PENDAHULUAN
Ketahuilah bahawa
manusia ini bukanlah dijadikan untuk gurau-senda atau "sia-sia"
saja. Tetapi adalah dijadikan dengan 'Ajaib sekali dan untuk tujuan yang
besar dan mulia. Meskipun manusia itu bukan Qadim (kekal dari azali
lagi), namun ia hidup selama-lamanya. Meskipun tubuhnya kecil dan
berasal dari bumi, namun Ruh atau Nyawa adalah tinggi dan berasal dari
sesuatu yang bersifat Ketuhanan. Apabila hawa nafsunya dibersihkan
sebersih-bersihnya, maka ia akan mencapai taraf yang paling tinggi.
Ia tidak lagi menjadi hamba kepada hawa nafsu yang rendah. Ia akan
mempunyai sifat-sifat seperti Malaikat.
Dalam
peringkat yang tinggi itu, didapatinya SyurgaNya adalah dalam bertafakur
mengenang Alloh Yang Maha Indah dan Kekal Abadi.
Tidaklah lagi ia tunduk kepada kehendak-kehendak kebendaan dan kenafsuan semata-mata. Al-Kimiya' Keruhanian yang membuat pertukaran ini. Seorang manusia itu adalah ibarat Kimia yang menukarkan logam biasa (Base Metal) menjadi emas. Kimia ini bukan senang hendak dicari. Ia bukan ada dalam sebarang rumah orang.
Kimia ini ialah ringkasnya berpaling dari dunia dan menghadap kepada Alloh Subhanahuwa Taala.
Bahan-bahan Kimia ini adalah empat :
Tidaklah lagi ia tunduk kepada kehendak-kehendak kebendaan dan kenafsuan semata-mata. Al-Kimiya' Keruhanian yang membuat pertukaran ini. Seorang manusia itu adalah ibarat Kimia yang menukarkan logam biasa (Base Metal) menjadi emas. Kimia ini bukan senang hendak dicari. Ia bukan ada dalam sebarang rumah orang.
Kimia ini ialah ringkasnya berpaling dari dunia dan menghadap kepada Alloh Subhanahuwa Taala.
Bahan-bahan Kimia ini adalah empat :
1. Mengenal
Diri
2. Mengenal Alloh
3. Mengenal Dunia ini Sebenarnya. (Hakikat Dunia)
4. Mengenal Akhirat sebenarnya (Hakikat Akhirat)
2. Mengenal Alloh
3. Mengenal Dunia ini Sebenarnya. (Hakikat Dunia)
4. Mengenal Akhirat sebenarnya (Hakikat Akhirat)
Tambah
lagi satu bahan-bahan kimianya yaitu Mencintai Alloh sebagaimana yang terdapat
dalam bab-bab.
Kita akan teruskan perbincangan kita berkenaan bahan-bahan ini satu-persatu...Insya Alloh.
Untuk menerangkan Al-Kimiya' itu dan cara-cara operasinya, maka pengarang (Imam Ghazali) coba menulis Kitab ini dan diberi judul "Al-Kimiya' As-Saadah" yakni Kimia Kebahagiaan. Bahwa perbendaharaan Tuhan dimana Kimia ini boleh didapati ialah Hati Para Ambiya' dan pewaris-pewarisNya dari kalangan ulama-ulama Sufi kalangan Aulia Alloh. Barang siapa yang mencarinya selain itu adalah sia-sia dan akan Muflis (bangkrut) di Hari Pengadilan kelak apabila ia mendengar suara yang mengatakan :
Kita akan teruskan perbincangan kita berkenaan bahan-bahan ini satu-persatu...Insya Alloh.
