BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semenjak manusia pada jaman
purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan
dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan
berbagai jaman seperti jaman meolitikum,
neolitikum. Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama
perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan
agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha
menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan
untuk menjaga kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan
manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan
manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia
agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan
manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi ini
menghasilkan dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi
industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam
kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di
sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku
industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan
kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi
lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada
akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan
kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang
terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian
yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah
terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming. Namun,
masalah Global Warming sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan
kebenarannya oleh beberapa pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan
yang diciptakan untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Walaupun masih
terdapat perdebatan mengenai kebenaran keadaan Global Warming di antara para
ahli lingkungan tersebut, namun masalah Global Warming ini tidaklah dapat dipungkiri
untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan manusia.
Untuk itu, Karya Tulis yang dibuat
ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran mengenai masalah pemanasan
Global ini dengan berdasarkan studi literature dari berbagai sumber yang
terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan pun akan
ditinjau dari sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra. Dalam Karya
Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah
pemanasan Global ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Timbulnya masalah pemanasan Global
yang merupakan masalah lingkungan ini, telah menimbulkan berbagai macam
pertanyaan dalam hubungannya dengan sebab, keberadaan dan efek atau dampak yang
diakibatkan dari pemanasan Global tersebut. Pertanyaan-pertanyaan seputar
masalah pemanasan Global ini dapat diuraikan seperti dalam beberapa poin
berikut :
1. Apakah
pemanasan Global selalu memberi dampak buruk?
2. Apakah
pemanasan Global akan meningkatkan frekuensi terjadinya badai?
3. Apakah
penyebab terbesar dari terjadinya Global Warning adalah emisi manusia dari
“efek rumah kaca” ?
4. Apakah
pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan,
pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yang ekstrim?
5. Apakah
emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan
penyebab
terbesar dari perubahan cuaca?
6. Apakah ada
keuntungan potensial yang dapat diakibatkan dari peningkatan temperatur?
Pemanasan Global ini mengakibatkan
berbagai dampak baik positif maupun negatif. Tanpa adanya pemanasan Global,
tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di bumi yang rendah dan manusia
tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah. Pemanasan Global telah
meningkatkan suhu bumi Fahrenheit.
Namun, pemanasansampai suhu rata-ratanya mencapai Global Warning menjadi permasalahan yang
masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir
mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi
permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?
1.3
Perumusan Masalah
Dimulai dari jaman revolusi
industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah meningkat hampir
sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali lipat, dan
konsentrasi NO2 berkurang
sekitar 15 %. Peningkatan gas-gas ini menyebabkan kemampuan atmosfer untuk
menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat aerosol, yaitu polutan udara yang
umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan kembali radiasi cahaya
dari matahari ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini mempunyai siklus umur
yang pendek di atmosfer.
Mengapa
konsentrasi gas efek rumah kaca dapat meningkat?
Para ilmuwan berasumsi bahwa
pembakaran dari bahan bakar fosil dan beberapa aktifitas manusia yang memicu
dan menjadi penyebab utama meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Respirasi dari tanaman dan proses dekomposisi bahan organic
melepaskan karbon diokasida sepuluh kali lebih banyak dari yang mampu
dihasilkan oleh aktifitas manusia, tetapi selama berabad-abad pelepasan karbon
diokasida ini diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh vegetasi
terestial dan laut.
Yang
menyebabkan keseimbangan ini terganggu adalah adanya pelepasan tambahan yang
disebabkan oleh aktifitas manusia. Bahan bakar fosil dibakar sebagai sumber
energi untuk menggerakkan hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya
kegiatan agricultural, penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat
pembuangan, produksi industri, dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan
bagian yang cukup signifikan.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknologi, peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknologi, peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.
1.4
Tujuan Penulisan
Tujuan secara umum penulisan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh manakah pemanasan Global ini
telah terjadi dan apa penyebab pastinya. Semua ini masih merupakan tanda tanya
bagi manusia. Karena sampai sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti
dari pemanasan Global ini dan manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek
dari pemanasan Global yang akan dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup
maupun lingkungan di sekitarnya. Jika pemanasan Global ini terjadi maka efek
yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh manusia saja tetapi juga semua
makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di permukaan bumi
menyebabkan kekeringan. Dengan demikian akibat dari kekeringan ini selain
dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu
karena kekurangan air dan sebagainya. Oleh karena itu melalui penulisan dari
penelitian ini diharapkan agar manusia dapat lebih mencegah aktivitas yang
dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti mengadakan kegiatan rumah
kaca, pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi
meningkat, dan lain-lain.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat yang dapat
kita peroleh dari penelitian pemanasan Global
ini adalah
:
· Untuk
mengetahui secara jelas apakah itu pemanasan Global
· Untuk
mengetahui penyebab terjadinya pemanasan Global
· Untuk
mengetahui dampak secara umum yang akan dialami oleh manusia sendiri maupun
makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya
· Untuk
mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari
pemanasan Global
·
Untuk
dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia
· Untuk
dapat mencegah lebih lanjut pemanasan Global tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pemanasan Global
Pemanasan
global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer , laut , dan daratan Bumi . Suhu rata-rata global pada
permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia” melalui efek
rumah kaca .
