Apabila
mim yang mati (مْ )
bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah, maka akan mempunyai tiga hukum
bacaan yaitu;
1.
Ikhfa’ Syafawi
2. Idghom Mimi
2. Idghom Mimi
3.
Idzhar Syafawi
1.
Ikhfa’ Syafawi
Ikhfa berarti samar, dan syafawi berarti bibir.
Ikhfa’ Syafawi merupakan sifat dari "Mim Mati ( مْ )" adalah samarnya suara “Mim ( مْ ) ketika bertemu dengan huruf “Ba' (ب )”.
Syarat Ikhfa Syafawi:
Pertama: Apabila huruf “ba' (ب )” berada setelah "Mim Mati ( مْ )"
Kedua: Terjadi diantara dua kata.
Ketiga: Terjadinya proses ghunnah.
Durasi pembacaan Ikhfa’ Syafawi adalah 2 mad atau 4 ketukan.
Ikhfa berarti samar, dan syafawi berarti bibir.
Ikhfa’ Syafawi merupakan sifat dari "Mim Mati ( مْ )" adalah samarnya suara “Mim ( مْ ) ketika bertemu dengan huruf “Ba' (ب )”.
Syarat Ikhfa Syafawi:
Pertama: Apabila huruf “ba' (ب )” berada setelah "Mim Mati ( مْ )"
Kedua: Terjadi diantara dua kata.
Ketiga: Terjadinya proses ghunnah.
Durasi pembacaan Ikhfa’ Syafawi adalah 2 mad atau 4 ketukan.
Berikut
ini adalah contoh bacaan Ikhfa’ Syafawi:
Cara membaca Ikhfa Syafawi :
Cara membaca Ikhfa Syafawi :
Cara
membaca atau melafadzkannya, sewaktu mendengungkan مْ sukun sudah
menempati makhrojnya huruf ba' (ب ).
Pada
ketukan ke-5 kita mengucapkan ‘him’. Pertahankan bibir pada posisi pengucapan
“m” hingga ketukan ke-9. Bersamaan dengan pengucapan ‘bi’ pada ketukan ke-9,
bunyi ‘m’ pun menghilang. Bunyi ‘m’ dari ketukan ke-5 hingga menjelang ketukan
ke-9 tidak boleh terputus. Jadi suaranya berdengung pada bunyi ‘m’. Itulah yang
disebut dengan suara Ikhfa
Syafawi.
Dinamakan syafawi karena tempat keluarnya huruf ba'(ب) dan mim(م) itu adalah pada dua bibir.
2.
Idghom Mimi
Dinamakan idghom Mimi karena dalam proses idghomnya huruf mim dimasukkan ke dalam huruf mim pula. Idghom Mimi disebut juga dengan IIdghom Mutamatsilain yaitu “dua huruf yang sama”.
Idghom Mimi merupakan sifat "Mim Mati ( مْ ) yaitu hilang atau leburnya bunyi م ketika bertemu dengan huruf “mim (م )”.
Durasi pembacaan Idghom Mimi adalah 2 mad atau 4 ketukan.
Definisi
Idghom mimi: Memasukkan mim pertama ke mim kedua, sehingga kedua mim tersebut
menjadi satu mim yang bertasydid, dengan tasydid yang agak lemah untuk
mewujudkan ghunnah.
Berikut ini adalah contoh bacaan Idghom
Mimi :
:
Cara
membacanya : mim pertama yang mati dimasukkan kepada mim yang kedua dengan
disertai suara dengung (ghunnah).
Pada
ketukan ke-5 kita membaca ‘hum’. Pertahankan bibir pada posisi
bunyi ‘m’ hingga ketukan ke-9. Bunyi ‘m’ akan lepas bersamaan dengan bunyi
‘minj’ pada ketukan ke-9. Bunyi ‘m’ dari ketukan ke-5 hingga ketukan ke-9 tidak
boleh terputus. Itulah yang disebut dengan bunyi Idghom Mimi.
Dengung terjadi pada bunyi ‘m’ dengan
durasi 4 ketukan.
Idghom ini juga
dinamakan Idghom Mutamatsilain yaitu “dua huruf yang sama”.
3. Idzhar Syafawi
Idzhar Syafawi artinya jelas dan terang. Syafawi artinya bibir
Idzhar Syafawi terjadi apabila mim mati bertemu dengan huruf hijaiyah selain mim dan ba, maka dinamakan Idhzar Syawafi.
Idzhar
Syafawi merupakan sifat huruf mim sukun مْ
,
yaitu jelasnya suara mim(bukan suara bunyi lain) ketika huruf mim sukun bertemu
selain huruf ba' (ب
) dan mim ( م
).
Durasi pembacaan Idzhar Syafawi sama dengan durasi pembacaan huruf sukun biasa, yaitu hanya 1 ketukan saja.
Berikut ini adalah contoh bacaan Idzhar
Syafawi:
Cara
membacanya, مْ
sukun
harus dibaca dengan suara jelas atau terang terutama huruf itu adalah fa’
(ف
) dan wawu (و )
sebab kedua huruf itu tempat keluarnya sama-sama berada dibibir.
Cara membaca Idzhar Syafawi adalah sebagai berikut:
Penggalan
ayat tersebut di atas terdiri atas 15 huruf. Namun, karena ada se buah tanwin
(yang dibaca Idzhar Halqi) dan mad maka ketukan bertambah 2 menjadi 17
ketukan. Oleh karena penggalan ayat di atas harus dibaca dengan 17
ketukan yang rata dan konstan. Ingat … bahwa tiap huruf mempunyai hak ketukan
yang sama, dan prinsip ketukan adalah rata dan konstan.
Bacaan
Idzhar Syafawi terjadi pada ketukan ke-4, dimana ‘Mim Sukun’ bertemu
huruf ‘Hamzah’. Huruf ‘Mim Sukun’ pada ketukan ke-4 dibaca dengan
bunyi ‘m’ yang jelas. Ia mempunyai hak 1 ketukan saja.
Bacaan
Idzhar Syafawi juga terjadi pada ketukan ke-13, dimana ‘Mim Sukun’ bertemu
huruf ‘Nun’. Huruf ‘Mim Sukun’ pada ketukan ke-13 dibaca
dengan bunyi ‘m’ yang jelas. Ia mempunyai hak 1 ketukan saja.
Huruf
‘Mim Sukun‘ pembacaan bunyi konsonannya akan maju ke ketukan sebelumnya,
namun hak ketukan tetap diberikan kepadanya. Hal itu terjadi agar tidak ada
pemanjangan suara sebelum huruf mati. Karena bila ada mad (suara dipanjangkan)
menuju huruf mati, pembacaan seperti itu adalah Salah.
Panduan praktek membaca Idzhar Syafawi adalah sebagai berikut:
- Pada ketukan ke-3, kita akan mengucapkan “hum”. Tahan bibir pada posisi huruf “m” hingga ketukan ke-4 selesai. Lepaskan bibir dari posisi huruf “m” sebelum jatuh pada ketukan ke-5, saat kita harus mengucapkan “aj”. Bunyi “m” pada ketukan ke-3 atau ke-4 tidak boleh dipantulkan.
- Pada ketukan ke-12, kita akan mengucapkan “mam”. Tahan bibir pada posisi huruf “m” hingga ketukan ke-13 selesai. Lepaskan bibir dari posisi huruf “m” sebelum jatuh pada ketukan ke-14, saat kita harus mengucapkan “nu”. Bunyi “m” pada ketukan ke-12 atau ke-13 tidak boleh dipantulkan.
0 comments:
Post a Comment