Irawan adalah putra Arjuna dengan Dewi Ulupi (putri
Begawan Kanwa dari pertapaan Yasarata). Ia lahir dan tumbuh besar di Yasarata.
Irawan menikah dengan Dewi Titisari, putri Kresna.
Kemunculan
Irawan versi Mahabharata muncul
pertama kali ketika para Pandawa menjalani masa pembuangan di hutan selama 12
tahun. Suatu ketika Arjuna diutus Yudistira, kakak sulungnya, untuk bertapa
mencari pusaka sebagai bekal untuk menghadapi para Korawa. Ia akhirnya
mendapatkan pusaka bernama Pasupati pemberian Dewa Siwa. Arjuna kemudian
diundang oleh Dewa Indra untuk tinggal di kahyangan untuk beberapa waktu karena
jasa-jasanya menumpas para asura musuh dewata. Pada saat itulah Irawan datang
menyusul. Ia naik ke kahyangan dan mengaku sebagai putra Arjuna. Setelah
mendapatkan bukti-bukti yang jelas, Arjuna pun mengakui Irawan sebagai
putranya.
Irawan versi Jawa muncul ketika para
Pandawa masih berkuasa di Kerajaan Amarta. Saat itu ia menyamar dengan nama
Gambiranom dan berhasil mengalahkan sekutu Pandawa yang bernama Jayasantika
raja Nrancang Kencana. Setelah itu, ia membawa pasukan Nrancang Kencana untuk
menyerang Kerajaan Hastina. Para Korawa kewalahan menghadapi serangan mendadak
tersebut sehingga mereka pun meminta bantuan para Pandawa. Ketika bertempur
melawan para Pandawa, Gambiranom akhirnya membuka jati diri sebagai anak Ulupi
yang telah dinikahi Arjuna. Ia mendapat pesan dari kakeknya bahwa untuk mengaku
sebagai putra Pandawa harus terlebih dahulu menunjukkan keunggulan. Itulah
sebabnya ia pun menyerang dan menaklukkan Nrancang Kencana untuk dipakainya
menyerang Hastina.
Kematian
Mahabharata bagian keenam atau
Bhismaparwa mengisahkan Irawan gugur dalam perang besar di Kurukshetra pada
hari kedelapan. Ia berperang di pihak Pandawa dan sempat membunuh banyak sekutu
Korawa, antara lain adik-adik Sangkuni. Irawan akhirnya tewas dipenggal
kepalanya oleh seorang raksasa bernama Alambusa putra Resyasrengga. Alambusa
sendiri akhirnya tewas pada hari ke-14 di tangan Gatotkaca.
Kisah perang di Kurukshetra yang
disadur dalam naskah berbahasa Jawa Kuna berjudul Kakawin Bharatayuddha
mengisahkan Irawan tewas di tangan raksasa bernama Srenggi. Srenggi kemudian
mati di tangan Gatotkaca.
Versi pewayangan Jawa mengisahkaan
kematian Irawan dengan lebih panjang. Irawan dikisahkan cemburu pada Abimanyu
karena sebagai sesama putra Arjuna, ia tidak diajak ikut serta dalam perang
Baratayuda. Irawan kemudian berangkat menuju padang Kurusetra untuk terjun ke
dalam peperangan meskipun tanpa izin dari orang tuanya. Di dalam pertempuran ia
berjumpa dengan raja raksasa bernama Kalasrenggi dari Kerajaan Selamangleng.
Kalasrenggi memihak Korawa karena ayahnya yang bernama Jatagimbal tewas dibunuh
Arjuna. Irawan pun tampil menghadapi Kalasrenggi demi untuk memamerkan bahwa
kesaktiannya tidak kalah dibandingkan Abimanyu, ataupun Gatotkaca. Pasukan
Selamangleng ditumpasnya habis seorang diri. Akibatnya, ia pun merasa letih dan
dapat ditangkap oleh Kalasrenggi. Kalasrenggi kemudian menggigit leher Irawan
sampai putus. Namun, Irawan sempat menusuk jantung Kalasrenggi menggunakan
keris. Keduanya pun tewas bersama saat itu juga.
