Assalamu’alaikum wr. wb.
Yang terhormat, dewan juri Lomba
Pidato Bahasa Indonesia se-Kabupaten Blora,
yang saya hormati, Bapak/Ibu guru
pendamping,
tak lupa teman-teman peserta lomba
yang saya sayangi.
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita sehingga
kita dapat berkumpul di aula Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga ini dalam
keadaan sehat wal’afiat untuk mengikuti Lomba Pidato Bahasa Indonesia
se-Kabupaten Blora Tahun 2014.
Hadirin yang saya hormati,
Pada kesempatan kali ini, perkenankanlah saya menyampaikan
sebuah pidato tentang pendidikan. Saya akan menguraikan tentang penggunaan
Bahasa Indonesia di kalangan remaja yang dewasa ini sangat ironis dan
memprihatinkan.
Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar
sesuai kaidah berbahasa yang tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan
teknologi dan pengaruh budaya luar, Bahasa Indonesia rusak justru di tangan
para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa Indonesia oleh remaja masa kini,
terutama di kota-kota besar, sangat tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang
baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa
daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosa kata baru
banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya ‘gue’ yang berasal dari Bahasa Betawi,
digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’
untuk mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’
untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa kata yang tidak jelas artinya
seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’
dan muncul partikel-partikel seperti ‘-sih’
dan ‘dong’.
Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di
lingkungan pergaulan, namun telah mendarah daging dan tak jarang digunakan
remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun.
Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis dengan ‘bahasa gaul’ dengan
teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam percakapan
sehari-hari dan menulis sms.
Hadirin yang berbahagia,
Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya
nilai kesopanan remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan
dampak tidak langsungnya adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin,
beberapa tahun kedepan masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar, namun bagaimana dengan lima puluh tahun yang akan datang? Apakah Bahasa
Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang ditelan ‘bahasa gaul’?
Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar
yang masih peduli dengan Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa
‘bahasa gaul’ telah mengikis dan merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
sebagai generasi muda, marilah kita menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.
Bagaimana caranya? Caranya
adalah dengan membiasakan diri
menggunakan Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik mulai
dari diri kita sendiri, karena hal besar berawal dari hal kecil. Setelah itu
marilah kita mengajak teman-teman dan orang-orang
di sekitar kita untuk menggunakan
Bahasa Indonesia dengan benar. Hal yang tak kalah penting adalah dengan
tetap memberikan pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran yang menarik kepada siswa di sekolah agar siswa
sadar akan pentingnya Bahasa Indonesia dan mampu untuk turut melestarikan
bahasa nasional ini. Dengan demikian, niscaya Bahasa Indonesia akan tetap
terjaga keberadaannya sampai kapanpun.
Demikian yang dapat Saya sampaikan. Sebelum saya mengakhiri pidato pada kesempatan ini, perkenankanlah saya
berpantun.
Hendak kemana sang pangeran
mengapa putri ditinggalkan
Terimakasih atas perhatian
salah kata mohon dimaafkan
Akhir kata,
Wassalamu’alaikum wr. wb.
0 comments:
Post a Comment