Thursday, 6 November 2014

Bahasa Gaul Merusak Bahasa Indonesia



Assalamu’alaikum wr. wb.
Yang terhormat, dewan juri Lomba Pidato Bahasa Indonesia se-Kabupaten Blora,
yang saya hormati, Bapak/Ibu guru pendamping,
tak lupa teman-teman peserta lomba yang saya sayangi.
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul di aula Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga ini dalam keadaan sehat wal’afiat untuk mengikuti Lomba Pidato Bahasa Indonesia se-Kabupaten Blora Tahun 2014.

Hadirin yang saya hormati,
Pada kesempatan kali ini, perkenankanlah saya menyampaikan sebuah pidato tentang pendidikan. Saya akan menguraikan tentang penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan remaja yang dewasa ini sangat ironis dan memprihatinkan.
Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa yang tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar, Bahasa Indonesia rusak justru di tangan para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosa kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya ‘gue’ yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa kata yang tidak jelas artinya seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan muncul partikel-partikel seperti ‘-sih’ dan ‘dong’.
Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun telah mendarah daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis dengan ‘bahasa gaul’ dengan teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari dan menulis sms.
Hadirin yang berbahagia,
Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin, beberapa tahun kedepan masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun bagaimana dengan lima puluh tahun yang akan datang? Apakah Bahasa Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang ditelan ‘bahasa gaul’?
Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli dengan Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa ‘bahasa gaul’ telah mengikis dan merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, marilah kita menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.
Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan  membiasakan diri menggunakan Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik mulai dari diri kita sendiri, karena hal besar berawal dari hal kecil. Setelah itu marilah kita mengajak teman-teman dan orang-orang di sekitar kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan benar. Hal yang tak kalah penting adalah dengan tetap memberikan pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran yang menarik kepada siswa di sekolah agar siswa sadar akan pentingnya Bahasa Indonesia dan mampu untuk turut melestarikan bahasa nasional ini. Dengan demikian, niscaya Bahasa Indonesia akan tetap terjaga keberadaannya sampai kapanpun.
Demikian yang dapat Saya sampaikan. Sebelum saya mengakhiri pidato pada kesempatan ini, perkenankanlah saya berpantun.
Hendak kemana sang pangeran
mengapa putri ditinggalkan
Terimakasih atas perhatian
salah kata mohon dimaafkan
Akhir kata,
Wassalamu’alaikum wr. wb.

0 comments:

Post a Comment