Versi lain mengisahkan pertempuran
Irawan dengan Kalasrenggi terjadi sebelum perang Bharatayuda, yaitu ketika
Irawan dalam perjalanan ke Amarta untuk bergabung dengan keluarga Pandawa
bertemu dengan Kalasrenggi. Dan terjadilah pertempuran tersebut.
BAMBANG IRAWAN adalah putra Arjuna,
salah satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi Ulupi, putri Bagawan Kanwa
(Bagawan Jayawilapa-pedalangan Jawa), dari pertapaan Yasarata.
Bambang Irawan mempunyai 13 orang saudara lain ibu, bernama; Abimanyu, Sumitra, Bratalaras, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabukusuma, Wijanarka, Antakadena dan Bambang Sumbada.
Irawan lahir di pertapaan Yasarata dan sejak kecil tinggal di pertapaan bersama ibu dan kakeknya.
Irawan berwatak tenang, jatmika, tekun dan wingit.
Bambang Irawan mempunyai 13 orang saudara lain ibu, bernama; Abimanyu, Sumitra, Bratalaras, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabukusuma, Wijanarka, Antakadena dan Bambang Sumbada.
Irawan lahir di pertapaan Yasarata dan sejak kecil tinggal di pertapaan bersama ibu dan kakeknya.
Irawan berwatak tenang, jatmika, tekun dan wingit.
Menurut kisah pedalangan Irawan
tewas dalam peperangan melawan Ditya Kalasrenggi putra Prabu Jatagempol dengan
Dewi Jatagini dari negara Gowabarong, menjelang pecah perang Bharatayuda.
Sedangkan menurut Mahabharata, Irawan gugur dalam awal perang Bharatayuda melawan Ditya Kalaseringgi, raja negara Gowabarong yang berperang di pihak keluarga Kurawa/Astina.
Sedangkan menurut Mahabharata, Irawan gugur dalam awal perang Bharatayuda melawan Ditya Kalaseringgi, raja negara Gowabarong yang berperang di pihak keluarga Kurawa/Astina.
BAMBANG IRAWAN
Bambang Irawan putra Raden Arjuna
dan perkawinannya dengan Dewi Ulupi, putri Resi Kanwa, seorang pendeta di
Gunung Yasarata.
Irawan selalu tinggal di pertapaan
dengan ibunya. Hanya bila perlu ia datang ke negara Pendawa. Karena saktinya
pernah ia menjadi raja, bernama Prabu Gambiranom dan sewaktu menjadi raja
berhasil membawa panah pusaka Arjuna, bernan’a Ardadedali dan oleh karenanya
kesaktian Irawan bertambah.
Sewaktu menjadi Prabu Gambiranom, ia
mempunyai prajurit wanit yang disebut Ladrangmungkung. Prajurit ini sakti dan
dapat mengalahkan Raden Arjuna.
Irawan diminta ibunya menawan Raden
Arjuna. Dapat dilaksanakanlah permintaan Dewi Ulupi mi, tetapi Arjuna dimatikan
dan oleh prajuritprajui-it wanita dibawa ke hadapan Dewi Ulupi. Setelah Arjuna
kena raba tangan Dewi Ulupi, hidup kembali]ah ia. Beginilah memang adat Arjuna.
Ketika di dalam perang Baratayuda
Irawan pergi ke rnedan perang, di tengah jalan ia berjumpa dengan raja raksasâ
Kaasrenggi. Terjadilah perang dan kedua-duanya tewas.
Kematian ksatria ini sangat
disesalkan oleh keluarga Pendawa, karena ia mati sebelum sampai di medan
perang.
Bambang Irawan bermata jaitan,
berhidung mancung. Bersanggul kadal menek. Bersunting kembang kluwih. Berkalung
putran bentuk bulan sabit. Bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkain
katongan dan bercelana cindai.
Untuk menggambarkan Prabu
Gambiranom, digunakan wayang Raja Seberang bagus. Ia beristrikan Dewi Titisari,
putri Prabu Kresna.
Sumber : Sejarah Wayang Purwa -
Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982
0 comments:
Post a Comment