Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab
Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam
bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh
dari ajaran agama tauhid,
yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada
tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau
sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun.
Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota
Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai
dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama
kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an
pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq:
1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT
agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat
manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode
Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah
diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat,
yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah
dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar
masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan
hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi
Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru
untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai
orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut
adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun
ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW
yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat
Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW)
dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata
beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka
adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut
berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
- Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
- Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan
diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin
Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul
Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin
Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di
luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan
Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13
orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang
ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah
tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah
menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW,
yakni:
- Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
- Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
- Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
- Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin
Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah,
disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas
perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar
permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir
Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat
Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan
terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya
Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya
Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah
(Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan.
Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena
menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu
kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka
meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang
kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah
SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad
SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan
Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
0 comments:
Post a Comment