BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alam semesta
adalah fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam
peristiwa alam yang dapat diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh
manusia.
Ada penciptaan, proses dari
ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada pen-ciptaan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlang-sung pula ribuan, bahkan
jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui.
Sebenarnya seluruh kejadian di alam
semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep
yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan
mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak
tabir rahasianya oleh manusia.
B.
Tujuan
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2.
Mengetahui konsep alam semesta
3.
Mengetahui proses kejadian alam
semesta
4.
Mengetahui hubungan manusia
dengan alam
BAB II
PEMBAHASAN
ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN ISLAM
A. Konsepsi tentang Alam Semesta
Konsepsi dan
persepsi tentang Alam Semesta
Konsepsi
tentang alam mengandung arti kosmogoni
(asal-usul alam semesta) dan ada kaitannya dengan masalah identifikasi. Tidak
seperti konsepsi indera, yang lazim dimilikimanusia dan makhluk hidup lainnya
identifikasi ini hanya di miliki oleh manusia. Karena itu ,konsepsi tentang
alam semesta juga hanya di miliki oleh manusia. Konsepsi ini bergantung pada
pemikiran dan pemahamannya. Dari
persepsi indera tentang alam semesta banyak bintang ang lebih maju
ketimbang manusia, karena bintang memiliki indera tertentu yang tidak di miliki
oleh manusia.
Beragam konsepsi tentang alam semesta.
Pada
umumnya ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta atau identifikasi tentang
alam semesta atau dengan kata lain interpretasi manusia tentang alam semesta.
Sumber interpretasi ini ada tiga hal:
Ilmu
pengetahuan, filsafat, agama. Maka dapat dikatakan bahwa ada tiga macam
konsepsi tentang alam semesta: konsepsi ilmiah, konsepsi filosofis dan konsepsi
religious.
Konsepsi ilmiah tentang alam semesta
Ilmu
pengetahuan dapat member manusia tentang sesuatu. Juga dapat memberikan
pengetahuan tentang selembar daun. Kemudian karena memperkenalkan manusia
dengan hukum tertentu yang mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan mampu
membuat manusia dapat mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu dan dengan
demikian ilmu pengetahuan memajukan industry dan teknologi. Dari pembahasan
terdahulu jelaslah bahwa ideologi membutuhkan tentang alam yang
1. Dapat
menjawab pertanyaan penting mengenai alam semesta sebagai keseluruhan, bukan
hanya bagian dari alam semesta.
2. Dapat
menjadi konsepsi abadi dan andal bukan konsepsi yang sifatnya untuk semestara
waktu.
3. Dapat
memiliki nilai teorotis dan nilai realistis juga bukan semata-mata nilai
praktis dan nilai teknis saja. Jadi jiga jelas bahwa konsepsi ilmu pengetahhuan
tentang alam, sekalipun memiliki hal-hal lain yang dapat dipercaya, tidak
memiliki ketiga syarat ini.
Konsepsi
alam semesta menurut agama islam adalah islam membawakan tauhid dalam bnetuknya
yang paling murni. Dari sudut pandang islam,tidak ada yang seperti alloh swt
dan tidak ada yang menyamainya.
Tidak ada yang serupa dengan-Nya. (QS asy-syura :
11)
Independensi
allah mutlak sifatnya. Segala sesuatu bergantung pada-nya,namun Dia tidak
bergantung pada apa dan siapa.
Allah melihat
dan mengetahui segala sesuatu.dia melakukan mampu melakukan apapun
yangdikehendakinya
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ( Qs. Asyura: 12)
Dia mampu melakukan segala sesuatu ( Qs. Al Hajj;
26)
Allah SWT ada dimana-,mana setiap tempat,
entah diatas langit atau dikedalaman bumi, memiliki hubungan yang sama
denganNya. Kearah manapun kita menghadap, kita menghadap Allah SWT:
Kemanapun kamu berpaling disitulah wajah Allah SWT
(QS, Al baqoroh: 115)
Dari
sudut pandang tauhid dan konsepsi islam tentang alam semesta, alam semesta
merupakan ciptaan dan diurus oleh kehendak dan perhatian Allah SWT. Jika Allah
sekejap saja tidak member perhatian maka seluruh alam semesta akan binasa
seketika itu juga. Segala yang diciptakan Allah tidaklah sia-sia. Sistem yang
ada pada alam semesta adalah system yang paling sempurna. Sistem ini
memanifestasikan keadilan dan kebenaran dan didasarkan pada serangkaian sebab
akibat. Takdir Allah berlaku untuk alam semesta. Manusia ditakdirkan oleh
takdir Allah untuk merdeka dan bertanggung jawab. Manusia adalah tuhan bagi
nasibnya sendiri dan manusia memiliki harkat dan martabat khususnya. Manusi
tempat untuk menjadi khalifah di alam semesta yang telah diciptakan Allah SWT.