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8 . Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model
iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan
2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar
penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas
panas dari lautan.
Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi . Akibat-akibat pemanasan
global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser , dan punahnya berbagai jenis
hewan.
Beberapa
hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik
di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi
atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol
Kyoto ,
yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
2.2 Penyebab
Utama Pemanasan Global
1. Efek rumah kaca
Segala
sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya
tampak .
Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas
yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra
merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara
lain uap
air , karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu
rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas
tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah
kaca . Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Sebenarnya,
efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur
rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59
°F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga
es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah
gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi
akibatnya.
2. Efek umpan balik
Efek-efek
dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan
balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air . Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer.
Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan
terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air.
3. Radiasi Matahari
`Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan
saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah
kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling
tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila
aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini.
(Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut
tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena radiasi
Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan
efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan
sejak tahun 1950.
Ada
beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar
25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
2.3 Dampak
Pemanasan Global
Para
ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model
tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak
pemanasan global terhadap cuaca , tinggi permukaan air
laut, pantai , pertanian , kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia .
1. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa
selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern
Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es
yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.
Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan
karena uap air merupakangas
rumah kaca ,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa
daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih
kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Tinggi muka laut
Perubahan
tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil
secara geologi. Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan
laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland , yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25
cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi
peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda , 17,5 persen daerahBangladesh , dan banyak
pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan
bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir
akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan
menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai.
Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai
di Amerika Serikat . Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades .
Meningkatnya volume air laut setiap
saat, dapat menimbulkan tsunami secara tiba-tiba di suatu daerah yang dekat
dengan pantai. Seperti gambar berikut ini.
3.Pertanian
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada , sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrika mungkin tidak dapat
tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung
yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang
berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa
tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit
yang lebih hebat.
4. Hewan dan tumbuhan
Hewan
dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan
ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini.
Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh
kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies
yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Kesehatan manusia
Di
dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang
terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa
penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah
yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia
tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria ; persentase itu akan
meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit
tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam
dengue , demam kuning , dan encephalitis . Para ilmuan juga memprediksi
meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan
karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk
sari .
Penyakit-penyakit lain juga dapat
ditimbulkan , akibat dari pemanasan Global, seperti gambar berikut.
2.4 Pengendalian
Pemanasan Global
Konsumsi
total bahan bakar fosil di dunia meningkat
sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang
diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa
depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil
melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa
depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara.
Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah
masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai
untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika
Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor
(jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke
utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini
untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin
bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke
atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain.
Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di
udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih
banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya . Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level
yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit
sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang
lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah
untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung.
Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced
Oil Recovery ). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas
ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer.
Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan
pengeboran lepas pantai Norwegia , di mana karbondioksida yang
terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah
pembakaran bahan bakar fosil. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan
di dunia sebagai sumber energi. Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil
ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida
yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi
pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena
alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas
karbondioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan
pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro , Brazil ,
150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk
menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997
di Jepang , 160 negara merumuskan
persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto .
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan
kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam
melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen
di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat
tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk
melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga
7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa , yang menginginkan perjanjian
yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara
lainnya, sebagian besar negara berkembang , tidak diminta untuk
berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
2.5 Mengukur
Pemanasan Global
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan
bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur
rata-rata global.Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program
penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel
atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai .
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbondioksida
di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global
semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang
tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang
satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh
data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi
data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada
awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur
akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan
juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957,
data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari
perkotaan), serta dari satelit . Data-data ini memberikan
pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang
tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa
kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat
pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus
tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi
setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global
telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel
setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang
menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan
temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5
°F) antara tahun 1990 dan 2100. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara
dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi
beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini
dengan resiko populasi yang sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pemanasan
Global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama manusia. Fenomena
ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya
diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan
usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini.
Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.
Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa
depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pemanasan
global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3.2 Saran
Kehidupan berawal dari kehidupan di
bumi ini jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan
melestarikan bumi harus beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada
satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta
melestarikannya. Marilah kita bergotong royong untuk menyelamatkan bumi yang
telah memberi kita kehidupan yang sempurna ini.STOP GLOBAL WARMING!
Merubah gaya hidup anda dapat
dimulai dari rumah tangga. Pemerhati lingkungan, menyatakan bahwa salah satu
caraberadaptasi dengan pemanasan global di rumah adalah mengurangi pengeluaran
energi. Mematikan alat elektronik yang tidak terpakai adalah salah satu cara
yang dapat dilakukan. Mulailah dari hal sederhana seperti mencabut charger
Handphone setelah selesai dipakai, mematikan layar komputer saat tidak dipakai,
matikan lampu yang tidak dipakai, dan menyalakan AC hanya jika dibutuhkan.
Cara Lain yang dapat dilakukan
adalah menggunakan bola lampu yang lebih efisien. Jika setiap rumah tangga
mengganti salah satu bolah lampu menggunakan bahan yang lebih cinta lingkungan
maka dapat mencegah 90 milliar pn CO2 masuk ke atmosfer. Hal ini sama seperti
mengurangi 6,3 juta mobil di jalanan.
0 comments:
Post a Comment