Untuk menerangkan Al-Kimiya' itu dan cara-cara operasinya, maka pengarang (Imam Ghazali) coba menulis Kitab ini dan diberi judul "Al-Kimiya' As-Saadah" yakni Kimia Kebahagiaan. Bahwa perbendaharaan Tuhan dimana Kimia ini boleh didapati ialah Hati Para Ambiya' dan pewaris-pewarisNya dari kalangan ulama-ulama Sufi kalangan Aulia Alloh. Barang siapa yang mencarinya selain itu adalah sia-sia dan akan Muflis (bangkrut) di Hari Pengadilan kelak apabila ia mendengar suara yang mengatakan :
"Kami telah
angkat tirai dari kamu, dan pandangan kamu hari ini sangat tajam
dan nyata". (Qaaf:22)
Alloh
Subhanahuwa Taala telah turunkan ke bumi ini 124,000 orang Ambiya untuk
mengajar manusia tentang bahan-bahan Al-Kimiya ini. Bagaimana hendak
menyucikan hati mereka dari sifat-sifat rendah dan keji itu. Ikuti
perkembangan perbincangan Imam Ghazali ini dari satu tingkat ke satu tingkat
yang membuka jalan-jalan orang-orang Sufi yang mencapai Maqam Mahabbah, puncak
tertinggi kebahagiaan yang ingin dimiliki oleh orang-orang yang Mengenal
Alloh.
ANAK
KUNCI UNTUK MENGENAL ALLOH
Mengenal
diri itu adalah "Anak Kunci" untuk Mengenal Alloh. Hadis ada
mengatakan :
MAN
'ARAFA NAFSAHU FAQAD 'ARAFA RABBAHU
(Siapa
yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Alloh)
Firman Alloh Taala :
Firman Alloh Taala :
Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu
adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu? (QS. 41:53)
Tidak
ada hal yang melebihi diri sendiri. Jika anda tidak kenal diri
sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain? Yang
dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir
anda, tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda
itu. karena mengenal semua hal itu tidak akan membawa kita mengenal
Alloh. Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda yaitu bila anda
lapar anda makan, bila dahaga anda minum, bila marah anda memukul
dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian, maka binatang itu
sama juga dengan anda. Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu
ialah:
Apakah
yang ada dalam diri anda itu?
Dari
mana anda datang? Kemana anda pergi? Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana
ini? Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita?
Sebagian
daripada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan. Sebagian pula
bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah tahu
sifat yang mana perlu ada, dan yang tidak perlu. Jika anda
tidak tahu, maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda
itu.
Kerja
binatang ialah makan, tidur dan berkelahi. Jika anda hendak jadi
binatang, buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk hendak
menyesatkan manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau anda
hendak menurut mereka itu, lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka
itu. Malaikat sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi. Mereka
bebas dari sifat-sifat kebinatangan.
Jika
anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan, maka berusahalah menuju
asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh Yang Maha Tinggi
dan bebas dari belenggu hawa nafsu. Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa
anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu.
A
dakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda
menakluki mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi
itu, anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.
Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.
Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.
Yang
dimaksudkan dengan "HATI" itu ialah satu hal yang dapat menggunakan
semua kekuatan, yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki tangannya
saja. Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam
Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia datang ke Alam Nyata
ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan
akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri asalnya. Mengenal hal
seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi "Anak Kunci" untuk
mengenal Alloh.
Sedikit
ide tentang hakikat Hati atau Ruh ini bolehlah didapati dengan memejamkan mata
dan melupakan segala hal yang lain kecuali diri sendiri. Dengan cara ini,
dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan "diri yang tidak
terbatas itu". Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu adalah dilarang
oleh hukum. Dalam Al-Quran ada diterang,
Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Bani Israil:85)
Demikianlah
sepanjang yang diketahui tentang Ruh itu dan ia adalah mutiara yang tidak bisa
dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia termasuk dalam "Alam
Amar/perintah". Ia bukanlah tanpa permulaan. Ia ada
permulaan dan diciptakan oleh Alloh. Pengetahuan falsafah yang tepat
mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan
Agama, tetapi adalah hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam
jalan itu, seperti tersebut di dalam Al-Quran :
Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)
Untuk
menjalankan perjuangan Keruhanian ini, bagi upaya pengenalan kepada diri
dan Tuhan, maka
- Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah Kerajaan,
- Ruh itu ibarat Raja.
- Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu ibarat satu pasukan tentara.
- Aqal itu bisa diibaratkan sebagai Perdana Menteri.
- Perasaan itu ibarat Pemungut pajak, perasaan itu terus ingin merampas dan merampok.
- Marah itu ibarat Pegawai Polisi,
- marah sentiasa cenderung kepada kekasaran dan kekerasan.
Perasaan
dan marah ini perlu ditundukkan di bawah perintah Raja. Bukan
dibunuh atau dimusnahkan karena mereka ada tugas yang perlu mereka
jalankan, tetapi jika perasaan dan marah menguasai Aqal, maka
tentulah Ruh akan hancur.