Pandangan filosofis mengenai alam semesta
Meskipun konsepsi filosofis megenai
alam semesta tidak seksama dan spesifik konsepsi ilmu pengetahuan, namun
konsepsi filosofis didasarkan pada sejumlah prinsip yang jelas dan tidak
disaangka lagi oleh akal. Prinsip ini mempengaruhi reaksi manusia terhadap
pengalamannya berhubungan dengan alam. Prinsip ini menentukan sikapnya dan
memberinya pandangan tertentu mengenai alam semesta. Prinsip ini menberinya
pandangan tertentu mengenai alam semesta. Prinsip ini meberikan makna kepada
kehidupannya atau menariknya kearah hal-hal yang sepele dan tak masuk akal. Itulah
sebabnya kami katakana bahwa ilmu pengetahuan tak dapat memberikan konsepsi
tentang alam yang dapat menjadi dasar bagi ideology, sementara filsafat dapat.
Konsepsi
religious mengenai alam semesta
Dalam agama-agama tertentu seperti
islam konsep religious tentang alam semesta mengambil warna filosofis atau
argumentative dan merupakan bagian integral dari agam itu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan yang diangkat oleh agama didasarkan pada pemikiran dan
bujah. Dengan demikian konsepsi islam mengenai alam semesta bersifat rasional
dan filosofis. Selain nilai konsepsi filosofis yaitu abadi dan komprehensif,
konsepsi religious tentang alam semesta tak seperti konsepsi ilmiah dan
filosofis murni, memiliki satu lagi nilai yaitu menyucikan prinsip-prinsip
konsepsi alam semsta.
Konsepsi tauhid
tentang alam semesta
KOnsepsi tauhid mengenai alam semsta
memberikan arti, semangat dan tujuan kepada kehidupan. Konsepsi ini menempatkan
manusia di jalan menuju kesempurnaan yang selalu ditujunya tanpa pernah
berhenti pada tahap apapun. Konsepsi tauhid ini memiliki daya tarik khusus.
Konsepsi ini memberikan vitalitas dan kekuatan kepada manusia, menawarkan
tujuan yang suci lagi tinggi, dan melahirkan orang-orang yang perduli. Konsepsi
ini merupakan satu-satunya konsepsi tentang alam semsta yang membuat tanggung
jawab manusia terhadap sesamanya menjadi memiliki makna. Juga merupakan satu-satunya konsepsi yang
menyelamatkan manusia dari terjungkal ke jurang kebodohan.
A).
PROSES
KEJADIAN ALAM SEMESTA
Allah
swt telah mengatur semua proses penciptaan
bumi. Dan Allah telah memberitahukan kepada umatnya mengenai penciptaan bumi
dan alam semesta melalui Al-quran. Kitab suci umat islam inilah sumber dari
segala macam ilmu pengetahuan.
Di
dalamnya semua ilmu pengetahuan tertulis untuk membantu kita mencari
pengetahuan dan terus mengimani isi-isinya. Dalam hal ini saya berupaya untuk
sedikit menkaji mengenai ayat dalam al-quran yang membahas megenai penciptaan
bumi.
Dalam
surat An Naaziat (79) ayat 27 – 33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam
semesta. Dalam ayat tersebut tertulis bumi dan alam semesta tercipta dalam enam
masa. Masih dalam perdebatan mengenai enam masa yang dimaksud. Entah itu enam
tahun, enam hari, enam periode, ataupun enam tahapan. Dalam hal ini kami
mencoba mengkaji enam masa yang dimaksud. Tulisan ini kami ambil dari berbagai
sumber.
