentang kabut, mungki saja mengkonsepsikan bahwa kabut itulah yang berkicau. Betapa naifnya jika kita tergeletak dalam kepekatan kabut materi!

0 comments:

Post a Comment