Ruh
yang membiarkan kekuatan bawah menguasai kekuatan atas adalah ibarat
orang orang yang menyerahkan malaikat kepada kekuasaan Anjing atau menyerahkan
seorang Muslim ke tangan orang Kafir yang zalim. Orang yang menumbuh dan
memelihara sifat-sifat iblis atau binatang atau Malaikat akan menghasilkan ciri-ciri
atau watak yang sepadan dengannya yaitu iblis atau binatang atau Malaikat
itu. Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan
bentuk-bentuk yang jelas di Hari Pengadilan.
- Orang yang menurut hawa nafsu nampak seperti babi,
- Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan serigala,
- Orang yang suci seperti Malaikat.
Tujuan
disiplin akhlak (moral) ialah untuk membersihkan Hati dari karat-karat hawa
nafsu dan amarah, sehingga ia jadi seperti cermin yang bersih yang akan
memantulkan Cahaya Alloh Subhanahuwa Taala.
Mungkin
ada orang bertanya,
"Jika
seorang itu telah dijadikan dengan mempunyai sifat-sifat binatang, Iblis
dan juga Malaikat, bagaimanakah kita hendak tahu yang sifat-sifat
Malaikat itu adalah sifatnya yang hakiki dan yang lain-lain itu hanya sementara
dan bukan sengaja?"
Jawabannya
ialah mutiara atau inti sesuatu makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang paling
tinggi yang ada padanya dan khusus baginya. Misalnya keledai dan kuda
adalah dua jenis binatang pembawa barang-barang, tetapi kuda itu dianggap
lebih tinggi darjatnya dari keledai karena kuda itu digunakan untuk
peperangan. Jika ia tidak boleh digunakan dalam peperangan, maka
turunlah ke bawah derajatnya kepada derajat binatang pembawa barang-barang.
saja.
Begitu
juga dengan manusia; daya yang paling tinggi padanya ialah ia bisa
berfikir yaitu Aqal. Dengan pikiran itu dia bisa memikirkan hal-hal
Ketuhanan. Jika daya berfikir ini yang meliputi dirinya, maka bila
ia mati (bercerai nyawa dari tubuh) , ia akan meninggalkan di
belakang semua kecenderungan pada hawa nafsu dan marah, dan layak duduk
bersama dengan Malaikat. Jika berkenaan dengan sifat-sifat
Kebinatangan, maka manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang,
tetapi Aqal menjadikan manusia itu lebih tinggi tarafnya, karena
Al-Quran ada menerangkan bahwa,
Tidakkah
kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
(Luqman:20)
Jika
sifat-sifat yang rendah itu menguasai manusia, maka setelah mati,
ia akan memandang terhadap keduniaan dan merindukan keindahan di dunia
saja.
Ruh
manusia yang berakal itu penuh dengan kekuasaan dan pengetahuan yang sangat
menakjubkan.
Dengan
Ruh Yang Berakal itu manusia dapat menguasai segala cabang ilmu dan Sains.
Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam sekejap mata.
Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam sekejap mata.
Dapat
memetakan langit dan mengukur jarak antara bintang-bintang.
Dengan
Ruh itu juga manusia dapat menangkap ikan ikan dari laut dan burung-burung dari
udara.
Menundukkan
binatang-binatang untuk tunduk kepadanya seperti gajah, unta dan
kuda.
Lima
indera (pancaindera) manusia itu adalah ibarat lima buah pintu terbuka
menghadap ke Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.
Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.
Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.
Dalam
keadaan tidur, apabila pintu-pintu dunia tertutup, pintu Hati ini
terbuka dan manusia menerima berita atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan
kadang-kadang membayangkan hal-hal yang akan datang. Maka hatinya adalah
ibarat cermin yang memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh
Mahfuz. Tetapi meskipun dalam tidur, pikiran tentang hal-hal
keduniaan akan menggelapkan cermin ini. maka gambaran yang diterimanya
tidaklah terang. Setelah lepasnya nyawa dengan tubuh (mati),
Pikiran-pikiran tersebut hilang sirna dan segala sesuatu terlihatlah dalam
keadaan yang sebenarnya.
Firman
Alloh dalam Al-Quran :
Sesungguhnya
kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari
padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat
tajam. (Qaaf:22).
0 comments:
Post a Comment