Annaziat ayat 27
:
”Apakah
kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,(27)”
Dalam ayat tersebut dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini dijelaskan mengenai penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah ”Teori Big Bang”. Teori Big Bang adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa diaktakan awan dan langit yang kita lihat selama ini adalah bentuk pertama dari penciptaan bumi dan alam semesta.
Dalam ayat tersebut dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini dijelaskan mengenai penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah ”Teori Big Bang”. Teori Big Bang adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa diaktakan awan dan langit yang kita lihat selama ini adalah bentuk pertama dari penciptaan bumi dan alam semesta.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari
kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya.
Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi.
Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi,
menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta
yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian
yang terisi.
Annaziat ayat 28
:
”Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya,(28)”
Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah “meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.
Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah “meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”,
menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses
yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran
dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus
mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Annaziat
ayat 29 :
”Dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29)”
Memasuki masa III, di sini yang dapat kita saksikan dalam
kehidupan sehari-hari. Allah SWT telah membuat
siang-malam secara bergantian. Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan
menjadikan siang yang terang benderang. Dapat diartikan dalam ayat ini Matahari
sebagai sumber cahaya dan bumi berputar mengelilinya. Karena perputaran bumi
tersebut terjadilah siang dan malam.
Annaziat
ayat 30 :
”Dan
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (30)” Di masa IV inilah mulai bumi terbentuk.
dimulai dengan pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Annaziat ayat 31 :
“Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya(31)”
Pada ayat ini, dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika bumi terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Annaziat ayat 32 :
“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, (32)”
Memasuki masa VI, atau masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung yang terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
Memasuki masa VI, atau masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung yang terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
Setelah terbentuk gunung, maka
diciptakanlah hewan-hewan, dan manusia hingga sekarang ini. Dijelaskan dalam
Annaziat ayat 33 :
”(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”.
”(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”.
Begitulah kira-kira proses penciptaan bumi.
Banyak dari ayat-ayat dan surat lain yang menjelaskan mengenai penciptaan bumi.
Namun saya hanya memfokuskan kepada surat Annaziat, ayat27-33. untuk lebih
jelasnya bisa kaji bersama-sama kedepannya nanti.
Hikmah apa yang bisa petik?
1.
Dalam surat Al baqarah ayat 2
dijelaskan:
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Sangat jelas di dalam al quran tidak keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya telah terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu pengetahuan. jika kita terus berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita termasuk orang yang bertaqwa.
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Sangat jelas di dalam al quran tidak keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya telah terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu pengetahuan. jika kita terus berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita termasuk orang yang bertaqwa.
2.
Al quran tidak hanya untuk sekadar
di baca, namun diperlukan pengkajian lebih dalam mengenai segala macam
isi-isinya. Di dalamnya terdapat segala macam ilmu pengetahuan yang bisa terus
kita gali.
3.
Segala sesuatu mengenai kehidupan di
bumi ini, telah diatur oleh Allah SWT. Kita tinggal bertaqwa kepada Allah SWT
agar diberikan petunjuk kebenaran dalam hidup ini.
Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi
terbagi dalam dua kelompok.:
1.
Kelompok pertama beranggapan bahwa
alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya sampai sekarang ini tak
berubah.
2.
Kelompok kedua dan yang paling
diakui saat ini beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau
beruba dan sampai saat ini masih terus mengembang/membesar.
Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis
ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan
seperti dibuktikan oleh adanya big bang, ditafsirkan bahwa alam semesta ini
dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta
itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat
tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak mampu
membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun
sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang
ini menentukan macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih
itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam
semesta ini akan didominir oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit,
berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan
Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya.
Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya.
Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang,
maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu
sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa
dan makin lama makin besar sehingga terbentuk planet-planet ataupun benda
angkasa lainnya selain bintang.
Diperkirakan proses pengembangan alam semesta
tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Dimana setiap galaksi satu
dan galaksi lainnya saling berjauhan satu sama lain setiap waktunya. Proses ini
akan terus berlangsung hingga akhir jaman, dimana alam semesta sudah tidak
memiliki energi yang menopangnya lagi dan alam ini sudah mencapai batas akhir
dari proses pengembangannya. Hingga akhirnya alam semesta ini runtuh. Tak bisa
kita bayangkan kerusakan apa yang akan terjadi ketika bumi, planet yang menjadi
rumah bagi manusia, tertimpa reruntuhan alam semesta yang tak terhingga
besarnya.
B).
HUBUNGAN
MANUSIA DENGAN ALAM
Manusia dan alam mempunyai keterikatan
yang kuat dimana keduanya mempunyai hak dan kewajiban antara satu dengan yang
lain untuk menjaga keseimbangan alam. Hubungan antara manusia dengan alam atau
hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dan
yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan
dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan untuk memerankan
fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan pemeliharaan. Berbuat
adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada semua makhluk sehingga
hubungan yang selaras antara manusia dan alam mampu memberikan dampak positif
bagi keduanya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk mempelajari dan
mengembangkan pengetahuan alam guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada
Allah SWT.
Dalam
pelajaran ekologi manusia, kita akan dikenalkan pada teori tentang hubungan
manusia dengan alam. Salah satunya adalah anthrophosentis. Di sana dijelaskan
mengenai hubungan manusia dan alam. salah satu bentuknya adalah anthoposentris.
dimana manusia menjadi pusat dari alam. maksudnya semua yang ada dialam ini
adalah untuk manusia. Kalau dipikir-pikir emang benar sih. buat apa coba, ada
sapi, ikan, padi, kalau bukan untuk makanan kita. buat apa ada kayu, batu,
pasir, kalau bukan buat bangunan untuk manusia. buat apa ada emas, berlian
kalau gak dipakai oleh manusia sebagai perhiasan.
Allah
SWT. juga menjelaskannya dalam Al Qur’an, bahwa semua yang ada dialam ini
memang sudah diciptakan untuk kepentingan manusia.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu” (al baqarah: 29)
Tapi berbeda dengan anthoroposentris yang menempatkan
manusia sebagai penguasa yang memiliki hak tidak terbatas terhadap alam, maka
islam menempatkan manusia sebagai rahmat bagi alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(al anbiyaa’:107)
walaupun kita diberi kelebihan oleh Allah atas segala sesuatu
di alam ini, tapi kelebihan itu tidak menjadikan kita sebagai penguasa atas
alam dan isinya. Karena alam dan isinya tetaplah milik Allah. Kita hanya
diberikan kekuasaan atas alam tersebut sebagai pengelola dan pemelihara, dan
pemakmur.
Kemudia ketika kita berinteraksi dengan alam, tidak
seperti paham antroposentris yang menghalalkan sebgala cara asal kebutuhan
manusia terpenuhi, islam mengajarkan bahwa hak kita dalam memanfaatkan alam
juga dibatasi oleh hak alam dan isinya itu sendiri.
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya);
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. (al an’am:141)” kita tidak boleh
berlegih-lebihan dalam memanfaatkannya, sehingga menimbulkan kerusakan.
seharusnya semua yang ada dialam ini kita jadikan sebagai sarana untuk berpikir
akan kebesaran Allah SWT.
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang
berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir.(ar ra’du: 4)”
Ada fungsi utama manusia di
dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah dibumi.Esensi dari 'abdun' adalah
ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah,
sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam kontek 'abdun', manusia
menempati posisi sebagai ciptaan Allah.Posisi ini memiliki konsekuensi adanya
keharusan manusia untuk taat dan patuh terhadap penciptanya.Keengganan manusia
menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur
atas anugerah yang diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal.Dengan hilangnya rasa
syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada selain Allah termasuk
menghambakan diri kepada selain Allah termasuk menghambakan diri kepada hawa
nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah
penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.
Manusia diciptakan Allah dengan
dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada
dan kecenderungan kepada perbuatan fasik.Sebagaimana firman Allah, faalhamaha
fujuroha watakwaha.Artinya "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia
kefasikan dan ketakwaan".Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah berikan
petunjuk berupa agama sebagai alat manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu
amarah. Untuk itu Allah berfirman "wahadainahu najdaini"."Aku
tunjukan kamu dua jalan".Akal memiliki kemampuan untuk memilih salah satu
yang terbaik bagi dirinya.
Fungsi yang kedua sebagai
Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab untuk menjaga alam.Manusia
diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumberdaya.Oleh karena itu perlu adanya
ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya agar tetap terdapat keseimbangan dalam alam.
Kerusakan alam lebih banyak disebabkan karena ulah
manusia sendiri.Sebagaimana firman Allah dalam Qs.Arrum 41.
Artinya: “41. Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).”
Untuk
melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa kebebasan
untuk berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya sebagai
makhluk psikofisik.Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut
ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan
terhadap perintah beribadah secara langsung (fungsi sebagai abdun) maupun
konteks ketaatan terhadap sunatullah (fungsi sebagai khalifah).Perpaduan antara
tugas ibadah dan khalifah inilah yang akan mewujudkan manusia yang ideal yakni
manusia yang selamat dunia akherat
Setelah
kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan
betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus
belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar
mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal)
dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber
pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut : Al-Qur’an dan
as-Sunnah : Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an
dan as-Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan
keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga
dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia
diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang
kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai
perintah untuk memikirkan ayat-ayat NYA dan menjadikan Nabi SAW sebagai
pemimpin dalam segala hal.
Manusia
merupakan bagian tak terpisahkan dari alam. Sebagai bagian dari alam,
keberadaan manusia di alam adalah saling mengisi dan melengkapi satu dengan
lainnya dengan peran yang berbeda-beda. Manusia mempunyai peran dan posisi
khusus diantara komponen alam dan makhluq ciptaan Tuhan yang lain yakni sebagai
khalifah, wakil Tuhan dan pemimpin di bumi ( QS: Al An’am:165). Hubungan antara
manusia dengan alam lingkungan hidupnya ini ditegaskan dalam beberapa ayat al
Qur’an dan Hadist Nabi yang intinya adalah :
1) Hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenal kebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan) melalui alam semesta, karena alam semesta adalah tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang memperhamba alam dan dilarang menyembah kecuali kepada Allah yang Menciptakan alam.
2) Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengan segala sumberdayanya diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkan sumberdaya alam guna menunjang kehidupannya ini harus dilakukan secara wajar (tidak boleh berlebihan). Demikian pula tidak diperkenankan pemanfaatan sumberdaya alam hanya untuk memenuhi kebutuhan bagi generasi saat ini sementara hak-hak pemanfaatan bagi generasi mendatang terabaikan. Manusia dilarang pula melakukan penyalahgunaan pemanfaatan dan atau perubahan alam dan sumberdaya alam untuk kepentingan tertentu sehingga hak pemanfatatannya bagi semua kehidupan menjadi berkurang atau hilang.
3) Hubungan pemeliharaan. Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan mengabaikan asas konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang (haram) dan akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya manusia yang mampu menjalankan peran pemeliharaan alam ini dengan baik, maka baginya tersedia ganjaran dari Allh swt.
Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, berhubungan pula dengan alam sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam berhubungan dengan Tuhan ini manusia memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenal dan memahami Tuhan (yakni: alam adalah ayat-ayat kauniah Tuhan). Manusia juga memerlukan alam (misalnya: papan, pangan, sandang, alat transportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt. Hubungan manusia–alam ini adalah bentuk hubungan peran dan fungsi, bukan hubungan sub-ordinat (yakni: manusia adalah penguasa alam) sebagaimana pahamnya penganut antroposentrisme dan kaum materialis. Sementara itu alam berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakannya dan mengaturnya. Jadi alampun tunduk terhadap ketentuan atau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Memelihara alam. Agar manusia bisa memahami alam dengan segala hukum-hukumnya, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu tentang alam. Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan mamahami yang Menciptakan dan Memelihara alam, agar bisa berhubungan denganNya.
Dalam pandangan Islam, manusia disamping sebagai salah satu makhluk Tuhan, ia sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhan dimuka bumi (Al An’am: 165). Sebagai mahkluk Tuhan, manusia mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Penciptanya (al-Chaliq). Dalam penghambaan ini manusia tidak diperkenankan (haram) untuk mengabdi kepada selain Allah. Pengabdian atau penghambaan kepada selain Allah merupakan perbuatan syirk dan merupakan dosa besar. Dalam pengabdian ini terkandung konsep tauhid (peng Esaan) terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam hubungan antara manusia, alam dan Tuhan.
Sebagai wakil Allah, maka manusia harus bisa merepresentasikan peran Allah terhadap alam semesta termasuk bumi seisinya antara lain memelihara (al rab) dan menebarkan rakhmat (rakhmatan) di alam semesta. Oleh karena itu kewajiban manusia terhadap alam dalam rangka pengabdiannya kepada Allah swt adalah melakukan pemeliharaan terhadap alam (termasuk pemeliharaan kehidupan diri = hifdzun nafs) untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di alam. Untuk mempertahankan dan memenuhi hajat hidupnya, manusia diperkenankan oleh Tuhan untuk memanfaatkan segala sumberdaya alam secara wajar (sesuai dengan kebutuhan) dan bertanggungjawab. Segala sikap, perilaku atau perbuatan manusia (lahir dan batin) yang berkaitan dengan pemeliharaan alam harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan setelah kehidupan dunia ini berakhir. Islam melarang pemanfaatan alam (sumberdaya alam) yang melampaui batas atau berlebihan atau isyraf (Al An’am: 141-142).
Pemanfaatan (eksploitasi) sumberdaya alam yang berlebihan akan menguras sumberdaya alam yang bersangkutan hingga habis tak tersisa, sehingga hak-hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam bagi generasi yang akan datang terabaikan. Hal ini merupakan perbuatan pelanggaran terhadap hukum atau ketetapan Tuhan sekaligus pelanggaran amanah, sehingga merupakan perbuatan dosa besar pula. Dalam aras praktis untuk menjaga kemanfaatan dan kelestarian alam (fungsi manfaat dan reproduksi), misalnya Rasulullah Muhammad SAW melarang memetik buah sebelum matang (ripe) dan siap dikonsumsi, melarang memetik bunga sebelum mekar dan menyembelih hewan ternak yang masih kecil dan belum berumur. Nabi juga mengajarkan agar manusia selalu bersahabat sekalipun terhadap makhluk yang tak beryawa. Istilah “penaklukan” atau “penguasaan” alam seperti yang dipelopori oleh pandangan Barat yang sekuler dan materialistik tidak dikenal dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang berhak untuk menguasai dan mengatur alam adalah Yang Maha menciptakan dan Maha Mengatur yakni Rab al alamiin.
1) Hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenal kebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan) melalui alam semesta, karena alam semesta adalah tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang memperhamba alam dan dilarang menyembah kecuali kepada Allah yang Menciptakan alam.
2) Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengan segala sumberdayanya diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkan sumberdaya alam guna menunjang kehidupannya ini harus dilakukan secara wajar (tidak boleh berlebihan). Demikian pula tidak diperkenankan pemanfaatan sumberdaya alam hanya untuk memenuhi kebutuhan bagi generasi saat ini sementara hak-hak pemanfaatan bagi generasi mendatang terabaikan. Manusia dilarang pula melakukan penyalahgunaan pemanfaatan dan atau perubahan alam dan sumberdaya alam untuk kepentingan tertentu sehingga hak pemanfatatannya bagi semua kehidupan menjadi berkurang atau hilang.
3) Hubungan pemeliharaan. Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan mengabaikan asas konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang (haram) dan akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya manusia yang mampu menjalankan peran pemeliharaan alam ini dengan baik, maka baginya tersedia ganjaran dari Allh swt.
Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, berhubungan pula dengan alam sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam berhubungan dengan Tuhan ini manusia memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenal dan memahami Tuhan (yakni: alam adalah ayat-ayat kauniah Tuhan). Manusia juga memerlukan alam (misalnya: papan, pangan, sandang, alat transportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt. Hubungan manusia–alam ini adalah bentuk hubungan peran dan fungsi, bukan hubungan sub-ordinat (yakni: manusia adalah penguasa alam) sebagaimana pahamnya penganut antroposentrisme dan kaum materialis. Sementara itu alam berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakannya dan mengaturnya. Jadi alampun tunduk terhadap ketentuan atau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Memelihara alam. Agar manusia bisa memahami alam dengan segala hukum-hukumnya, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu tentang alam. Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan mamahami yang Menciptakan dan Memelihara alam, agar bisa berhubungan denganNya.
Dalam pandangan Islam, manusia disamping sebagai salah satu makhluk Tuhan, ia sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhan dimuka bumi (Al An’am: 165). Sebagai mahkluk Tuhan, manusia mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Penciptanya (al-Chaliq). Dalam penghambaan ini manusia tidak diperkenankan (haram) untuk mengabdi kepada selain Allah. Pengabdian atau penghambaan kepada selain Allah merupakan perbuatan syirk dan merupakan dosa besar. Dalam pengabdian ini terkandung konsep tauhid (peng Esaan) terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam hubungan antara manusia, alam dan Tuhan.
Sebagai wakil Allah, maka manusia harus bisa merepresentasikan peran Allah terhadap alam semesta termasuk bumi seisinya antara lain memelihara (al rab) dan menebarkan rakhmat (rakhmatan) di alam semesta. Oleh karena itu kewajiban manusia terhadap alam dalam rangka pengabdiannya kepada Allah swt adalah melakukan pemeliharaan terhadap alam (termasuk pemeliharaan kehidupan diri = hifdzun nafs) untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di alam. Untuk mempertahankan dan memenuhi hajat hidupnya, manusia diperkenankan oleh Tuhan untuk memanfaatkan segala sumberdaya alam secara wajar (sesuai dengan kebutuhan) dan bertanggungjawab. Segala sikap, perilaku atau perbuatan manusia (lahir dan batin) yang berkaitan dengan pemeliharaan alam harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan setelah kehidupan dunia ini berakhir. Islam melarang pemanfaatan alam (sumberdaya alam) yang melampaui batas atau berlebihan atau isyraf (Al An’am: 141-142).
Pemanfaatan (eksploitasi) sumberdaya alam yang berlebihan akan menguras sumberdaya alam yang bersangkutan hingga habis tak tersisa, sehingga hak-hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam bagi generasi yang akan datang terabaikan. Hal ini merupakan perbuatan pelanggaran terhadap hukum atau ketetapan Tuhan sekaligus pelanggaran amanah, sehingga merupakan perbuatan dosa besar pula. Dalam aras praktis untuk menjaga kemanfaatan dan kelestarian alam (fungsi manfaat dan reproduksi), misalnya Rasulullah Muhammad SAW melarang memetik buah sebelum matang (ripe) dan siap dikonsumsi, melarang memetik bunga sebelum mekar dan menyembelih hewan ternak yang masih kecil dan belum berumur. Nabi juga mengajarkan agar manusia selalu bersahabat sekalipun terhadap makhluk yang tak beryawa. Istilah “penaklukan” atau “penguasaan” alam seperti yang dipelopori oleh pandangan Barat yang sekuler dan materialistik tidak dikenal dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang berhak untuk menguasai dan mengatur alam adalah Yang Maha menciptakan dan Maha Mengatur yakni Rab al alamiin.
BAB III
KESIMPULAN
Allah
menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah
mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan
menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu,
Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi
amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang
dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan
rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah
amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang
selama hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Manusia
diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi
melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak
berarti Allah tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan
tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang
disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang
juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan
yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang
yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora
dan fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem.
Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan
alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang dalam
komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber
inspirasi moral dan etika itu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Mansoer, Hamdan. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta : DIKTI.
Anonim, 2008. Sumber
Ilmu Pengetahuan dalam Islam, blogspot : Al-Ikhwan.net.
Zuhairini, dkk, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara,.
http: ferdahartanti.blogspot.com
www. untukku.com
http: koesandi. Wordpress.com
0 comments:
Post a Comment